"Jadi Waktu itu Papa ada selingkuhan Bun. Terus Mama tau, mama marah - marah ke papa disitu Papa balas marah - marah juga. Disitu aku masih kelas 9 SMP, dimana masa - masa sebenernya aku butuh penyemangat tapi disitu malah Mama sama Papa berantem terus." Dikta menghela nafas berat, kemudian lanjut bercerita, "Terus yaudah aku selalu tutup kuping kalau mereka berantem, dan alhamdullilah bisa lulus SMP dengan nilai yang lumayan lah. Terus pas masuk SMA mulai deh aku jadi Badboy pokoknya jadi nakal. Pas aku jadi nakal itu Mama sering sakit, dan aku mulai ngebujuk papa untuk tinggalin selingkuhan dia, tapi papa gak mau. Sampai akhirnya Mama meninggal, Bahkan Papa pun gak sedih sama sekali. Disitu bener - bener aku benci banget sama Papa. Hubungan aku sama Papa juga gak kunjung membaik. Ada julang tipis antara aku sama papa yaitu dendam dan kebencian."
Dikta agak menghapus air matanya. Percaya lah, membuka luka lama jauh terasa menyakitkan bila dengan orang terdekat. Vanka yang menyadari itu pun langsung mengusap punggungnya lembut, guna menyalurkan kekuatan penuh kepada ketua kelas disampingnya.
Bunda Mia tersenyum, senyuman yang dapat menenangkan. "Kamu sudah dewasa Dikta. Kamu sudah bisa mengambil keputusan, dan sudah bisa melihat mana yang benar dan mana yang salah. Tugas kamu mengasih tau Papa kamu mana yang benar, bukan memaksa Papa kamu supaya mengikuti apa yang kamu mau. Percaya lah Dikta, Papa kamu juga sebenarnya sayang sama kamu."
"Iya Bunda." Jawab Dikta seraya mengangguk dan tersenyum kecil.
Kala melihat Vanka dan Dikta keluar dari Rumah dan menuju halaman. Rea langsung berlari dan memeluk Vanka, "Ih Kakak ngobrol sama Bunda nya lama banget deh." Ucap Rea seraya memanyunkan bibirnya. Mengambek.
Vanka yang melihat itu kontan tersenyum, "Ih kamu itu lucu banget deh. Iya Maaf ya, soalnya banyak yang Kakak omongin sama bunda."
"Makanya Kakak kesini dong. Kemarin aja kakak 2 bulan gak kesini, Lea kan kangen." Anak ini cadel L, maklum masih TK.
Kemudian Vanka menurunkan Rea yang sepertinya ingin menghampiri teman - teman seusianya.
"Jadi lo dulu sering kesini? Terus kenapa kemarin gak kesini selama 2 bulan?" Tanya Dikta bingung.
"Karena semenjak gue putus sama Noval, gak ada yang bisa nemenin. Gue gak mungkin ngajak Ariana, ngajak Noval juga gengsi!" Jelas Vanka panjang lebar.
"Yaudah kalau gitu ajak gue aja. Gimana?" Tawar Dikta.
Vanka yang melihat itu pun kontan mempunyai ide untuk menggoda Dikta, "Ga ah. Lo bau."
Selangkah kemudian Vanka meninggalkan Dikta yang sudah memasang wajah Masam.
"BANGKE LO!"
Dikta segera menyusul Vanka yang sudah asik bermain dengan Rea dan kawan - kawannya. Rea yang melihat kedatangan Dikta pun kontan tersenyum menggoda kearahnya mereka berdua, "Cie, Kak Vanka sama Kakak yang ini Pacalan ya?" Tanya imut Rea.
Vanka yang mendengar pertanyaan itu pun melotot kaget, Gila diajarin siapa anjir si Rea? Tanya Vanka dalam hati. Ketika hendak menjawab tiba - tiba saja, Dikta menyerobot "Iya Kakak pacar barunya Kak Vanka. Jadi nanti kalau Kak Vanka kesini, pasti selalu sama Kakak. Kenalin dulu dong, nama Kakak Dikta Devantara. Nama kamu siapa? Rea ya?"
"Iya hehe." Seketika Rea sudah melupakan topik "Berpacaran" Itu digantikan dengan Cerita konyol Dikta tentang maling kutang. 🤣
"Ta anjir nih anak - anak masih pada kecil bego. Lo gak usah cemarin otak mereka gitu dong, bego amat dah." Tegur Vanka gak suka.
"HAHAHAHA. Iya iya. Kan cuman numpang lewat doang ceritanya tadi. Maaf deh gak ngulangin lagi."
Vanka tidak menjawab permintaan maaf Dikta, dirinya justru kembali bermain dengan Rea dan dengan Dinda, anak lain disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Change
Teen Fiction"Antara Dipaksa menerima, dan terpaksa melepaskan." Akankah perubahan sikap yang dialami mereka berdua membuat perubahan juga untuk hati mereka berdua? Selamat datang dikisah Dikta dan Vanka. Dimana dua orang bertemu dengan kisah masalalu masing...