1O - Faktanya,

4K 823 36
                                    

Hari ini seperti sebuah keajaiban, ketika melihat daftar pembagian kelas di mading, Seo Ara dan Hwang Jeongin berada di dalam satu kelas yang sama, IPA 6.

Namun juga seperti sebuah tamparan, Ara yang melihat namanya disana tiba-tiba berceletuk, "Jangan sebangku sama gua ya!"

Jeongin langsung cemberut, padahal niatnya tadi memang ingin sebangku dengan Ara.

"Lah kenapa raaa???"

"Soalnya ini gua mau sebangku sama.. SOMI KUUUUUH!!!!" Serunya ketika melihat Somi temannya sejak SMP yang baru saja datang, dengan sebuah keripik kentang yang menggantung di bibirnya, bingung kenapa Ara tiba-tiba memeluknya.

"KITA SEKELAAAAAAS!!!"

Somi pun langsung membulatkan matanya. "SUER LO???"

"IYA BENERAN AYO-AYO LIAT!!!" Ara dengan semangat mendorong Jeongin dengan kejam dari depan mading, memberi ruang untuk dirinya dan Somi disana, melihat nama mereka masing-masing.

"Jeon Somi... Seo Ara. AAAAA SEKELAAAAS!!!! Seru mereka berdua lalu melompat kegirangan. Padahal orang-orang disekitar sudah menatap mereka aneh.

"AAAA IPA ENAM KUUU!!!" Kedua cewek itu masih berteriak senang, berlarian masuk kedalam kelas IPA 6 mereka.

Dibelakang mereka, Jeongin hanya bergeleng heran.

Ya ampun cewek-cewek ini..

Lalu pemuda lain datang, menyapa Jeongin yang sedang sibuk memilih bangku.

"Jeong, ipa 6 juga?" Tegurnya.

"Lo juga ung????"

•••

"Jam tangan lo baru, ya?" Ara meraih tangan Jeongin dan mengamati jam tangan hitam yang melingkar disana.

Jadinya Ara tetap duduk dengan Somi, di bangku ketiga pojok kelas. Sedangkan Jeongin dan Euiwoong duduk di belakang mereka walaupun sebenarnya Euiwoong sempat menolak ajakan Jeongin untuk duduk di belakang paling pojok kelas.

Jeongin memperhatikan Ara yang kini sibuk dengan jam di pergelangan tangannya. "Dikasih sama kakak gua kemarin pas ada acara keluarga,"

"Hehe soswit banget sih kakak lo," Puji Ara, mulai memainkan jarinya di kaca jam.

"Lo mau pake?" Tawar Jeongin, melepas jam nya dan memakaikan pada tangan Ara, menggenggam tangan itu lembut.

"Ih gak pantes ah, gua lebih suka yang warna cerah," Kata Ara sambil tertawa, melepas jam milik Jeongin dan memakaikan kembali ke pergelangan pemuda itu.

"Kurang seret satu lubang, ra," Keluh Jeongin, mencondongkan tubuhnya untuk menatap jam nya lebih dekat.

Sedangkan Ara juga demikian, sambil membenarkan jam di tangan Jeongin.

Hingga dahi mereka bertemu, saling bertumbukan pelan. Keduanya saling mengangkat wajah yang kini berjarak sangat dekat.

Jeongin tersenyum hangat, sedangkan Ara malah gemetaran, pupilnya melebar.

Entahlah setelah itu Ara langsung menarik tubuh serta tangannya, tubuhnya gemetaran hebat bahkan ia panik sendiri.

"Ra kenapa?" Tegur Jeongin. Ara malah bangkit dan berlari meninggalkan meja kelas mereka.

"Ara!" Panggil Jeongin yang mengejar Ara.

•••

Hyunjin yang bosan di sekre mengambil bola basketnya yang ia simpan di pojok ruangan, membawa bola itu keluar sekre sambil memantulkannya ke lantai.

"Basket Jin?" Tegur Jihoon. "Ikut dooong?"

"Itu urus dulu, baru maen bang," Kata Hyunjin, menunjuk kertas di tangan Jihoon dengan dagunya dan berjalan meninggalkan pemuda itu.

"Indoor yakk? Item gua di outdoor!"

"Iya elah berisik amat!"

Hyunjin pun berjalan menuju lapangan basket indoor. Sebenarnya ia ingin ke mading dan mengecek dimana kelas Ara. Tapi karena jarak mading dan lapangan jauh, Hyunjin memutuskan untuk mengeceknya nanti saat masuk kelas.

Ia membuka sisi pintu utara lapangan, dan malah mendapati seorang cewek yang berdiri disana sendirian.

Hyunjin menyipitkan matanya. "Kyla bukan sih?" Gumamnya dan menghampiri cewek itu.

Kyla adalah teman sekelas Hyunjin sejak kelas 10, maka dari itu pemuda ini mengenalnya.

"Cil, ngapain?" Tanyanya, Kyla yang menunduk pun mengangkat kepalanya menatap Hyunjin.

"Oh Hyunjin hai, mau basket ya?" Tanya Kyla basa-basi, ia menyunggingkan senyum canggung.

"Hm iya nih, lo ngapain deh disini sendirian?"

"Itu.. Gua mau.."

Brak-- Blam.

Pintu selatan dibuka dengan paksa, seorang cewek masuk dengan tubuh gemetaran dan bersandar disana. Peluh menghiasi dahinya, cewek itu benar-benar pucat.

Yang ia pikirkan adalah, kabur. Kabur! Ia harus berlari kabur sebelum yang sudah-sudah terjadi lagi.

Ara tidak pernah sadar, hal yang penah menimpanya setahun silam diam-diam menjadi trauma bagi dirinya sendiri.

Ara takut.

"Ara?" Gumam Hyunjin dan refleks melangkahkan kakinya cepat menghampiri Ara.

Namun baru dua langkah, Kyla menahan pergelangan tangan Hyunjin. Membuat Hyunjin langsung tertarik karenanya.

"Mau kemana? Gua belum ngomong apa-apa,"

Hyunjin menatap tangannya sejenak, lalu kembali menatap Kyla.

"Bentar cil, urgent," Ucap Hyunjin, melepas tangan Kyla pelan dan berlari kecil ke Ara.

Kalau boleh jujur, sebenarnya Kyla menyukai Hyunjin seja kelas 10. Ia kemari untuk Hyunjin.

Namun sekarang, Kyla malah menatap punggung Hyunjin nanar. Pemuda yang ia temui malah menemui cewek lain didepan matanya.

"Ara r u ok?" Tanya Hyunjin, menyentuh lengan Ara pelan. Setelah sampai didepan Ara

"Kak.. aku takut.." Ujar Ara lemah. Bibirnya begitu bergetar.

"Sshh. Gapapa, kakak disini," Ucap Hyunjin menenangkan, ia menarik Ara untuk mendekat dan mengusap peluhnya dengan seksama, menatap manik Ara dengan khawatir.

"Ara gak boleh takut ya, aku disini," Kata Hyunjin lembut.

Dan dalam sekali tarikan lagi, Hyunjin mendaratkan Ara kedalam pelukannya. Menyandarkan kepala cewek itu di dadanya, dengan dirinya yang tak hentinya mengelus punggung Ara dan sesekali menepuknya dengan sayang.

Walaupun tidak tahu masalahnya apa, setidaknya Hyunjin ingin menjadi seseorang yang membuat Ara tenang dan nyaman karenanya.

Namun di sisi lapangan lainnya, Hwang Jeongin yang tadinya heran Ara tiba-tiba lari meninggalkannya, kini merasa lemas, bahkan kakinya terasa seperti jelly sekarang.

Bagaimana tidak, kakak kandungnya sendiri kesayangannya kini sedang memeluk gadis yang ia sayangi juga. Bahkan tanpa Jeongin ketahui, sepertinya mereka cukup dekat.

Jadi.. Sebenarnya Ara selama ini dekat dengan kakaknya sendiri? Hwang Hyunjin?

Lalu..?

Kepala Jeongin terasa sakit memikirkannya. Hatinya pun terasa sakit dan hancur.

Seperti ditusuk ribuan jarum.

Bagaimana bisa Hwang Hyunjin adalah rivalnya untuk mendapatkan hati Ara?

Jeongin memutuskan untuk mundur teratur, meninggalkan lapangan basket yang sukses membuat dirinya begitu kacau.

Jeongin kacau.

Grow Up • Hyunjin, I.N✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang