TUJUH BELAS

290 11 7
                                    

Hey readers, maaf ya baru up lagi. Soalnya R banyak urusan juga dikehidupan nyata 😅 R jadi hilang ingatan eh salah maksudnya hilang imajinasi hehehe...

Jangan lupa komen sama tekan tanda bintang ya.. Dengan adanya mereka semua berarti ada yang menyukai cerita ini bikin saya jadi semangat untuk lanjutin.. 😋

Ceklek

Bunyi pintu terbuka. Air mengedarkan pandangan keseluruh ruangan mencari keberadaan pria yang sudah membuatnya gelisah juga senang.

Pria itu duduk disofa panjang berwarna abu. Air mendekatinya dengan gugup juga malu.

"Kau sudah selesai? "air tersentak kaget, pria itu bangkit dari duduknya mendekati air. Dia memberikan ponsel milik air.

"Telpon dari naura" jelasnya. Pria itu masuk kedalam kamar yang tadi dipakainya.

Air memilih duduk disofa abu itu, meratapi punggung kekar yang pas pada pria itu. Ia jadi malu sendiri mengingat kejadian tadi yang membuat jantungnya berdebar tak karuan.

Tangannya meremas dada kirinya kencang, entah kenapa ia seperti ini. Rasa yang dulu pernah ia lupakan kembali muncul saat bersama pria ini.

"Ayo kita pergi"ucap alfa mendadak, air sampai terkaget loncat. Melihatnya alfa tersenyum kecil dan juga membuat air tersipu malu tanpa disadari oleh alfa.

Mereka berjalan kearah parkiran. Tentu pasti kemobil alfa. Ingin bertanya tapi air ragu, takut menyinggung pria itu.

Alfa sebenarnya dari tadi memperhatikan gadis yang duduk disebelahnya dengan gelisah. Alfa rasa air belum sadar tujuannya kemana.

Gadis ini cantik, pendek, tubuhnya berisi tapi itu yang membuat aku nyaman didekatnya, air collins. Damn kau seksi banget, batin alfa.

Sedari tadi tanpa sadar alfa tersenyum sendiri sambil menyetir yang membuat air berburuk sangka.

Sebenarnya kita mau kemana? Jangan bilang kantor polisi karna aku kabur dari rumah sakit, batin air.

Air memberanikan diri "sebenarnya kita mau kemana? "tanyanya gugup karna takut.

Mobil berhenti tepat lampu lalu lintas menunjukkan warna merah. Alfa menatap serius air.

Aku tertarik padamu, batin alfa.

Sementara berkebalikan dengan apa yang dipikirkan oleh air. Ia sudah berkeringat dingin takut masuk penjara.

Ya Tuhan, aku bakal masuk penjara sekarang, bati air.

"Menikahlah denganku"ucap alfa dengan polosnya. Dia tak sadar dengan apa yang diucapkannya tadi.

Mereka masih saling berpandangan dalam sampai kedalam kedua bola mata mereka.

Tiiiiiin

Suara klakson mobil membuat mereka tersentak kaget. Alfa lanjut mengendarai mobil ferrarinya.

Sampai mereka tiba ditempat tujuan alfa dan air masih terdiam canggung. Setelah air turun dari mobil, ia bingung kenapa alfa mengantarnya kemari.

Saat air mencoba bertanya pada alfa, tiba saja ada yang memanggilnya.

"Kak air! "gadis kecil itu berteriak sambil berlari menubruk tubuhnya dengan menangis terisak.

"Lisa! "bingungnya, ia mensejajarkan tingginya dengan lisa agar lebih leluasa memeluknya.

"Kak ra...ni dia k.. "lisa tak kuasa lagi menahan tangisannya. Dia terisak menangis dengan pilu.

"Sebaiknya kita kedalam"ucap alfa tenang. Air mendongak melihat wajah alfa. Ia mengangguk setuju dan mencoba untuk tenang. Air jadi teringat dengan mimpinya akan hal buruk menimpa salah adiknya.

Mereka tiba disebuah ruangan vip yang lumayan luas, disana ada naura yang terduduk menahan kantuk. Entah kenapa air jadi takut mendekati ruangan itu tapi kakinya bertolak belakang. Tubuhnya ikut bersama kedua kakinya melangkah perlahan kearah pintu kamar itu.

Naura tiba saja terbangun saat mendengar suara langkah sepatu. Dia melihat air yang mengintip dibalik kaca transparan dipintu itu.

"A... Air.. " seolah tak mau tahu air mengangkat jari telunjuk kirinya tanda akan dirinya menyuruh naura diam.

Air tak peduli akan ucapan siapapun. Ia melangkah masuk tanpa mengganti pakaian khusus. Langkahnya terhenti tepat disamping ranjang adiknya rani yang terbaring koma.

Air matanya jatuh terus menerus, dadanya terasa amat sesak tiba-tiba. "Ran.. Rani.. "sedihnya tak tertahan.

Alfa yang melihatnya dari balik pintu menatap sedih. Dia juga merasa sesak.

"Apa yang terjadi padanya? "tanya alfa tanpa mengalihkan pandangannya dari air.

Naura tersenyum kecut, lalu dia menceritakan semua kejadian yang membuat adik sahabatnya koma. Disana lisa menangis menyalahkan dirinya.

"Kalau saja aku tidak pergi pasti kak rani tidak akan koma... Semuanya salah lisa kan"isaknya

Alfa mendekat, mengusap kepala lisa lembut "Ini takdir, tidak ada yang harus disalahkan sweet"ucapnya sambil tersenyum menenangkan.

Lisa tak sungkan memeluk alfa erat sambil menangis. "jadi.."ucap alfa

Alfa tersenyum tulus "begini rasanya punya adik.. ". Naura yang mendengarnya mendengus kesal. Naura sempat kenal alfa yang tak lain teman dekat mantan kekasihnya Albert.

GADIS HUJANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang