"Na? Gila ego si Dikta kemaren. Nge spam chat gue terus cuman bilang kucingnya baru aja ngelahirin." Mengingat kejadian kemarin, Vanka menceritakannya kepada Ariana.
"Demi apa? Wahgelaseh." Ada nada tidak suka dibalik perkataan Ariana.
"Iye anjir Wkwk. Terus juga dia gajelas banget ngirim-ngirim kontak temennya, bilangnya sih salkir. Namanya Narendra kalo ga salah." Jelas Vanka.
"Btw, Naren tuh cakep tau Van." Ariana memberitahukan info tersebut kepada Vanka.
"Oh."
"Lo tumben ga pake dasi sama ikat pinggang?" Tanya Ariana, sangat tidak biasa. Mengingat sebelumnya Vanka adalah murid teladan di SMA Merah Putih.
"Oh ini, iya. Gue lupa sama kalo inget juga males gitu!" Jawab Vanka, yakin sangat dengan jawabannya.
"Oh gitu."
Lalu mereka berdua terlarut dalam dunia masing-masing. Karena sekarang adalah jam kosong dari pelajaran Bahasa Inggris.
***
"Hai ka Naren!"
"Eh? Hai juga Amara."
"Kaka baik banget deh :))"
"Baik dong. Kalo jahat mah laporin aja kaka ke polisi. Yaudah ya Ra, kaka mau ke kelas temen kaka dulu. Bye. Semoga DOI kamu cepet peka biar kamu jadi gasuka negor cowo kaya gini takut dikira ganjen soalnya, hehe!" Naren baru saja menjelaskan kepada Amara, adik kelasnya yang bisa dibilang seperti tante-tante yang pergi kesekolah bukan pelajar yang hendak ke sekolah.
Dengan begitu Naren berlalu, meninggalkan Amara dengan kedua dayang-dayang pengikutnya.
Naren sedikit antusias untuk pergi ke kelas 11 IPS 2, untuk menemui sahabat dari oroknya yaitu Dikta.
"Mas bro Dikta? Apakabar lu? Gue kangen banget sama lo Yang." Selalu saja begitu, Naren pasti kalo berucap selalu seenaknya tidak pernah berfikir tentang apa yang akan orang lain rasakan.
"Dih, Cicak gausah ngomong lo. Kalo mau homo gausah sama gue setan!" Kalau saja bukan sahabatnya pasti Dikta sudah meninju habis-habisan wajah tampan nan blasteran seorang Naren.
"Sanken bro."
Dan Dikta kembali fokus kepada aktivitas awal.
*Dikelas yang sama, namun dimeja yang berbeda.*
"Na? Ayuk kita ke kantin." Ajak Vanka, perutnya sudah sangat keroncongan akibat tadi pagi tidak sarapan.
"Ayuk Van. Sabar napa si elah _-" Ariana jengkel sebab Vanka terus-menerus menarik tangannya untuk segera pergi kekantin.
Ariana akhirnya bangun dari kursi tempat di duduk dan pergi kekantin bersama Vanka melewati Naren dan Dikta yang masih setia ditempatnya.
"Eh? Itu siapa yang barusan lewat?" Tanya Naren. Naren tuh sedikit playboy tapi masih batas wajar gitu.
"Vanka, sama Ariana." Dikta menjawab dengan ogah-ogahan.
"Cakep gitu masa, wkwk." Sepertinya Naren tertarik dengan salah satu dari mereka.
"Cakep atau cantik?" Tanya Dikta sambil berdiri dari bangkunya hendak pergi kekantin.
"Cantik lah,"
"Tadi lo bilang cakep. Ga konsisten lo mah!,"
"Dih bodo amat anjir!"
Mereka berdua sampai dikantin. Melewati meja Vanka dan Ariana, tanpa aba-aba Naren langsung saja duduk dibangku yang sudah diisi oleh Ariana dan Vanka melihat itu Dikta menjadi kebingungan sendiri.
Dikta menegur Naren ketika melihat Naren duduk dibangku sebelah Vanka. "Heh! Apaan sih lo Ren? Bangun ayuk, kita cari tempat duduk lain. Masih banyak gitu!"
"Dih, sini aja lah Ta. Boleh kan?" Tanya Naren kepada Vanka dan Ariana, dan yang ditanya hanya saling tatap tidak mengerti.
"Dasar Naren bau kambing!" Mau tidak mau Dikta duduk disamping Ariana, depannya Naren sedang meliat gaya makan Vanka membuat Vanka tidak nyaman soal itu.
"Lo kalo makan aja cantik yak? Apalagi kalo lagi gamakan, hehe :3" Tiba-tiba saja Naren menyeletuk seperti itu membuat Vanka langsung meminum minumannya.
Karena, merasa terganggu oleh tingkah Naren terhadap Vanka, Ariana pun angkat bicara, "Naren! Vanka tuh lagi makan, lo gausah ganggu dia bisa ga sih?! Orang mau makan malah lo tanya kaya gitu. Noh orangnya ampe keselek!"
"Mampus! Tenggelem sono lo ke laut!" Jelas Dikta. Berbeda dengan Naren, Dikta sama sekali tidak menggubris tentang cewe. Dirinya lebih memilih fokus kepada pelajaran mengingat janjinya terhadap ibunya, dan kalau Naren? Naren akan sesuka hati memainkan cewe, namun kalau sudah sayang Naren bisa sangat setia.
"Udah lah. Ayuk Van. Kita pergi!" Tanpa Aba-aba Ariana langsung mengajak Vanka untuk pergi dari kantin.
"Mamam noh Vanka!" Dikta terkekeh.
***
"Habis ini pelajaran sejarah. Bolos aja mau ga? Kita ke rooftop sekola?" Ajak Ariana. Yap, setelah bel berbunyi, guru pelajaran sejarah akan mengajar selama dua jam pelajaran.
"Yuk!"
Lalu mereka naik ke rooftop sekolah. Berharap tidak ada yang melihat mereka naik.
***
Sepulang sekolah.
Ariana akan mengunjungi rumah Vanka dikarenakan rumah Vanka hari ini kosong akibat mama nya yang pergi untuk mengunjungi rumah tantenya di daerah yang berbeda.
"Masuk ayuk Na. Gausah malu-malu gitu, biasanya juga malu-malu'in, wkwk😂." Vanka terkekeh dengan ucapannya sendiri.
"Hehe, yuk!" Ariana membuntuti Vanka untuk pergi menuju kamar Vanka yang berada dilantai atas.
Vanka mengganti baju nya, dan mengobrol dengan Ariana.
"Kabar mantan lo gimana Van?" Tanya Ariana membahas perihal putusnya Vanka dengan Noval beberapa minggu yang lalu.
"Audah. Mati kali dia, atau jalan-jalan sama pacar barunya. Gapeduli gue." Jawab Vanka seraya memainkan hape iphone nya. Lalu Vanka bertanya tentang hubungan asmara Ariana, "kalo lo punya pacar Na?"
Ariana sedikit kaget dengan pertanyaan Vanka, "gue? Punya pacar? Engga lah. Gue tuh gapunya pacar, tapi yang bikin bahagia banyak sih! Hahaha😂."
"Wanjaii. Siapa Na yang bikin bahagia?" Tanya Vanka yang bermaksud bercanda.
"Lo, sama ada lah someone. Tapi, someone itu udah ilang beberapa bulan yang lalu." Ada nada ceria bercampur dengan sedih, ketika Ariana menjelaskan itu.
"Ha? Siapa someone nya Na? Kayanya penting banget buat lo?" Vanka bangun dari posisi awal yang tengkurap menjadi duduk menghadap Ariana.
"Lo bener siap dengernya?" Tanya Ariana meyakinkan Vanka apakan Vanka siap mendengar jawabannya.
"Siap." Dengan teguh Vanka menjawab.
"Hm." Dengan bergumam sedikit lalu Ariana menjawab. Dan jawaban itu membuat Vanka sangat tercengang,
"Dikta. Dikta pernah menjadi someone yang spesial di hati gue dan dihidup gue, someone yang cuman bisa ngertiin gue, someone yang bisa jadi siapa saja buat gue. Yap, Dikta Devantara, mantan sekaligus temen curhat sekaligus sahabat, dan orang terpenting yang paling gue punya disaat orang-orang disekitar gue gapeduli sama gue. Cuman Dikta yang peduli sama gue. Tapi, itu dulu, bukan sekarang." Dan dengan begitu, air mata Ariana mencelos begitu saja.
***
Haii. Jadi cerita lagi tahap revisi ya, aku akan post ulang satu per satu.
So enjoy semua!
Dari emaknya abang Naren, dan abang Dikta💖.

KAMU SEDANG MEMBACA
Change
Fiksi Remaja"Antara Dipaksa menerima, dan terpaksa melepaskan." Akankah perubahan sikap yang dialami mereka berdua membuat perubahan juga untuk hati mereka berdua? Selamat datang dikisah Dikta dan Vanka. Dimana dua orang bertemu dengan kisah masalalu masing...