9. Alya

2.4K 223 84
                                    

Tidak bisa memilikinya, bukan berarti aku tidak bahagia. Selama serong kanan-kiri masih bisa, kenapa engga?

- Olive in Miraclass -










Wifi, waifi, waifai, entah apa pun itu sebutannya, kalo sinyalnya stabil, pesen minuman satu pasti duduknya dari siang sampe sore. Betah.

Kayak sekarang ini, hampir 2 jam aku nongkrong di kafe sama Alya. Dia yang ngajak aku ke sini abis pulang sekolah tadi. Yah, mumpung ujan dingin gini enaknya minum yang anget-anget, aku nggak bakal nolak tawaran itu.

Wes, mataku hampir juling ini ngeliatin ponsel terus. Berhenti mainan sosmed, aku nyeruput lagi minuman yang udah hampir dingin. Sambil ngelirik gerak-gerik aneh si Alya. Dia terus ngerogoh dompet, ngeluarin beberapa kertas kecil bergambar di atas meja. Mmm... aku yakin itu foto. Tapi kok... ini kayak foto ijasah gitu? Kecil banget.

"Fotonya siapa, Al? Kok banyak banget?" Aku mencondongkan badan penasaran.

"Foto mantan," jawabnya singkat. Jari tangannya merapikan foto itu supaya berjejer rapi di atas meja.

1 2 3 4 5 6 7--

"Ada 12, Liv."

"Ha?"

"Ada 12 foto. Ada 12 wajah mantan di sini," jelasnya saat tau aku masang wajah bingung.

Gilak. Dua belas coy. Dua belas!! Itu mantan apa anak ayam? Banyak amat.

"Ini belum semuanya, Liv. Masih ada 5 foto lagi di rumah."

Aku yakin muka ku udah kek curut kejepit sekarang. Kaget sekaligus nggak nyangka. “Terus itu ngapain disimpen di dompet gitu? Bukannya kenangan yang ngingetin kita soal mantan kudu dibuang jauh-jauh??" tanyaku.

Aku curiga dia pacaran selama ini cuma mau nyari koleksi.

"Coba kamu liat foto ini satu persatu deh, Liv," suruh Alya sebelum jawab pertanyaanku.

Aku ambil posisi makin dekat. Meneliti wajah yang--- OH MY... INI KENAPA ISINYA COGAN SEMUAA???

Aku natap Alya horor. "Seriusan ini mantan kamu semua??"

Yakin kalo dijadiin satu bakalan jadi boyband ini. Beneran.

Alya ngangguk. "Iya, Liv." Dia menghela napas. "Selama ini aku nyimpen foto-foto itu di dompet. Yang bening-bening gini berat banget kalo harus di drop out dari tempatnya," lanjutnya murung, "tapi pacarku yang sekarang ini, buat aku sadar, kalo aku benar-benar harus memusnahkan foto mereka. Dibuang pada tempatnya. Tempat sampah."

Pacarnya yang sekarang?

Si Tian dong ya?

:(

Dia melanjutkan, "Aku baru nyadar kalo nyimpen foto mereka bener nggak ada faedahnya sama sekali."

kali ini Alya narik satu foto yang masih terselip di dompetnya.

Itu foto Tiaaaaaan!

"Sekarang, cuma satu foto ini yang jadi penghuni dompet aku. Dia yang bikin aku nyaman, dia yang paling aku cinta, nggak boleh diduain, apalagi didua-belasin," ucapnya sumringah. Memancarkan aura bahagia.

Strong Olive, strong.

"Ibarat dompet itu hati, cuma Tian yang boleh ngisi kekosongannya."

Iyaudah iyaaa.

"Dia paling spesial. Dan pesona para mantan ngga ada apa-apanya dibanding Tian seorang."

UDAH WOE!

"Aku ngaku bodoh selama ini nyimpen foto mereka. Mulai saat ini, aku niat mau ngelepas semua yang berhubungan dengan mantan, termasuk foto-foto itu. Aku cuma mau fokus ke Tian. Dan kamu Olive, kamu jadi saksi aku nguatin niat ini,” tukasnya.

Nggak ada yang bisa aku lakuin selain ngangguk pasrah. "Btw Al, selama ini kamu pacaran sama mereka beneran sayang nggak sih? Maksudku--"

"Ya iyalah, Liv. Kamu kira aku cuma main-main? Aku sayang sama mereka, dulu. Tapi ada banyak hal yang jadi alasan kita putus. Salah satunya ya kena tikung temen," jawabnya jengah. "Terus yaaa mungkin ini yang dinamakan rejeki anak sholeh, Tuhan maha adil, nggak berhenti nemuin cewek cantik ini sama beberapa pangeran yang bisa bikin mudah jatuh hati." Alya mulai senyam-senyum sendiri.

Iya iyaaa.. Yang cantik yang sexy yang pinter yang kaya yang perfect. Yang jadi inceran para cowok. Aku mah apa, cuma seupil trenggiling, ngga heran sampe sekarang belum sembuh dari penyakit jomblo kronis.

"Jadi yaaa mau gimana lagi, Liv? niatnya tetep stuck sama satu cowok, tapi ya tetep aja, faktanya yang setia kalah sama yang suka nikung."

Aku natap Alya miris. Ikut-ikutan sedih. Padahal dalem hati, O aja.

Maap, Al. Kalo keinget Tian suka bete duluan akunyaaa.

Aku ngelirik lagi satu persatu foto mantannya si Alya. Wajah mereka emang nggak asing. Kebanyakan murid satu sekolahan. Tapi yang mendadak jadi fokusku saat ini fotonya...

"Itu Kak Putra?" tanganku langsung ngambil salah satu foto.

"Iya, temen sekelasku."

Edan.

"Kenapa, Liv? Suka sama Putra? Kalo mau, ambil aja fotonya, ambil orangnya juga nggak papa kok," ucap Alya senyum.

Jujur nih ya, aku pengin ambil foto ini buat si Mila. Tapi aku bingung ngomongnya ke Alya.

"Dia udah jadi mantanku Liv, ngga usah sungkan. Aku nggak keberatan sama sekali. Asal jangan ambil pacarku yang sekarang aja."

TAPI AING PENGENNYA SAMA TIAN. GIMANA DONG?

"Nggak Al, makasih. Aku nggak niat nikung," ucapku sambil senyum. Padahal dalem hati gedeg banget pengen ngembat pacarnya. "Ini aku beneran boleh ngambil fotonya Kak Putra, kan? Tapi bukan buat aku. Ini buat temenku, ada yang naksir dia soalnya."

Alya ngangguk. "Ambil aja. Tapi sayang banget bukan kamu yang suka Putra, Liv. Aku udah ada niatan jadi mak comblang padahal."

"Hehehe, buang aja niatmu itu. Aku beneran nggak suka sama Kak Putra. Mending comblangin aku sama yang lain aja," tolakki halus.

"Sama siapa? Kamu sukanya sama siapa? Aku siap sedia jadi mak comblang."

Sama Tian, Al. Comblangin aku sama Tian :(

"Sama siapa, ya?" Aku pura-pura mikir, "aku lagi nggak suka sama siapa-siapa sih." Bo'ong terus ae Olive, bo'ong. "Emmm... Tapi Kak Willy boleh tuh," ucapku asal.

"Jangan Willy, Liv. Dia playboy. Kasian kamunya," jawab Alya.

"Kak Rafa?"

"Yah, dia lagi pdkt sama Luna."

"Kak Firman?"

Bentar, ini nawar cogan kenapa jadi kek nawar sayuran gini si? Haha.

"Si Firman udah punya pacar, Liv."

Aku masang muka melas. "Nggak usah jadi kalo gitu, Al. Aku jomblo aja udah, nggak papa."









Nggak selamanya jomblo itu menyedihkan. Nikmati aja, jangan lupa juga selalu ngucapin, bismillah.. Sendiri bahagia.

Olive In Miraclass Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang