Maafkan aku ....

98 10 2
                                    


Kali ini hatiku yang mencoba menjadi pembunuh dan mencelakakan diriku sendiri. sebenci apa pun aku dengan Malika aku tidak tahu perasaan apa yang harus aku tunjukan ketika melihatnya. Hatiku memang kacau dan tidak tahu malu.

"Azka ...."
Dia memanggil namaku lagi. Sekarang, posisiku dan Malika berhadapan walaupun masih cukup jauh. Perlahan Malika mulai mendekat, tak lupa senyumnya selalu ia sertakan. Angin menerbangkan rambut panjang nan hitamnnya, binar di matanya terlihat. Apa yang harus aku lakukan?

"Azka ...."
Berulang-ulang kali di hari ini. Jika orang lain berada di posisiku, apa ia akan memberi senyum yang tulus untuk orang yang telah melukainya namun masih sangat ia cintai?
Aku ingin memberinya senyum tapi setengah hatiku dengan keras menolaknya.

"Azka ... kita bertemu di sini," ucapnya yang telah berada dekat denganku. Aku berdiri kaku, entah apa yang harus aku lakukan.

"Ma ... lika," panggilku ragu.

"Akhirnya kau mau menyebut namaku," jawab Malika tersenyum. Aku tidak kuasa menatap matanya. Tatapannya begitu dalam, menenggelamkan hati dan semua perasaan yang aku punya.

"Aku membencimu," sambungku lagi. Namun, Malika masih tetap tersenyum.

"Aku bilang, aku membencimu," jelasku lagi. Malika masih tetap menyambut itu dengan senyumnya.

"Aku suka kau yang jujur. Lebih baik seperti ini, membenciku dengan sangat namun kau masih mau melihatku, berbicara denganku sekalipun kata-kata yang kau ucapkan adalah kebencian. Aku suka ... aku bahagia masih bisa melihatmu, mendengar suaramu, Kaka."

"Kenapa kau masih tega mengucapkan itu? Kau suka aku yang jujur? Memangnya kapan terakhir kali aku pernah berbohong padamu?" Pertanyaanku membuat Malika terdiam sejenak, dan beberapa kali menatap mataku lagi tanpa ragu.

"Kau tidak pernah berbohong padaku tapi kau selalu berbohong pada dirimu sendiri. Kau masih mencintaiku?"

"Untuk apa aku menjawab?"

"Untuk memastikan apakah hari ini kau telah pandai berbohong atau tidak."

"Ya, aku masih mencintaimu," jawabku dengan lantang. "Namun, rasa benciku lebih besar dari semua perasaan itu!" sambungku lagi.

"Setidaknya kau telah jujur. Kali ini, aku tidak akan mengatakan bahwa aku akan berkata jujur. Aku masih tetap sebagai pembohong yang kau kenal. Ya, apa pun yang aku katakan adalah kebohongan. Aku ... tidak mencintaimu, aku tidak ingin melindungimu, aku juga tidak ingin menjaga hatimu."
Setelah mengucapkan itu, Malika berbalik meninggalkan aku yang masih berdiri kaku. Aku melihatnya melangkah menjauh namun rasanya hati Malika masih tertinggal di sini bersamaku. Aku mengikuti Malika tanpa suara. Entah, dia menyadari keberadaanku atau tidak, namun aku tetap ingin mengikuti langkahnya di hari ini. Semakin Malika bersikap seperti ini aku semakin bingung apakah dulu aku memang benar mengenal Malika atau tidak. Aku semakin yakin bahwa aku tidak tahu siapa sebenarnya Malika.

Untuk hari ini, izinkan aku mengkhianati setengah hati yang membenci karena aku ingin melangkah seirama dengan Malika walaupun hanya dari kejauhan. Aku tahu aku tidak pantas melakukan ini tapi aku sangat ingin melakukannya.

"Sampai di sini ... pulang dan beristirahatlah Malika, orang asing yang sangat dekat dengan hatiku. Aku masih membencimu. Ya, masih," gumamku memandang ke arah Malika yang telah masuk ke dalam rumah.

Aku melanjutkan lagi perjalanan, kali ini aku tak terarah. Aku tidak ingin pulang tapi aku tidak tahu harus ke mana.

"Azka ...." suara wanita yang tidak asing terdengar. Tiba-tiba dari belakang telah melingkar tangan mungil pada sebagian tubuhku. Ini pelukan yang sangat aku rindukan. Ya, benar. Dia adalah Malika. Dia menyadari bahwa sedari tadi aku telah mengikutinya, setelah aku melangkah meninggalkan rumahnya dia mengikuti langkahku dan dengan tiba-tiba memelukku dengan erat dari belakang.

Aku hanya berusaha diam. Akan kubiarkan Malika dengan sesesuka hatinya memelukku. Dia sedang membagi kehangatan yang sempat hilang dan juga merupakan awal dari kehancuran hati dan segala rasa yang kupunya.

Kau rindu? Peluk aku. Aku rindu padamu, tapi aku tidak bisa memelukmu.

"Maafkan aku, maafkan aku ...."

"Maafkan aku, maafkan aku ...."

"Maafkan aku, maafkan aku ...."

"Maafkan aku, maafkan aku ... Kaka."

BERSAMBUNG ....

Ada AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang