12 - Dikta itu sesuatu

48 30 2
                                    

Ada yang kangen sama abang Naren? wkakak☺️

———

Keesokan pagi nya, Dikta benar-benar membuktikan ucapannya. Pagi-pagi Mobil Dikta sudah stand by dirumah besar milik Vanka. Vanka masih mengerjap heran, apalagi Ariana.

"Ya intinya pesan gue tuh Hati-hati aja ya Van! Gabisa bolos bareng deh kita," Sedih Ariana ketika  dirinya sadar bahwa tidak mem—bolos bareng dengan Vanka.

"Ah iya juga ya. Padahal pengen bolos bareng tau. Yaudah, ntar gue chat lagi deh, gue berangkat dulu Na. Dadahh!" Pamit Vanka yang segera beranjak dari kursinya ke pintu depan, guna menyambut Dikta.

"Iya dadahh!"

Gue harap Dikta ga ninggalin lo Van. Batin Ariana berbicara, dirinya cuman tidak mau kalau sampai kejadian yang menimpa dirinya menimpa Vanka juga.

———

Vanka segera membuka pintu besar, terlihat Dikta sedang ber sandar pada pintu mobil miliknya.

Segera saja Vanka menutup pintu kembali dan berjalan untuk menghampiri Dikta.

"Ih lo rese ya, ngapain segala jemput gue coba?" Tanya Vanka, "Atau jangan - jangan lo kangen ya sama gue? Aduh Ta, gue tau kok kalo gue tu kangen-able." Percaya diri banget ya Vanka ini.

"Oh jadi gamau gue jemput? Padahal itung-itung tanda terima kasih gue lho karena kemarin lo mau nemenin gue seharian. Yauda deh, gue duluan ya!" Seolah - olah mengambek, Dikta sudah mengambil langkah untuk kembali masuk mobil nya dan pergi dari rumah Vanka. Namun, langkah nya terhenti ketika Dikta merasakan ada tangan kecil yang memegang tangannya.

"Ih Dikta mah baper ah. Kan gue bercanda doang." Ucap Vanka seraya menunjukan puppy eyes milik nya.

"Cepet masuk mobil, atau gue tinggalin." Dikta memalingkan wajahnya, tidak mau menatap Vanka yang menampilkan wajah lucunya.

Vanka kesal setengah mati karena sepertinya Dikta tidak menganggap dirinya lucu. Mengambek balik. Vanka kesal, pagi - pagi mood nya sudah hancur saja, dan itu gara - gara hal sepele.

Segera Vanka memasuki mobil Dikta, dan menutup nya dengan keras.

"Vanka nutup pintu nya jangan keras - keras. Mobil gue bisa rusak," Dikta menghela napas berat. Memang kalau sedang bersama bayi besar seperti ini harus ekstra sabar. "Iyaiya Minta Maaf deh. Udah gausah marah lagi."

Hati Vanka agak terenyuh mendengarnya. Agak gais, bukan berarti iya bener - bener iya hehe.

Dikta pun menjalankan mobilnya meninggalkan kediaman keluarga Bramasta yang mewah ini.

———

Hanya sekitar 20 menit, mobil Dikta yang diisi oleh Vanka dan Dikta sudah memasuki gerbang sekolah.

Dikta tidak menghiraukan Vanka sama sekali, dirinya tahu bahwa saat ini Vanka sedang mengambek. Namun pertanyaan nya mengapa Vanka mengambek?

Ntah lah, Dikta bingung. Author juga bingung :')

Vanka membuka pintu mobil, dan keluar mobil. Seketika bisik - bisikan mulai terdengar.

Eh itu kan mobilnya Dikta, si Vanka ngapain keluar dari mobil itu?

Yaelah paling berangkat bareng. Udah tau kan si Vanka mah MANADO. Mana aja doyan!

HAHAHAH. Iya baru sadar gue. Inget - inget kemarin mereka gamasuk barengan ya? Wah jangan - jangan nih, patut dicurigai.

Mesti Ruqyah Anjir mereka berdua.

Seraya terkekeh kecil, sepertinya dua orang tadi sudah berhasil membuat mood Vanka tambah hancur.

ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang