4 - Dikta Devantara

108 28 0
                                    

Dalam hati para siswa-siswi SMA merah putih, mereka sudah berbicara yang tidak-tidak kepada Vanka. Bahkan ada yang mengucapkannya secara Frontal.

"Gilagilagila, kemarin baru putus, terus bergaul sama Ariana, dan sekarang bawa motor. Mau jadi jagoan atau gimana nih?!" Kurang lebih banyak yang berkomentar seperti itu kepada Vanka, dan Ariana senantiasa menemani teman baru nya itu.

"Sans ae Van, orang kek gitu belum pernah yang namanya ditonjok sama satu kampung." Ariana berucap seperti itu, membuat Siswi yang tadi mengejek Vanka memberi tatapan tajam, menandakan bahwa dirinya amat kesal.

Vanka sendiri tidak keberatan, dengan apa yang didengarnya pagi ini, dia menganggap semuanya adalah kosekuensi dengan apa yang selama ini dia perbuat yaitu pacaran dengan Noval. Dan tentunya dengan ucapan Ariana, yaitu tentang dirinya sendiri.

"Panggilan kepada Ariana Clarissa, diharap menghadap ke ibu kepala sekolah. Sekarang!" Terdengar di Speaker sekolah, menandakan bahwa Ariana dipanggil karna suatu ulah.

"Na? Dipanggil tuh sama kepsek." Vanka terlihat memberitahukan bahwa sebenarnya Ariana sudah tahu.

"Males lah gue, gue mau cabut aja dari sekolah. Mau ikut ga? Daripada lo sekolah, mendingan ikut gue." Ajak Ariana, terlihat memohon kepada Vanka agar Vanka ikut membolos seperti Ariana.

"Hm gimana ya, sebenernya gue males juga sekolah. Ayo dong!" Vanka menjawab dengan mantab, seolah - olah itu adalah yang sering dilakukan oleh dirinya.

"Apa-apaan mau bolos juga, engga ada bolos-bolos'an. Mau jadi apaan lu pada kalo sekolah aja mau bolos?" Dikta menyudahi keinginan Vanka dan Ariana untuk membolos satu hari, ini adalah hari pertama Dikta masuk ke sekolah lagi. Setelah insiden Mamanya yang meninggal.

"Dih, ribet banget sih lo? Hidup gue sama Vanka ini, kenapa lo yang ribet?" Tanya Ariana dengan nyolot, tidak santai. Sikap Ariana adalah dia akan membalas dengan super duper nyolot jika ada seseorang yang mengganggu ketenangannya, atau melarangnya melakukan sesuatu.

"Tau ih. Kalo mau ikutan bolos bilang aja, gausah segala sok jadi jagoan😏" Vanka ikut menimpali.

Dengan tangan dimasukan ke kantong celana. Dikta menjawab, "apa? Ga salah denger? Gue mau ikut-ikutan bolos juga, sorry itu gue yang dulu. Dikta Devantara versi lama, bukan sekarang. Gue nyesel pernah bolos, dan hampir ganaik kelas. Gaguna tau ga ngelakuin kaya gitu, cuman bikin lo seneng sesaat, tapi entar percaya sama gue. Lo bakal nyesel." Dikta berbicara seperti itu, mengingat dirinya yang dulunya adalah Bad boy dan playboy yang paling ditakuti seantero sekolah.

"Gausah banyak bacot lo Ta. Ini urusan gue sama Vanka bukan urusan lo sama sekali!" Ariana berucap sambil menatap Dikta tajam, jika saja yang ditatap seperti itu adalah cewe mungkin saja cewe itu sudah memohon ampun kepada Ariana saking seramnya tatapan yang diberikannya itu.

"Heh, kamu Ariana. Sini kamu! Sudah ibu panggil daritadi, malah asik ngobrol disini!" Tiba-tiba bu Tika, guru BK yang memanggil Ariana melalu speaker tadi sudah berdiri disamping Ariana, sambil memegang penggaris kayu seperti jaman dahulu.

"Iya bu, ini saya mau ketoilet dulu. Galucu kan kalo tiba-tiba saya ngompol diruangan kepala sekolah." Ariana berusaha mengelak.

"Apaan bu, boong bu. Jelas-jelas tadi saya denger, kalo dia, sama Vanka mau bolos sekolah bu. Si Vanka dipaksa bu sama Ariana buat bolos sekolah bu." Jelas Dikta panjang x lebar x tinggi, ingin rasanya Ariana mematahkan kedua kakinya itu.

"L-lah? B-bu?" Vanka bertanya dengan takut, takut kalau dia kena hukuman seperti Ariana.

"Hah? Benar apa yang dikatakan oleh Dikta, Ariana? Kamu Ibu hukum hormat bendera merah putih sampai isirahat nanti, hanya kamu Ariana. Dan Vanka dengan Dikta boleh masuk ke kelas, karena KBM akan segera berlangsung." Bu Tika menyuruh dengan sangat tegas, mau ga mau pun Dikta dan Vanka meninggalkan Ariana yang mematung ditempat tanpa ekspresi apapun.

Tidak tahu mengapa, sudah lama sekali Vanka dan Dikta berjalan. Namun mereka berdua belum menemukan kelas mereka, aneh.

"Gila ya lu, ngomong kaya tadi panjang lebar gitu, pasti lo sengaja kan bilang kaya gitu biar Ariana dihukum sama bu Tika?" Ada nada tidak suka dibalik suara Vanka.

"Yaiyalah. Gila aja lu gua ngebiarin seorang Ariana berhasil menjalankan apa yang dia mau." Dikta menjelaskan sambil tersenyum miring.

"Lo tuh tega atau gimana sih? Kasian noh Ariana, dijemur kaya gitu. Lo pikir ga cape apa? Kalau lo yang ada diposisi Ariana gimana?" Vanka membela Ariana, jelas. Karna memang disini Vanka tidak dekat dengan Dikta. Kalau dekat pun Vanka akan tetap memihak kepada Ariana bukan kepada apa yang Dikta lakukan.

"Yaelah lu, makanya jangan kebanyakan pacaran sama Noval jadi kudet kan. Lo tunggu aja seorang siswi kaya Ariana itu gabakal betah ditengah lapangan kaya gitu." Dikta yakin bahwa Vanka tidak akan mengerti apa yang diucapkannya.

"Maksudnya?" Kan benar apa yang dipikirkan Dikta.

"Ya lo tunggu aja, nanti kan ada pelajaran olahraga tuh. Kita liat Ariana mustinya ada di lapangan kan? Ya berarti dia harusnya ada di lapangan sambil hormat bendera, kalo gaada? Lo tau sendiri dia kemana, entah kabur atau ngumpet di tempat favoritnya."

Vanka menggeleng-geleng tidak percaya.

————

Hallo, cerita ini lagi tahap revisi ya. Jadi semua bab akan aku post ulang.

So enjoy!💛

ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang