13

293 18 0
                                    






Anya mengikuti proses pemakaman ibunda Al dari jauh.  Saat ini gadis itu tidak memiliki keberanian untuk menghampiri cowok itu. Makanya sekarang ia dan Iffa berdiri agak jauh di belakang, tidak ikut dengan teman-teman sekelasnya yang sudah mengerubungi kuburan.

Iffa mengusap bahu Anya prihatin, "Kamu yakin ga mau kesana?"

Anya menggeleng lemah. Selain tidak berani bertemu cowok itu, hati Anya seperti teriris melihat Keira yang berdiri disamping cowok itu.

Al tampak lelah dan juga amat sedih. Wajahnya yang biasa tengil dan sangar, tak terlihat sama sekali. Anya tau, Al sangat amat menyayangi Mamanya.

Anya ingin sekali dirinya yang berada disamping cowok itu, memeluknya dan menguatkannya.

Tapi kalau mengingat Keira-lah yang berada di kamar rumah sakit tempat Mama Al menghembuskan nafas terakhir kemarin, nyali gadis itu jadi ciut.

Sepertinya Anya bukan sosok yang tepat untuk menghibur Al. Anya bukan sosok yang diinginkan cowok itu untuk berada disampingnya.

Bila memikirkan hal tersebut, hati Anya kembali sakit. Air matanya kembali turun.

"Anya, jangan nangis. Duh, udah istighfar ya Nya. Kita doakan Mama Al tenang di sana." Iffa merangkul Anya, berusaha menenangkan.

Anya menggigit bibirnya. Iffa benar. Saat ini bukan saat tepat untuk mengurus masalah hati.

Yang terpenting sekarang adalah mendoakan Mama Al, dan juga mendoakan Al agar diberi ketabahan dan kekuatan.

Al, Anya kangen!





















*



















"Anya!" panggil seseorang ketika Anya sudah akan masuk ke mobil bersama Iffa.

Anya cukup kaget, karena orang itu adalah gadis yang paling tidak ingin ia temui saat ini.

"Anya aku mau ngobrol sebentar berdua aja." pinta Keira setelah sudah berada di hadapan Anya.

"Ngobrolin apa?" tanya Anya getir.

"Please?"

Akhirnya Anya mengangguk.

"Aku tunggu di mobil ya Kei." ucap Aldo, pacar Keira, sambil tersenyum pada Anya.

Keira melambaikan tangannya pada Aldo, dan menarik Anya ke tempat duduk dibawah sebuah pohon.

"Ngobrolin apa?" tanya Anya lagi. Ia ingin cepat pulang, takut kalau-kalau bertemu dengan Al.

"Anya, Al cerita semua. Kamu salah paham tentang kami." ucapan Keira membuat Anya tersentak.

Ia meneguk ludah, kalau kemarin ia tidak mau penjelasan Al. Kenapa kali ini juga harus menolak penjelasan Keira? Ia gadis baik, tidak mungkin berbohong.

"Oke, then tell me what happen." ujar Anya ingin tahu.

Akhirnya Keira menceritakan tentang dia dan Al. Orang tua cowok itu bercerai saat ia masuk SMP. Sudah lama memang, dan setelah ditinggalkan Papanya, Mama Al mulai sakit-sakitan. Sejak itulah ia mulai membenci Papa yang meninggalkan mereka. Karena Mamanya sering bolak-balik rumah sakit, Al sering dititipin di rumah Keira. Ya, mereka bertetangga.

Mungkin karena itulah mereka jadi dekat. Di saat masa-masa terburuknya, hanya Keira yang menemani dan menghibur cowok itu.

Hingga akhirnya, Al salah mengartikan kebaikan Keira. Cowok itu menyatakan cinta, tapi Keira menolak. Bagi Keira, Al sudah seperti kakak baginya. Keira hanya ingin bersahabat, dan Al menolak. Akhirnya mereka pun jadi menjauh.

Sampai akhirnya Keira jadian sama Aldo. Dan Al berubah menjadi anak bandel. Keluarganya yang broken home dan perasaan dikhianati oleh Keira, membuatnya hancur. Cowok mulai mencari pelarian. Entah itu tawuran, bolos, ngerokok, balapan, dan lainnya.

"Aku sedih dia berubah Nya, tapi aku ga bisa nasehatin dia karena Al selalu menghindar baik di rumah maupun di sekolah," jelas Keira.

"Tapi dia berubah saat ketemu kamu. Masa kamu ga nyadarin sih?" Keira menatap Anya yang sedang berusaha keras menahan air mata.

"Dia tersenyum dan tertawa kalo lagi sama kamu, dia jadi kayak Al yang aku kenal dulu. Dan aku yakin semua yang dia katakan dan lakukan ke kamu itu tulus, melihat betapa depresinya dia saat bercerita tentang kamu." Keira tersenyum dan meraih tangan Anya dan menggenggamnya, "Aku rasa dia kembali jatuh cinta, Anya."

"Dan aku harap kali ini dengan orang yang tepat."



























*




















Atas saran Keira, akhirnya Anya menuju rumah Al. Tamu-tamu masih berdatangan, dan membaca yasin dirumah duka tersebut.

"Mas Al mana Bi?" tanya gadis itu ketika menemukan Bi Siti yang sibuk mengatur makanan untuk para tamu.

"Diatas Non, baru saja sampai dari pemakaman."

Maka dengan cepat gadis itu menuju kamar Al di lantai dua. Dengan hati-hati ia membuka pintu tersebut.

"Al?"



















*  

[5] ALWAYS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang