"Assalamualaikum." Sila dan Iha menoleh ke arah sumber suara. Dan ternyata sudah ada Rega dan Danu yang tak jauh dari mereka. Motor Rega dan Iha jaraknya memang tidak berjauhan. Dan juga tempat parkir sekolah juga sudah sepi, cuma ada beberapa motor yang masih berada disana.
Iha membalas salam Rega sedangkan Sila membalas salam Rega dengan suara yang pelan, dan kepalanya selalu ditundukkan. Sebenaranya dia ingin menjaga pandangan tapi sekalian dia juga malu akibat kejadian tadi pagi. Dan oh Sila baru sadar bahwa ia tengah menggunakan jaket Rega. Bahkan Sila juga baru dapat mencium wangi parfum Rega yang menempel di badannya. Sungguh memabukkan baunya.
"Astagfirullah. Zina pikiran!" batin Sila. Berdosa dia telah memikirkan yang belum halal baginya.
Sempat Sila melirik Rega dan sungguh Rega sangat mempesona dengan senyumnya itu. Saat Rega sadar bahwa Sila meliriknya dengan cepat ia membuang pandangan dari cewek tersebut. Dosa memandangi seseorang yang belum muhrim dengan berlebihan.
"Eh ketemu lagi sama lo," seru Danu yang berdiri di samping Rega.
"Bosen gue tuh." sahut Iha sembari memasang helmnya.
"Sama gue juga. Emang bener ya syaiton berada dimana-mana." Danu terbahak setelah berkata seperti itu. Menganggap apa yang dia bilang itu lucu. Tapi berbeda dengan Iha.
"Hey, lo bilang apa tadi. Beuh mulut lo tuh ya. Re bilangin tuh temen kamu kalo ngomong ya dijaga." Iha menunjuk-nunjuk Danu dengan penuh emosi. Karena suasana yang menjadi makin panas, Sila mengusap-ngusap pelan bahu Iha. "Sabar Ha. Dia mungkin bercanda." kata Sila.
Rega yang kesal dengam tingkah temannya itu lansung menyodorkan helm kepada Danu dengan kasar. "Nih buruan pake, jangan godain anak orang mulu. Nanti dibalas Allah tau rasa lo." ucap Rega dan membuat Danu mingkem seketika.
Danu melirik Rega yang tengah memelotot kepadanya. Pandangan Rega bak laser yang siap menembus tubuh Danu. Danu memelas kalau Rega sudah seperti ini. Berarti dia kesal.
"Bercanda kali Re."
"Dari tadi lo tuh bercanda terus Nu, sekali-kali serius gitu loh."
"Iya maaf-maaf."
"Maaf ke Iha bukan ke gue."
"Yaudah. Gue minta maaf lagi Ha, gue salah emang." kata Danu kepada Iha.
Iha melipat tangannya memandang Danu dengan tatapan lasernya. Sedangkan Sila hanya mengusap-usap pelan bahu Iha agar tenang.
Iha yang punya sifat gampang tersulut emosi bila dipertemukan oleh Danu yang enggak bisa serius. Kadang dapat menjadikan perang dunia ke tiga.
"Ayo pulang Sil." Sila mengejap kaget saat seruan Iha terdengar. Dengan cepat Sila duduk di jok belakang motor. Dan Iha lah yang menyetir.
"Duluan, assalamualaikum." salam Iha di saat motornya melewati Danu dan Rega. Sedangkan Sila hanya tersenyum mengangguk pertanda sedang memberi salam. Lalu Danu dan Rega membalas salam tersebut tak lama kemudian.
"Sila temennya Iha cantik juga ya Re ternyata. Maka nikmat Tuhan yang mana yang telah engkau dustakan." ucap Danu tak mengalihkan pandangannya dari motor Iha yang sudah menjauh.
"Woy. Zina mata!" seru Rega sembari mengusap kasar wajah Danu dan membuat Danu mencak-mencak dibuatnya.
"Tangan lo tuh bau terasi tau, Re!"
Dengan spontan Rega mengendus tangannya sendiri. Dengan bodohnya ia percaya saja dengan perkataan teman setengah warasnya itu. "Heh mana ada. Gue enggak makan terasi tadi. Mulut lo tuh yang bau terasi kali. Mulut lo kan yang paling deket sama hidung. " katanya saat ia baru sadar mau-mau saja dibodohi oleh Danu si tukang ngibul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memintamu Dalam Doa
Teen FictionMemintamu dalam doa adalah cara terbaikku untuk berusaha. Menjadikanmu yang belum halal untukku menjadi halal setelah kuucapkan qobiltu. Memintamu dalam doa adalah cara sederhana walau efeknya begitu luar biasa. Kusebut namamu di setiap malam mengud...