"Asal lo tau ya, walaupun Dikta udah keluar dari Bad'Us tapi sebagai orang - orang yang mempunyai sifat Solid, kita akan tetap menghormati dia."—————
Saat ini Naren, Alvaro, Gatra, Daffa, dan juga Gilang tengah menyusun rencana untuk pertandingan Dikta nanti malam. Bagaimana bisa Dikta mengiyakan ajakan dari seorang Reza.
"Jadi rencananya nanti kita ikut gitu sama Dikta?" Tanya Daffa memastikan.
"Iya lah. Mau gimana lagi. Sekalian aja ajak anak - anak yang lain, biar kita banyak yang dukung. Lagian Pascal juga pasti bawa anak - anak—nya yang lain kok." Terang Gilang.
"Tapi nanti kita bilang gak ke bos?" Tanya Naren, 'Bos' yang dimaksud oleh Naren adalah Dikta. Fyi Sampai sekarang anak - anak Bad'Us merasa bahwa belum ada ketua yang cocok untuk menggantikan Dikta, bahkan Daffa sekalipun, karena itu sampai detik ini Anak - anak Bad'Us masih memanggil Dikta dengan sebutan Bos.
"Bilang lah. Kayak gak tau Dikta kalau dibohongin aja." Jelas Daffa seraya menyenderkan punggungnya kearah Sofa kemudian kembali melanjutkan omongan—nya,
"Dia kan paling benci pembohong."
—————
Saat ini Vanka dan Dikta sudah duduk di salah satu brankar UKS, sebenarnya sih hanya Dikta yang duduk di Brankar sedangkan Vanka duduk di kursi besi yang disediakan disana.
"Tahan dikit ya. Ini rada perih soalnya." Kata Vanka seraya membersihkan luka Dikta dengan telaten.
Dikta hanya mengangguk singkat perkataan Vanka, dirinya sibuk memperhatikan wajah Vanka yang bisa dibilang cantik. Kan cewe ya.
"Van lo cantik."
3 Kata yang keluar dari mulut Dikta membuat sengatan aliran listrik di tubuh Vanka menjadi tidak terkendali, ada semacam rasa senang, serta deg deg ser yang Vanka rasakan.
Vanka berhenti sesaat, kemudian berkata "Ya karna gue cewe Ta gimana sih? Masa iya cewe ganteng. Suka aneh deh lo." Alibi.
Dikta terkekeh. Dirinya tahu bahwa apa yang diucapkan Vanka hanya sebatas kebohongan.
"Iyain aja deh." Kemudian Dikta memegang tangan Vanka. Menurunkan—nya. Kemudian menatap dalam kedua bola mata gadis didepannya. "Van? Gue mau nanti malam apapun yang terjadi sama gue, lo harus tetap menjauh dari Reza. Mau gue menang atau kalah, lo gak akan pernah diambil sama Reza."
Vanka kembali lemas kala Dikta membahas perihal balapan yang akan diselenggarakan nanti malam. Dirinya sudah mengetahui apa yang akan terjadi nanti malam.
"Ta? Lo gak usah dateng lah nanti malam. Luka lo juga belum kering kan? Gue gapapa kok Ta." Vanka menarik tangan—nya yang masih digenggam oleh Dikta.
Dikta mendengus malas kala Vanka kembali melarang dirinya untuk ikut dalam balapan yang Reza tantang tadi. "Van lo gak percaya sama gue?"
"Bukan gitu Ta. Bukan gue gak percaya sama lo. Gue percaya banget. Cuman gue gak bisa biarin lo dalam bahaya hanya karena gue."
"Bodo amat. Gak butuh pendapat lo."
Setelah mengatakan kalimat menjengkelkan seperti itu, Dikta keluar dari ruang UKS. Meninggalkan Vanka yang berdecak kesal.
To Fahreza Rajendra:
Jam 12. Di pabrik shampo. Bw tmntmn lo, ingt pk cara aman gosa kek orang kampung.
Send.
—————
Saat ini, Ariana tengah mencari - cari Vanka, tidak tahu dimana. Sudah dicari kesana - kesini tetapi tetap juga tidak ada. Bahkan sudah ditelfon beberapa kali pun tetap tidak dijawab juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Change
Teen Fiction"Antara Dipaksa menerima, dan terpaksa melepaskan." Akankah perubahan sikap yang dialami mereka berdua membuat perubahan juga untuk hati mereka berdua? Selamat datang dikisah Dikta dan Vanka. Dimana dua orang bertemu dengan kisah masalalu masing...