6

300 15 0
                                    









Anya berlari mengejar Al yang menuju parkiran motor.

"Al please, kamu dengerin penjelasan aku dulu. Aku minta maaf." pinta gadis itu, seumur-umur baru kali ini ia memohon pada cowok.

Bahkan waktu diputusin Fahri tanpa alasan, gadis itu tetap berdiri kokoh tanpa berusaha untuk meminta penjelasan. Walaupun hatinya hancur, ia pantang mengejar cowok yang tidak menginginkannya lagi. Toh dia bisa mencari cowok baru.

Tapi beda dengan kali ini. Entah kenapa kakinya mendadak bergerak dengan sendirinya untuk mengejar cowok ini.

"Anya aku capek, mau pulang." tukas Al sambil memakai helmnya.

"Tapi kamu baru aja tidur seharian." ceplos gadis itu polos.

"Anya, aku sakit." entah mengapa Al tidak bisa menahan senyum mendengar ucapan gadis itu.

Tapi sekarang ia sedang marah, tidak boleh luluh dengan muka memelas Anya.

Ia sakit, sakit hati.

"Aku tau, makanya kamu ga boleh bawa motor." Anya berjinjit, berusaha melepas kembali helm cowok itu dari kepalanya.

"Anya, tolong kali ini aja jangan manja," ujar Al gusar. Tapi tak menahan gadis itu.

"Kamu pulang bareng aku, Pak Iwan udah didepan. Nanti motor kamu biar dibawa Farhan atau Danu."

Al menaikkan alisnya, menahan geli. Padahal tadi gadis itu jelas sekali sedang menahan tangis, tapi sekarang ngotot ngajak Al pulang bareng.

Akhirnya dengan pasrah Al, mengikuti gadis yang sekarang menggenggam tangannya menuju gerbang depan. Tepat setelah mereka berada di atas mobil, bel pulang berbunyi.

"Syukurlah, drama di parkiran tadi tidak dilihat oleh anak-anak satu sekolah." batin mereka dalam hati.




















*
















Anya ternganga melihat rumah Al yang luar biasa besarnya. Sayangnya rumah itu amat sepi, sama seperti rumahnya sendiri.

Apa hal ini yang membuat Al jadi bandel? batin gadis itu.

"Nya, kok bengong? Jadi mampir ga?"

"Eh iya," dengan ragu gadis itu mengikuti Al masuk ke dalam.

Ia yakin Al tidak akan macam-macam, karena walaupun bandel, cowok ini bukan cowok brengsek. Lagian Pak Iwan nungguin dia di mobil yang terparkir di depan.

"Minum ga?" tanya Al.

"Ga usah," Anya menguatkan hati, "Kamu duduk dulu sini." gadis itu menunjuk sofa tempat ia sekarang juga sudah duduk manis.

Al menahan senyum, kenapa gadis ini sangat menggemaskan. Ini kan rumah Al, kenapa malah dia yang nyuruh duduk.

"Mahesa aku mau minta maaf," ucap gadis itu ketika Al sudah duduk disampingnya, "Cowok itu cuma temen, ga lebih. Malem itu aku bener-bener bosen di rumah yang sepi, tapi kamu malah kayak gitu. Yah, walaupun akhirnya aku tau alesan kamu ga ngehubungin aku kemarin. Tapi malem itu aku kan belum tau apa-apa, jadi yah aku mau aja diajak pergi dia. Maaf ya Al. Kita cuma makan doang kok abis itu pulang. Kan kata kamu aku ga boleh pulang malam, bahaya banyak orang jahat." cerocos Anya.

Sedangkan Al malah terkekeh, ia terbius mata bulat Anya yang kecoklatan.

"Kamu sukses bikin aku cemburu tau ga?" refleks tangannya mencubit pipi gadis itu. "Kamu ga boleh pergi sama cowok selain aku, ngerti?"

Anya mengangguk cepat.

Tangan Al beralih mengelus rambut Anya, "Terus kamu tau kenapa alasan aku ga ngehubungin kamu kemarin?"

Gadis itu mengangguk lagi, "Karena Mama kamu. Boleh ga aku jenguk beliau?"

"Boleh, tapi ga sekarang. Sekarang Mama harus istirahat total, ga nerima pembesuk."

"Yah, ya udah nanti aku kirim bunga aja ya buat Mama kamu,"

"Kirim doa aja, semoga cepat sembuh ya Ma. Gitu." goda Al.

"Iya, semoga Mama cepat sembuh, Al juga cepat sembuh. Kamu jangan sampai kecapekan juga jagain Mama kamu." omel gadis itu, "Eh tapi Al, semalem Delvano kamu apain?"

"Aku tonjok."




















*





















Hubungan Al dan Anya kembali membaik, mereka menjalaninya dengan bahagia.

Setidaknya itu anggapan orang-orang yang melihat Al dan Anya datang dan pulang sekolah bersama. Mereka tidak tahu bahwa keraguan di hati Anya mengenai perasaan Al yang sesungguhnya kian membesar.

Apalagi semenjak gadis itu menyadari perasaannya pada cowok yang mendadak mengajaknya berpacaran sepulang sekolah.

Al memang tidak pernah bilang "I love you" seperti yang lazim diucapkan orang yang pacaran, tapi perhatian Al yang cowok itu tunjukkan dengan caranya sendiri mampu meluluhkan hati Anya.

Gawat, sepertinya Anya sudah jatuh hati pada cowok bandel itu.














*

[5] ALWAYS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang