Closing,

4.8K 600 27
                                    

"Ra,"

Ara yang masih berselancar di alam mimpi itu hanya menggeliat kala mendengar namanya disebut.

"Araaaa~"

"-kakak berangkat woyyy!!" seru Changbin, mulai menggebuk adiknya dengan guling.

Ara tersentak, langsung terduduk dan menatap Changbin kaget. "PAAN SIH KAK, NGANTUK TAUU!!" keluhnya sebal.

Changbin terkekeh, duduk disamping Ara lalu mencubit pipi adiknya dengan gemas.

"Gua mau berangkat nih nyet, katanya minta dibangunin, masuk pagi," kata Changbin mengingatkan.

Ara yang nyawanya belum lengkap itu mengangguk lemah, "Oh iya jir," sahutnya.

"Ya udah bangun gih," Changbin menyibak selimut di tubuh Ara lalu beranjak, "Ntar dijemput Hyunjin?" tanyanya kemudian.

Tangan Changbin terulur untuk mengelus surai Ara, dan Ara mengangguk sebagai jawaban.

"Jangan pulang kemaleman,"

"Iya,"

Changbin mengangkat jempolnya, kembali berpamit pergi kuliah pada Ara dan disahuti Ara dengungan.

Setelah pintu kamar Ara kembali tertutup, gadis itu tersenyum senang.

Entahlah, ia masih merasa senang saat melihat kakaknya yang dulu posesif ---tentang siapa-siapa yang akan menjemput Ara--- telah menjadi se menggemaskan ini.

Ara tak tahu apa yang dulu terjadi hingga akhirnya Changbin mengizinkan Ara berpacaran dengan Hyunjin. Intinya, Changbin berubah, dan Ara menyukai segala perubahan kakaknya.

Setelah mandi dan bersiap berangkat kuliah, Ara turun menuju dapur dan mendapati Felix sedang berkutat dengan panci sup disana sendirian.

"Morning, Pilikseu," sapa Ara, menuang air pada gelasnya dan mengintip apa yang Felix masak.

"Morning Ara-ya, masuk pagi kan?" tanya Felix, sedikit menoleh pada Ara disampingnya lalu kembali pada rebusannya.

"Yap, Kak Felix ga kuliah?"

Felix menggeleng, "I'm sexy and free every Thursday," sahut Felix, Ara yang mendengarnya langsung merasa ngeri.

Felix masih saja se pede itu.

"Your lovely Mom pulang besok sore," kata Felix lagi saat Ara beralih duduk di meja makan.

"Yea, gua yang jemput sama Hyunjin. Ka Changbin masih ada kelas besok sore," sahut Ara.

Felix mematikan kompornya, mengambil mangkok dan menuangkan sup nya kesana.

Lalu membawa ke meja makan, menyimpan didepan Ara duduk.

"Okay, gua yang sambut di rumah,"

Ara mengangguk. "Gak usah bikin apa-apa, palingan juga mama yang bawa oleh-oleh banyak," kata Ara lalu mulai memakan sarapan buatan Felix.

Ah Felix dan dapur ya..

Ara juga sedikit lupa kapan terakhir Ara menemani pemuda ini karena tidak bisa menyala-lalu mematikan kompor kembali.

Bahkan sekarang pemuda ini sudah pintar memasak sendiri didapurnya. Menyalakan dan mematikan kompor sesuka hatinya.

Acara sarapan mereka pagi itu berjalan lancar sampai muncul suara pintu depan terbuka. Diikuti dengan suara sandal rumah yang menggesek lantai juga lelaki tinggi nan tampan yang muncul dari ruang tengah.

"Pagi," sapa pemuda itu, Hwang Hyunjin.

"Pagi kak, sini sarapan," ajak Ara, menepuk kursi disampingnya.

Hyunjin mengangguk, lalu malah duduk disamping Felix yang sedang sarapan.

"Aku bawa motor, gapapa kan? Mobilnya dibawa Jeongin buat jemput ceweknya," kata Hyunjin, mengambil sepotong roti dan diolesinya dengan selai.

"Jeongin? Udah jadian, kak? Acie" kata Ara lalu tertawa kecil.

Ah bahkan pemuda ini akhirnya menemukan cintanya setelah sekian lama tetap menempel pada Ara.

Ara diam-diam tersenyum saat memorinya tentang dirinya, Hyunjin dan Jeongin kembali terputar di otaknya.

Lucu. Cinta segitiga yang bodoh antara Ara dan kedua saudara sedarah ini.




























"Siapa?"

Mama yang baru akan masuk mobil bertanya pada Ara tentang pemuda yang kini membantunya memasukkan koper kedalam bagasi.

"Hyunjin, cowok aku itu ma," bisik Ara. Mama tertawa kecil.

"Ganteng, kamu pinter nyari cowok," kata Mama Seo cengengesan, lalu masuk kedalam jok tengah mobil Hyunjin.

Setelah mamanya masuk, Ara kembali menghampiri Hyunjin di belakang mobil ---yang baru selesai memasukkan beberapa koper Mama.

"Gugup," keluh Hyunjin begitu Ara berdiri didepannya.

Dan Ara terkekeh, lalu menepuk lengan Hyunjin pelan. "Santai santai.."

"Mama kamu nanya apa tadi?"

"Nanya kakak siapa, trus aku jawab, kakak supir pribadi aku," sahut Ara geli.

"Araaaa!"

"Hehe udah yuk?"

Perjalanan sore itu begitu terasa gugup bagi seorang Hwang Hyunjin.

Pasalnya ini baru pertama kalinya bertemu dengan Mama Seo, juga pertama kali dirinya bertemu dengan orangtua gadisnya.

Padahal mama Seo begitu santai mengajak Hyunjin mengobrol soal keadaan lalulintas Indonesia saat ini.

Begitu santai, bahkan tidak sedikitpun mengungkit tentang hubungan Ara dan Hyunjin.

Sampai mereka sampai di rumah keluarga Seo, Hyunjin dibantu Ara kembali membereskan koper Mama dari bagasi.

Hyunjin sebenarnya sudah menyuruh Ara untuk masuk saja, tapi gadis itu kekeuh untuk membantu karena koper-koper ini begitu banyak dan berat.

Dan di ambang pintu rumahnya, Mama menatap dua insan ini sambil tersenyum geli. Kembali bernostalgia tentang masa mudanya.

Sampai ketika Ara dan Hyunjin sampai di depan pintu juga, Mama Seo berceletuk, membuat Hyunjin semakin gugup. Parah.

"Kalian lucu banget sih, ada rencana buat nikah dalam waktu dekat, hng?"

Ara skut.


















_____

Tijel. Juga sebenernya gak srek buat publish.

Maafkan aku, maafkan. Ntar aku revisi deh lalu aku repub kalo misal kalian ga puas

Grow Up • Hyunjin, I.N✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang