7 - Naren aneh

81 21 0
                                    

"Tapi, itu dulu bukan sekarang. Dikta ngilang beberapa bulan yang lalu, dia menjadi orang yang sangat tertutup waktu itu. Dan gue? Kembali dikucilkan, dan itu Van yang membuat gue menjadi seperti ini, menjadi playgirl, dan melakukan semua yang gue suka. So, this is me!" Jelas Ariana seraya menghapus air matanya. Lalu kembali melanjutkan ucapannya, "jangan bahas tentang Dikta ya Van, gue udah cukup disakitin dengan dia. Makasih udah mau dengerin cerita gue. Gue balik, permisi."

Dan, dengan itu Ariana berlalu. Meninggalkan Vanka yang masih sulit mencerna dengan apa yang baru didengarnya.

***

Keesokan Harinya. Pagi-pagi, bi Siti membuka tirai kamar Vanka, membuat anak perempuan itu langsung menarik selimutnya hingga menghampiri seluruh badan.

"Non Vanka? Bangun Non, itu temen Non dibawah ada yang jemput. Cowo Non, tinggi, mukanya bule-bule ganteng gitu non!" Jelas bi Siti dengan nada yang bisa dibilang kagum akan sosok yang menjemput Vanka pagi itu. Dengan kaget Vanka langsung duduk secara kaget, seperti robot, "Hah? Siapa bi yang jemput aku? Pacar aja gapunya, gimana mau ada yang jemput,".

Lalu bi Siti mengintip ke arah jendela melalui kamar Vanka, terlihat seorang lelaki tampan berwajah blasteran sedang bersender di mobil nya yang berwarna putih bersih. "Itu Non. Mendingan Non liat sendiri deh, sini-sini." Ajak bi Siti.

"Ah ada-ada aja. Ribet tau ga, udah tau hari ini rencana mau berangkat siang biar telat dan bisa bareng Ariana," lalu Vanka dengan ogah-ogah'an berjalan menuju jendela dengan wajah masih kusut alias masih mengantuk, namun melihat lelaki dibawah itu seketika mata nya mengerjap kaget. Lelaki dibawah itu adalah, NARENDRA.

"HAH? ITUKAN NAREN, NGAPAIN DIA JEMPUT GUE ASTAGA! BIBI, BURUAN SANA SURUH MASUK, BILANG AKU LAGI SIAP-SIAP. BURUAN BI SANA BILANG!" Jelas Vanka dengan nada yang tidak biasa. Vanka langsung mandi cepat-cepat dan tidak lupa menyemprotkan parfum andalannya, dan juga bersanding cantik didepan cermin.

Dengan langkah yang ragu-ragu, Vanka menuruni anak tangga rumahnya, dari anak tangga tersebut terlihat seorang lelaki yang sedang melihat foto masa kecilnya bersama keluarga kecilnya juga.

"Naren ya?" Tanya Vanka hati-hati takut ia salah menyebutkan namanya.

"Eh? Iya. Maap ya gue gabilang dulu mau jemput. Hehe, abisnya gue tau alamat lo dari Ariana." Jelas Naren sedikit kikuk.

"Iya gapapa. Mau berangkat sekarang? Gue bisa sarapan dijalan ko, makan roti doang lagian:)" Tawar Vanka, melihat jam yang sudah ingin menunjukan jam masuk sekolah.

"Ayo."

Dan, kedua insan tersebut berjalan ber'iringan menuju mobil, dan tak lupa Vanka mengambil sarapannya yaitu sebuah roti.

Didalam mobil, tidak ada yang membuka pembicaraan. Vanka yang sibuk memakan rotinya, dan menikmati jalanan, serta Naren yang fokus pada jalanan, dan sesekali melirik Vanka.

Karena sudah muak dengan kebisuan ini. Maka akhirnya Naren membuka pembicaraan.

"Lo kalo mau nyalain radio, nyalain aja Van. Gausah malu-malu kucing sama gue. Gue tau gue ganteng, makanya lo malu-malu gitu." Ucap Naren dengan sangat percaya diri, sambil tersenyum sinis.

"Dih. Sok ganteng lo!" Jawab Vanka seraya tertawa dengan memukul ringan lengan Naren.

"Cie, udah berani megang-megang lengan cie." Goda Naren seraya menunjuk-nunjuk muka Vanka yang terlihat sudah sangat kesal.

"Ko lo ngeselin banget sih Ren?!" Vanka lalu agak memutar posisi duduknya, agar lurus kedepan dan menyilangkan tangannya didepan dada.

"Jangan bilang ngeselin gitu, ntar suka kan berabe Van," Yang bisa Vanka ambil dari sikap Naren adalah, Naren yang sok kegantengan, dan sangat percaya diri😏.

"Gila Ren. Lo tuh sok kegantengan banget sih, ganyangka gue!" Jelas Vanka dengan tatapan kagum ke Naren yang sesekali meliriknya.

"Emang ganteng ko Van. Gue tau dalam hati lo juga pasti lo bilang gitu, yakan?😏" Dan, Vanka sangat tidak habis pikir dengan jawaban Seorang Narendra Prasetya.

"BODO AMAT REN ASTAGA!"

Jleb.

Percakapan selesai.

                                       ***

Berita berangkat bareng nya Naren, dan Vanka. Memicu patah hati nasional di SMA Merah Putih. Naren yang blasteran, dan mempunyai banyak fans di kalangan siswi SMA Merah putih. Serta Vanka yang cantik, dan Ramah terhadap semua orang meski sikapnya yang rada kurang baik akibat berteman dengan Ariana. Namun, dari Vanka dan Naren sendiri, sama sekali tidak menggubrisnya.

"Mau gue anterin ke kelas ga? Biar kaya VIP gitu lho😂.." Naren menawarkan diri untuk mengantarkan Vanka ke kelasnya.

"Gausah la gila lo! Gua bisa sendiri, yauda ya duluan bye."

Vanka berjalan begitu saja, meninggalkan Naren yang tersenyum kikuk.

***

Sampai dikelas. Terlihat Ariana sedang menggunting-gunting kertas.

"Arianaaaa?.." Panggil Vanka seraya duduk di samping Ariana.

"Ape sayang? Segala teriak-teriak, gue disini bego." Suara Vanka seperti TOA masjid kalau kata Ariana.

"Ih lo tuh ngapain sih segala ngasih alamat rumah gue ke Naren? Anjer banget,-" sudah marah-marah sendiri Vanka kepada Ariana, bete banget mengingat Naren yang menjemput dirinya.

"Oh itu toh. Ya gapapa kali, seenggaknya kalo Naren jemput lo. Reputasi lo kembali naik Vanka sayang." Jelas Ariana, membuat Vanka mengangguk sambil agak bingung.

"Iya juga sih. Wkwk, yauda deh. Btw, lo mau cabut kah? Gue ikut yak, belom ngerjain pr mtk gue." Vanka senang berada didekat Ariana, ya tentu saja.

"Oke. Cabut sekarang aja, lo bilangnya mau ketoilet, bawa tas ya jangan lupa! Gue tunggu di kantin, di warung bu Sri." Dengan itu Ariana bangkit dari kursinya, dan mulai pegi keluar kelas.

"Yaudaaa."

Tak lama kemudian, dengan cepat Vanka bangun dari kursinya dan mulai ke kantin untuk menghampiri Ariana.

Untungnya lagi, Vanka tidak ketemu dengan Dikta yang biasanya suka sekali menggagalkan rencananya. Untuk itu Vanka berterima kasih.

                                   ***

Hallo semuaaa !!

Cerita ini lagi tahap revisi ya, jadi aku akan post ulang satu per satu.

So enjoy!🤗💛

ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang