Olive In Miraclass

23. Skakmat

Apa aku harus jadi Dora dulu, beb? Biar bisa ngomong..
Katakan peka, katakan peka.

- Alvin Dirga P. -

Persiapan buat ektrakurikuler voli nanti sore udah komplit. Semua barang yang dibawa pagi ini mulai aku masukin ke dalam loker.

"Seragam olahraga udah, deker udah, sepatu udah, air mineral udah ... Eh?" Mendadak gerakanku terhenti. Satu benda asing yang aku tangkap di dalam loker buat alisku mengernyit.

"Susu Milo? Siapa yang naruh disini? Perasaan aku nggak pernah nyimpen ini di loker."

Aku cek lagi kotak susu itu, ternyata ada kertas kecil yang nempel. Bertuliskan...

'Thanks♡'

Weh,

Dari siapa nih? Maksudnya apa?

Ucapan terimakasih. Emang aku udah ngelakuin jasa apa ke orang lain kemarin-kemarin?

Tapi ... ah, mungkin ini rejeki anak sholeh kali yak. Bodoamatlah, mumpung aku nggak bawa susu kotak kaya biasanya, aku minum aja ini nanti di kelas. Semoga nggak dikasih pelet.

Buru-buru aku nutup pintu loker. Lanjut jalan ke kelas.

"Oliiiive!"

Suara familiar itu buatku berhenti di persimpangan koridor.

Dia, Alya. Sedikit lari ke arahku sambil bawa tas kain kecil yang isinya kotak makan, kalo nggak salah.

"Napa?" tanyaku.

"Kamu mau ke kelas, kan? Aku nitip ini ya, kasih ke Tian."

Nyamperin pangeran yang wajahnya selama ini menuhin pikiranku? Yang bener aja! Aing lagi susah payah nyoba muvon, mulai ngikhlasin dia buat si cewek ini. Minimal harus menghindar, nggak natap muka gantengnya itu, dan jauh-jauh dari jangkauannya mulai sekarang.

Tapi kalo begini ceritanya... ya maleeen, iman saya diuji :)

"Liv!"

Aku gelagapan. "Ha?"

"Iniiii. Kasih ke Tian. Kelas kalian kan sebelahan, cuma ngasih nggak ada lima menit," ucapnya maksa tanganku nerima benda itu. "Aku mau nyalin PR MTK, nggak ada waktu buat ke sana. Sampein, ya? bilang kalo bekal ini dari aku, ceweknya yang super cantik."

"Hm." Aku berdeham malas.

Lantas jalan ke kelas 11 IPA1.

Semakin mendekati pintu, semakin jantungku berdisko ria. Deg-degan Ya Allah.

Makin jantungan lagi pas aku hampir masuk, mas crush malah mau keluar kelas.

Kita berhadapan di ambang pintu.

"Tian," panggilku nyegah pergerakannya. "Ini ada bekal buat kamu."

Meski keliatan bingung, dia tetep nerima uluran dariku.

"Dari siapa?" tanyanya.

"Dari Aku," jawabku cepat. "Ehh, emm ... maksudnya... Ng, ya ini emang dari aku, sebagai kurir. Aslinya dari si Alya. Dia yang bikin makanannya."

Tinggal bilang dari pacarnya aja susah amat ya.

"Oh, oke. Thanks ya," ucapnya sambil senyum, langsung masuk ke kelas ninggalin aku yang mulai kesengsem.

Anjirlah, gula pasir aja masih kalah manis dari senyuman cowok itu. Ingatkan aku buat minum diabetasol sampe di rumah nanti gais.

Pas lanjut jalan ke arah kelas, di koridor, lagi-lagi ada orang yang ngehalangin langkahku. Tapi kali ini tanganku langsung digeret ke belakang buat berhenti.