jimin doctor!au nya udahan ya ehe. pgn nyari referensi karakter yg beda aja gituㅡ
Jungkook mendelik tak suka ketika Jimin terlihat asik bercengrama dengan salah satu bartender kelab ini. Mereka terlihat asik membicarakan sederetan minuman berdosa itu dan Jungkook dibuat kesal karena merasa diabaikan.
Jungkook paham sekali Jimin hidup di dunia malam; tidak pernah absen datang ke kelab malam dan menghabiskan satu botol minuman beralkohol. Tapi, toh Jungkook tidak masalah karena Jimin ㅡ dengan gelar sabuk hitamnyaㅡ selalu bisa memastikan dirinya aman dari jangkauan pria hidung belang.
Kadang Jungkook sendiri setuju bahwa ia kekasih yang brengsek.
Ah, bukankah mereka berdua sama saja?
Maka dari itu, malam ini Jungkook bersikeras untuk ikut, bersikeras menemani Jimin dan berkata bahwa ia selama ini menjadi kekasih yang buruk karena lebih memilih disibukkan dengan tumpukan berkas yang harus ia tandatangani dibandingan menemani kekasihnya, dan ditanggapi dengan kerutan didahi pria manis itu (sambil berpikir sejak kapan Jungkook peduli dengannya dan terbentur apa Jungkook tadi pagi). Namun Jimin tetap mengangguk setuju.
"Jungkook, kau harus coba ini, Rectified spirit Orang lebih sering menyebutnya Spirytus Vodka. Sebenarnya untuk pemula sepertimu kadar alkoholnya terlalu tinggi, tapi ini kesukaanku, aku bisa menghabiskan satu botol sendirian." ㅡtentu saja tidak, ia hanya bercandaㅡJimin menuangkan cairan bening itu pada gelas kecil dihadapan Jungkook. Dalam hati Jungkook sedikit merutuk karena Jimin terlihat sedang meledeknya dalam hal minum.
Jungkook mendekatkan gelas kecil itu pada hidungnya dan segera mengernyit ketika mebauinya. Aroma menyengat langsung menguasai indra menciumannya dan membuat Jungkook sedikit pusing. Ia memberi tatapan sangsi, "apa aku akan selamat sehabis meminumnya?"
Jimin tertawa, "tentu Jungkook. Aku memberikanmu Vodka terbaik yang bar ini punya, kau akan melayang. Aku bisa pastikan itu." Lalu Jungkook bersumpah ia bisa melihat Jimin mengedipkan matanya nakal.
---
"Seharusnya tidak usah dipaksakan, Jungkook." Jungkook terduduk lemas dikursi samping kemudi setelah memuntahkan isi perutnya. Ia mengeluh kepalanya berat dan berkeringat hebat. Setelah itu Jimin segera memutuskan untuk membawa Jungkook pulang.
Beruntung Jimin peminum yang hebat, dua shoot Renat Brännvin tidak akan membuatnya mabuk. Ia juga memilih minuman dengan kadar alkohol rendah itu karena ia tahu Jungkook pasti mabuk dan ia harus siap membopong Jungkook pulang.
Mereka sampai dan butuh berjuangan besar bagi Jimin untuk membawa pria yang lebih besar darinya itu. Menggeretnya untuk sampai ke lift dan Jimin merutuki Jungkook yang mempunyai apartemen dilantai yang terlalu jauh. Jimin bersumpah ini pertama dan terakhir kalinya ia membawa Jungkook minum.
Jimin mengehembuskan napas lega ketika ia berhasil membawa Jungkook depan apartemennya dan ia sudah bisa menggapai pintu Jungkook dan mengetikkan beberapa digit angka sandi pengaman apartemen Jungkook.
"Jimin, tunggu." Pria manis itu menghentikan aksinya melepaskan sepatu Jungkook dengan susah payah. Tangan Jungkook masih tersampir dibahunya dan ia harus merunduk dengan susah payah untuk membuka sepatu Jungkook.
"Ya Jungkook?"
"Aku ingin b-icara~"
"Bisakah kau bicara nanti? Aku sedang kesu--"
"Menikahlah denganku."
"Hah?!" Jimin sedikit berteriak, ia menatap Jungkook horror. Apa Jungkook tidak bisa lihat ia sedang kesusahan disini?!
"Menikahlah denganku Jimin~"
"Aih Jungkook, kau mengigau. Kau mabuk." Jimin awalnya sempat hampir menangis haru. Namun kekasihnya itu sedang mabuk dan Jimin memilih untuk menghiraukan Jungkook dan melanjutkan kegiatannya melepas sepatu Jungkook--masih dengan susah payah. Namun tubuhnya segera ditarik oleh oleh Jungkook agar mereka berdiri berhadapan.
"Menikahlah denganku, aku serius." Kali ini Jimin menegang, ia tidak tau harus bereaksi seperti apa ketika Jungkook bergerak merogoh saku jaketnya, mengeluarkan sebuah kotak beludru merah. Ia menatap Jungkook berkaca-kaca ketika Jungkook membuka kotak itu dan membiarkan Jimin melihat cincin putih dengan mata berlian didalamnya.
"Jadi?" Jungkook tersentak kala Jimin segera menubruknya dan memeluknya erat. "Tentu kau sudah tau jawabannya, bodoh." Jimin menangis haru. Lima tahun menjalani hubungan dengan Jungkook dan ia tidak pernah terbayang hari ini adalah hari dimana Jungkook melamarnya; menginginkan dirinya untuk selamanya.
Jungkook memasangkan cincin itu, terlihat sangat cocok di jari mungil Jimin. Jungkook tersenyum dan Jimin membalas senyuman itu dengan haru.
"Terimakasih, Jimin-ah."
Bruk.
Lalu, Jungkook pingsan.
Sekali lagi, tolong ingatkan Jimin untuk tidak membawa Jungkook minum.
Bonus:
"Selamat pagi Jungkook." Jungkook mengernyit, kepalanya masih pusing sisa hangover semalam.
"Pagi juga, Jimin." Jungkook memijat pangkal hidungnya, lalu Jimin datang dengan segelas kopi yang asapnya masih mengepul. Memberikannya pada Jungkook dan berharap pria itu dapat merasa sedikit baikan.
"Masih pusing? Tidurmu nyenyak?"
"Lumayan." Jungkook menyeruput kopinya. "Aku bermimpi aku melamarmu semalam." Jungkook tersenyum. Seketika Jimin bersemu mengingat kejadian semalam.
"Kamu memang sudah, Jungkook." Jimin memamerkan jarinya pada Jungkook.
"Eh? Andwae?!" Jungkook hampir menumpahkan kopinya.
"Hah?"
"Bagaimana bisa aku melamarmu semalam?! Aku sudah menyiapkan pesta kejutan untuk itu minggu depan!!"
))
another weird chap. thankyou for still here with this book♤$#&@@@
fyi aja rectified itu kadar alkoholnya mencapai 96%. sedangkan renat hanya 40%. tapi kalau renat diminum ampe 2-3 kali shoot bahkan lebih ya pasti terasa langsung beratnya, tapi kan jimin peminum hebat jadi segitu mah gaada apa-apanya buat jimin hehehehe.
YOU ARE READING
sappy - jikook
Short Storythere's a reason why two people stay together; they give each other something nobody else can. [top!jungkook x bot!jimin]