Hari ini Jungkook melaksanakan tugas kelompok yang diberikan gurunya untuk nilai akhir, yaitu melakukan gerakan bakti sosial. Mereka diberi beberapa pilihan tempat mana yang akan mereka kunjungi untuk menjadi relawan dan kelompok Jungkook setuju untuk melakukannya di salah satu rumah singgah kanker ditengah kota.
Anggota kelompoknya terdiri dari 8 orang, Jungkook rasanya jengah sendiri ketika Yoongiㅡsalah satu teman kelompoknyaㅡtertidur dibahunya selama perjalanan, sedangkan para gadis asik berceloteh. Sisanya sibuk dengan ponsel mereka masing-masing.
Jungkook merapatkan jaketnya ketika udara dingin langsung menerpanya saat ia turun. Mereka disambut oleh ketua yayasan dengan hangat, menikmati teh dan kue kering yang disuguhkan sebelum mengajak para pasien bermain.
Salah satu petugas disana menjelaskan bahwa setiap rumah singgah menampung 6 sampai 7 pasien yang sedang menjalani terapi rawat jalan.
Jungkook mengarahkan kameranya untuk memotret teman-temannya yang mulai menghambur ke arah para pasien. Tersenyum saat gadis kecil dengan infus ditangannya tertawa riuh melihat Hoseok juga Sejeong yang memberikan beberapa bingkisan serta syal karena udara sudah semakin dingin.
Lalu kameranya bergerak kearah Wendy yang mengajak mereka bernyanyi diiringi Seokjin dengan gitarnya. Hani meyenggol bahunya dan berkata bahwa sangat terharu melihat pemandangan teman-temannya, Jungkook hanya tersenyum sambil menepuk pelan bahu temannya itu.
Tiba-tiba Yoojung datang menghampiri mereka dengan seorang pria disampingnya. Memaksa Jungkook untuk memotretnya dan menarik Hani untuk ikut bergabung. Jungkook hanya mengangguk dan segera memotret tiga manusia dihadapannya yang mulai berpose.
Cantik.
Tidak, bukan Yoojung atau Hani yang dimaksud Jungkook. Melainkan lelaki dengan surai hitam yang tersenyum menampakkan lengkungan sabit dibawahnya.
"Heh? Sudah belum?"
"Eh, s-sudah." Jungkook menunduk--menyembunyikan wajah malunya--dan mengotak-atik kameranya. Akhirnya kedua gadis itu membawa lelaki cantik tadi pergi bersama mereka.
ㅡ
Jungkook tidak tahu jika rumah singgah ini mempunyai taman belakang yang cukup luas. Tadi para perempuan berinisiatif untuk memasak makan siang, jadi sekarang mereka semua sedang makan didalam dan Jungkook memutuskan menyelinap keluar untuk mencari udara segar setelah minta izin pada Hani tidak ikut makan siang.
Sesekali mengarahkan kameranya kelangit dan memotret langit yang terlihat cerah walaupun udara yang berhembus membuatnya kedinginan. Lalu lensa kameranya tak sengaja menangkap sosok berambut hitam yang membelakanginya.
Jungkook memiringkan kepalanya, itu cowok yang tadi? Pikirnya. Akhirnya ia berjalan mendekat dan dapat melihat lelaki itu memejamkan matanya sambil mendongakan kepala kearah langit.
"Tidak bergabung makan siang?" Jungkook tersentak ketika lelaki itu menoleh kearahnya. Seketika menggaruk pipinya malu karna merasa tertangkap basah.
"Bagaimana denganmu?"
"Masih kenyang." Jungkook mengangguk, "saya juga masih kenyang."
"Saya boleh duduk?" Lelaki itu mengangguk dan Jungkook segera mendudukkan dirinya tanpa basa-basi. Sesekali mencuri pandang pada pemuda yang kembali memejamkan matanya itu, dari dekat, terlihat semakin cantik.
"Liatin saya mulu, ganteng ya?" Jungkook kembali terkejut untuk kedua kalinya ketika lelaki itu membuka matanya dan obsidian mereka bertemu. Jungkook seakan tidak bisa mengalihkan tatapannya sementara Jimin mulai tertawa.
"Kamu lucu." Ujarnya kembali tertawa, Jungkook kemudian berdehem untung menghilangkan rasa malunya.
"Nama kamu siapa?"
"Jeon Jungkook. Kamu?"
"Jimin, Park Jimin." Jimin tersenyum. Jungkook jadi khawatir melihat pemuda yang kelewat mudah senyum ituㅡtidak seperti pasien-pasien lain. Jungkook tahu jelas Jimin adalah salah satu pasien yang berada dirumah singgah dari setelan biru yang membalut tubuh mungilnya.
"Sekolah dimana?" Tanya Jimun ramah.
"SOPA." Jawab Jungkook cepat, Jimin mengangguk.
"Kamu sendiri?"
"Saya kuliah, tapi lagi ambil cuti." Lagi, Jungkook merasa terkejut karna ternyata pemuda mungil itu lebih tua darinya. "Tapi mungkin bentar lagi saya berhenti, kalo gak, ya di drop out."
Alis Jungkook mengkerut, "lho, kenapa?"
"Saya mulai sibuk ikut kemoterapi, keluarga saya juga maksa saya tinggal disini, padahal saya masih kuat ngampus." Jungkook yang mendengarnya merasa sedih, apalagi saat Jimin tetap tersenyum saat mengatakannya.
"Saya merasa marah ke keluarga kamu boleh?"
"Loh, kenapa?"
"Seakan-akan nyerah sama kamu."
"Gapapa, yang penting saya belum nyerah."
Jungkook rasanya ingin merengkuh pemuda mungil itu kedalam pelukannya. Jimin menoleh kearahnya dan tersenyum.
"Jungkook, cita-cita kamu apa?"
Jungkook mengelus dagunya sembari berpikir, "saya, ya? Awalnya sih cita-cita saya jadi fotografer." Kata Jungkook.
"Terus sekarang?"
"Saya mau jadi dokter, biar bisa nemenin kamu kemoterapi."
"Wah Jungkook manis sekali~" Jimin tersenyum lebar dan mengarahkan tangannya untuk mengelus rambut yang lebih muda.
"Saya tunggu ya, calon pak dokter." Wajah Jungkook memerah akibat sentuhan diwajahnya, namun ia tetap ikut menunjukkan senyumnya
"Janji ya tetap disini sampe saya jadi dokter?" Jungkook menaikkan jari kelingkingnya, dengan semangat Jimin menautkan kelingkingnya dan berseru semangat.
"Janji!!" Hati Jungkook menghangat dan ia berdoa dalam hati, agar Jimin tetap berada disampingnya sampai ia menepati janjinya.
Walau akhirnya ia tahu, Tuhan belum bisa memenuhi permintaannya yang satu itu.
))
YOU ARE READING
sappy - jikook
Short Storythere's a reason why two people stay together; they give each other something nobody else can. [top!jungkook x bot!jimin]