Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Joshua, lo harus ikut rapat BEM sore ini, lo terlalu sering gaikut, sampe-sampe pada lupa lo salah satu panitianya." Wonwoo menghampiri Joshua yang asyik dengan gadgetnya, menunggu seseorang yang memiliki janji dengannya muncul.
"Iya Wonwoo. Gausah khawatir. Sponsor udah tinggal nunggu cair aja." Lelaki kucing tersebut menyingkirkan layar handphonenya sejenak dan tersenyum manis. Wonwoo mendengus dan mengangguk singkat.
"Yaudah. Tapi beneran dateng ya! Awas aja lo." Joshua meringis dan mengangguk mengiyakan. Wonwoo duduk di sebelahnya.
"Lo nunggu siapa?"
"Hehehehehe." Wonwoo mendengus kesal.
"Dokyeom 'kan. Udahlah, gue yakin nih, Jo, dia gabakal dateng. Mending lo ikutan gue sama Jun aja. Lo lupa terakhir kali dia ngelakuin apa ke lo?" Joshua terhenyak dan berpikir kembali. Terakhir kali, Dokyeom berjanji untuk mengajaknya makan siang setelah kelas terakhirnya beraakhir. Bukannya mendatanginya, ia malah terlihat jalan dengan anak fakultas sebelah dengan asyiknya dan melupakan janjinya.
"Orang brengsek ga akan berubah, Jo. Percaya sama gue."
"Dia ga gitu. Gue yakin, dia bakal berubah. Gue ngasih kesempatan buat dia." Joshua menatap datar sepatunya. Entahlah, ia juga merasa tak yakin. Dokyeom-nya terlalu baik, kepada semua orang. Bahkan ia tak tahu mana yang melebihi batas ataupun yng hanya sekedar berteman saja. Tapi, lagi dan lagi. Joshua tetap memaafkannya, memberinya senyuman terbaiknya, dan juga menerimanya kembali ke dalam pelukan hangatnya.
Semua itu sudah terlalu sering.
Dan Joshua selalu berkata meyakinkan dirinya,
bahwa Dokyeom-nya perlahan akan berubah.
Wonwoo mencolek bahu Joshua. Mengedikkan kepalanya ke arah kanan. Joshua menengok dan menyipitkan matanya.
"Bangsat."
"Baru tau 'kan lo, sebajingan apa Dokyeom Adiputra yang lo banggakan itu?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
