9 - Tawaran

69 24 0
                                    

Sekarang Vanka sedang merebahkan dirinya di kasur kesayangannya. Tiba-tiba ada mengetok pintu kamarnya.

TOK, TOK, TOK...

"Masuk. Ga dikunci." Ucap Vanka seraya duduk.

Terlihat mamanya membuka pintu kamar Vanka dengan hati-hati.

"Kenapa?" Tanya Vanka, tidak biasanya Mamanya mengunjungi kamarnya kalo tidak menyuruhnya makan.

"Lusa mama akan pergi ke Belanda, nyusul papa selama seminggu, mama mau temen kamu yang waktu itu nemenin kamu dirumah selama mama gaada. Bisa kan?" Tanya Mama Vanka seraya duduk ditepi kasur milik Vanka, Dia juga mengusap lembut kepala Vanka.

"Yah :(, berapa hari Ma?" Tanya Vanka tersirat nada sedih disana.

"seminggu aja ko Sayang, kita kan bisa video call atau telepon. Oke?" Tawar Mama Vanka, berusaha meyakinkan anaknya itu.

"Oke deh."

besok gue bakal kabarin Ariana. Batin Vanka berbicara.

                                     ***

Saat ini seorang perempuan cantik sedang memakan roti yang disiapkan oleh mama-nya. Tidak seperti kemarin, kali ini sosok Narendra Prasetya tidak menjemput Vanka untuk pergi ke sekolah bersama. Dikarenakan tadi malam Vanka sudah melarang Naren untuk menjemput dirinya dengan alasan Mama nya yang akan mengantarnya dan itu memang lah kenyataan.

"Udah makan rotinya Van?" Tanya Mama Vanka lembut.

Agak lama Vanka menjawab pertanyaan Mama nya, karena mulutnya yang masih saja penuh dengan roti dengan selai berasa kacang, "Udah si Ma. Lagian aku bisa ko makan dimobil." Jawab Vanka setelah suapan roti terakhir berhasil ditaklukan.

"Ngga baik sayang, makan ya di meja makan." Ujar Mama Vanka sambil bangkit dari kursi meja makan yang hanya diisi oleh 6 bangku kosong, dan hanya 2 yang ter'isi.

"Iya deh. Oh iya Ma, papa kapan pulang? Udah lama banget aku ngga liat papa." Mengingat Papa nya, Vanka seketika murung. Kangen berat, itu yang Vanka rasakan sekarang.

"Sekitar bulan depan, insya allah. Kamu doain aja, mama kan besok nyusul papa ke belanda buat bantuin papa nyelesain project nya biar cepet selesai." Lalu mama Vanka melanjutkan lagi omongannya, " Yaudah Ayuk berangkat, udah jam segitu, nanti kamu telat!"

Lalu dengan langkah yang gontai, Vanka meninggalkan rumah dengan sejuta kenangan itu.

***

"Pagiii yayang Dikta ku ter unchhh" Sapa Naren seraya menggedor pintu kelas Dikta, teman-teman Dikta yang ada didalam kelas pun menatap sinis ke Naren, lalu balasannya hanyalah cekikikan kecil dari seorang Naren.

"Najis banget bego!" Ucap Dikta dengan nada yang nyolot tentunya.

"Kata-katanya menusuk sampe ke tulang bang:(" Naren mulai ber'akting layaknya, seseorang yang dijahatin oleh seseorang lainnya.

"Sinting!" untuk kedua kalinya.

"Eh Ta? Vanka mana belum datang?" Tanya Naren setelah melihat bangku kosong disebelah Ariana.

"Belum kayanya. Gue kira dia dateng bareng lo, kan kemaren bareng tu!" Ntah perasaan Naren saja atau memang kenyataan, Naren menangkap ada nada tidak suka disaat Dikta mengatakan kalimat tersebut.

"Hari ini ngga. Soalnya dia bilang, nyokap dia mau keluar negeri besok, jadi dia pengen dianter sama nyokapnya hari ini." Jelas Naren, panjang lebar.

"Hmmm"

Baru saja diomongin, Vanka datang dengan tas merah miliknya. Dengan senang hati Naren mendatangi Vanka, bahkan ketika Vanka baru saja memasuki kelasnya itu.

Dengan sedikit berlari, Naren mendatangi Vanka yang baru saja tiba dikelas, dan posisi Vanka saat ini adalah di depan kelas.

"Pagi Vankaa. Pagi-pagi udah cantik aja nii, hehe. Tadi pagi makan apa? jadi dianterin nyokap? padahal tadi nya gue mau nganterin lo kesekolah lho kaya kemaren." Ucap Naren panjang x lebar x tinggi, membuat Vanka mau tidak mau meninggalkan Naren untuk menaruh tas di bangku nya.

Naren langsung mengejar Vanka yang mau duduk di bangkunya, "Ko ga dijawab sih Van? Lo marah ya sama gue? Emang gue ada salah apa sih?"

Melihat adegan itu, baik Ariana ataupun Dikta, hanya menghembuskan napas kasar.

"Ngga ko Ren. Gue cuman mau duduk aja, soalnya tas gue berat lagian juga gaenak diliatin, masa iya ngobrol nya didepan kelas hehe. Ohiya soal tadi pertanyaan lo itu, Makasih gua dibilang cantik emang kenyataan nya gitu HAHAHAHA, terus juga tadi pagi gue makan roti pake selai kacang wkwkwk, jadi ko masa ngga kan besok nyokap gue pergi ke belanda." Jawab Vanka dengan nada yang jenaka, membuat Naren terkekeh.

"Oh gitu. Lo dirumah sendirian dong besok? Perlu gue temenin? Janji gabakal ngapa-ngapain ko!" Tawar Naren dengan sopan, karna ini menyangkut hal yang serius, untuk ukuran orang seperti Naren, Dia bisa bercanda, dan ada kala nya dia sangatlah serius.

"Ngga usah ko Ren. Nanti gue bisa minta temenin Ariana, bisa kan Na?" Tanya Vanka seraya melirik Ariana yang sepertinya sedang mengerjakan tugas, padahal belum tentu juga Ariana akan mengikuti pelajaran tersebut.

Dengan anggukan mantab milik Ariana, Vanka tersenyum puas.

"Lo beneran gapapa sama Ariana berdua doang? sama Gue sama Dikta juga deh, kan gaaman berdua doang dirumah. Lagia—-" Ucapan Naren terpotong saat Ariana mengatakan,
"Ih berisik lo Ren. Dibilangin gue sama Vanka gapapa dirumah, lo nya bacot banget. Masih pagi gausah bawel plus buat orang kesel napa sih?! Udah sana, pagi-pagi udah ke kelas orang aja. Ribet tau gak?!"

Bentakan Ariana justru membuat Naren terkekeh kecil, lalu mulai membuka suaranya.
"Yaudah ih biasa aja. Jadi ngakak pagi-pagi kan gua, berasa denger ibu kos lagi nagihin duit kos. Yaudah gua ke kelas ye. Bye Ta, Van, Na!"

sebelum pergi, Naren mengacak rambut Vanka lucu. Ntah dapat dorongan darimana, Dikta yang melihat nya pun rasanya ingin sekali mengacak rambut Vanka seperti apa yang Naren lakukan.

setelah tersadar dari lamunanya, tanpa basa-basi Dikta berteriak "MAMPUS" kepada Naren, yang membuat teman sekelasnya tertawa terbahak-bahak.

***

"Mau dimana duduknya Na?" Tanya Vanka seraya membawa nampan berisi makanan mereka berdua.

"Disitu aja!" Jawab Ariana sambil menunjuk bangku kosong bagian pojok.

Tanpa ba-bi-bu, Vanka dan Ariana langsung melesat ke tempat duduk tersebut, berharap belum ada yang duduk disitu.

"Jadi besok gue temenin lo dirumah lo Van?" Tanya Ariana, makanan mereka yang mereka pesan tadi sudah habis.

"Iya. Nyokap gue pergi selama seminggu ke Belanda. Nyusul bokap gue. Mau ga?" Tawar Vanka kepada Ariana yang sedang mengaca lewat layar ponselnya.

"Boleh deh. Bosen juga gue dirumah, ntar kita pergi ketempat-tempat yang biasa gue datengin." Ucap Ariana dengan senyum yang mengembang, dan Vanka hanya mengangguk menyanggupi.

***

Hallo!!!

Cerita ini akan aku revisi ya, Jadi aku akan ngepost ulang satu per satu.

Enjoy say!💛

ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang