dua

1.4K 179 16
                                    

note: sepertinya cerita ini kurang peminatnya, meskipun author sedih tapi tak mengapa....author akan mencoba selalu update...semoga para readers bisa menerima cerita ini dengan baik dan bisa memberikan vote dan komen agar makin semangat update....

—————————————————————————————————————————————————————————

Namaku Kang Seulgi, ayahku sudah meninggal dunia ketika aku dan adik perempuanku masih sangat kecil sehingga kami hanya hidup bersama ibuku saja. Ibu bekerja keras untuk bisa memberikan kehidupan yang layak bagi kami, meskipun itu sulit. Dengan hanya bekerja sebagai pelayan restaurant dan sesekali menerima orderan jahitan dari tetangga bisa kalian tebak bagaimana kehidupan kami. Untungnya boss tempat ibuku bekerja baik hati, apabila ada makanan lebih dari restauran ibuku boleh mambawanya pulang, aku ingat saat itulah kami bertiga dapat makan makanan yangenak. Aku yang kala itu masih berusia 10 tahun selalu berusaha untuk membantu ibuku mencari uang dengan menjadi pengantar susu dan koran di pagi hari sebelum berangkat ke sekolah dan aku menjalankan hal itu tanpa ada rasa gengsi ataupun malu.

Kehidupan kami meskipun serba kesusahan akan tetapi harmonis dan dipenuhi canda tawa setiap harinya, adikku Yeri adalah pelengkap hidup kami. Dengan umurnya yang menginjak 6 tahun tapi adikku bisa mengerti keadaan kami, dia tidak banyak meminta ataupun iri hati melihat teman-teman sebayanya yang hidupnya lebih enak. Yeri suka membantu pekerjaan di rumah kami, seperti mengepel, menyapu, mencuci piring  dan yang membuat aku bangga adalah dia sekarang mulai bisa memasak nasi.

Ibuku mengidap penyakit jantung akut, mungkin akibat beban hidup dan beban ditinggalkan oleh ayahku selama ini perlahan-lahan menggerogoti kesehatannya. Pertamanya aku dan adikku Yeri tidak mengetahui hal tersebut, sampai suatu hari ibuku dibawa ke rumah sakit karena pingsan sewaktu sedang bekerja, aku yang sedang berada di sekolah diberitahu oleh paman yang menjadi boss ibuku dan langsung berlari menuju rumah sakit dengan hati khawatir karena takut terjadi hal yang buruk kepada ibuku. Apabila terjadi hal yang buruk akan bagaimanakah nasibku dan yeri, kami berdua masih memerlukan bimbingan ibu kami.

Melihat ibuku berbalutkan selang-selang untuk menopang hidupnya membuatku sangat sedih, aku tidak tega melihatnya tak berdaya seperti itu. Di mataku ibuku adalah wanita yang kuat, seorang ibu yang selalu ada untuk kedua anaknya dan selalu berjuang untuk kami semua. Tak terasa airmataku menetes, aku hanya bisa menggenggam tangan ibuku dengan tangan kecilku ini dan berdoa semoga Tuhan tidak membawa ibuku untuk menemui ayah sekarang.

"Ibu cepatlah sembuh, Seulgi berjanji akan menjadi anak yang lebih baik lagi dan akan membuat ibu bangga kepadaku" tangis seorang Kang Seulgi.

Setelah seminggu berada di rumah sakit akhirnya ibu Seulgi pun diperbolehkan untuk pulang ke rumah dengan catatan tidak boleh bekerja terlalu berat karena jantungnya yang lemah. Sehingga pekerjaan sebagai pelayan restaurant harus dilepaskan oleh ibu Seulgi dan hanya bisa menerima pekerjaan menjahit saja dikarenakan kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan.

Meskipun masih kecil tapi Seulgi mempunyai semangat yang kuat untuk dapat membantu ibunya sehingga dia mencari uang dengan menjadi tukang semir di jalanan. Pekerjaan itu dilakukan sesudah pulang dari sekolah sehingga Seulgi kecilpun agak kesusahan dalam membagi waktu antara sekolah, belajar dan mencari uang. Akan tetapi semua itu dilakoni oleh Seulgi kecil dengan lapang dada, karena yang dipikirkan oleh Seulgi kecil hanyalah kesehatan ibunya dan adik kecilnya Yeri.

Sampai suatu hari ada seorang lelaki tua yang menyemirkan sepatunya kepada Seulgi kecil, lelaki itu tertarik dengan sikap dan sifat Seulgi yang meskipun masih kecil akan tetapi bertanggungjawab dan mempunyai keberanian.Rupanya lelaki tua itu memperhatikan Seulgi kecil yang tiap hari berusaha menawarkan jasa ga untuk menyemir sepatu kepada orang-orang yang lalu lalang di jalan.

"Hai anak muda rolong semirkan sepatuku ini" lelaki tua itu duduk dan memberikan sepatu yang masih menempel di kakinya sambil memperhatikan Seulgi kecil.

"Baiklah paman, Seulgi akan menyemirkan sepatu paman dengan rapi dan bagus" jawab Seulgi kecil semangat.

Setelah beres pekerjaan Seulgi, lelaki tua itupun memberikan uang yang besar kepada Seulgi akan tetapi Seulgi kecil menolaknya dan hanya mengambil sesuai dengan harga hasil pekerjaannya.

"Mengapa kamu tidak mau mengambil uang ini anak muda?"

"Paman, aku hanya akan mengambil apa yang menjadi hakku saja, kata ibuku kita tidaklah boleh mengambil sesuatu yang bukan hak kita, jadi Seulgi akan sangat berterimakasih apabila paman rajin menyemirkan sepatu paman kepadaku dibandingkan memberikan uang yang bukan menjadi hak Seulgi" ucap Seulgi kecil sambil tersenyum memperlihatkan matanya yang menghilang kepada sang lelaki tua.

Lelaki tua itu tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Seulgi "anak yang pintar dan baik, ibumu sungguh berhasil mendidikmu nak.....hmmmm...baiklah uang ini akan aku terima kembali dan sebagai gantinya paman akan menyemirkan sepatu paman setiap hari kepadamu...bagaimana anak muda?"

"Wahhhh terimakasih banyak paman.....paman sungguh baik....terimakasih sekali lagi" Seulgi membungkuk berkali-kali kepada lelaki tua itu dengan wajah ceria dan senang.

"Paman akan menunggu besok ya di waktu dan tempat yang sama"

"Baiklah paman...sekali lagi terimakasih banyak"

Hubungan sang paman dan Seulgi kecil menjadi dekat, Seulgi kecil seperti mendapatkan sosok seorang ayah dari sang paman tersebut tanpa Seulgi tahu latar belakang kehidupan lelaki tua itu. Setiap hari mereka bertemu dan Seulgi selalu menyemirkan sepatu lelaki tua tersebut. Seulgi kecilpun bercerita tentang bagaimana sekolahnya, ibu dan adiknya, teman-temannya kepada lelaki tua itu dan sang paman selalu mendengarkan dan memberikan nasihat atau pendapat apabila Seulgi kecil membutuhkannya.

Sampai pada suatu ketika ibu Seulgi sedang berjalan bersama Seulgi untuk berbelanja ke pasar, tiba-tiba ada sebuah mobil yang sedang melaju dengan kecepatan tinggi dan akan menabrak Seulgi yang sedang berjalan di trotoar bersama ibunya. Ibu Seulgi yang melihat hal itu mendorong tubuh Seulgi untuk menggantikan Seulgi agar tidak tertabrak mobil.

Brakkkkkk..........

Dan ibu Seulgi pun terhempas dengan keras ke jalanan, mobil yang menabraknya melarikan diri setelah mengetahui bahwa dia telah menabrak seorang wanita. Seulgi kecil melihat mobil tersebut melarikan diri, akan tetapi dia tidak akan melupakan wajah si pengemudi yang tanpa sengaja terlihat olehnya, seorang lelaki muda yang masih berpakaian seragam sekolah. Seulgi kecil hanya bisa mengepalkam kedua tangannya sambil berlari menuju ibunya yang bersimbah darah di jalanan.

"Ibuuuuu tidaakkk ibbbuuu.....!"

Ibu Seulgi kecil menggenggam tangan mungil Seulgi.

"Anakku Seulgi sayanggg....ma ma maaf kan ibu yang tidak akan bisa a a men...menjaga kalian lagi....jagalah Y Ye Yer Yerii adikmu ba ba baik-baik....ma maafkan ibu nak.........." dengan sisa tenaga terakhir akhirnya ibu Seulgi meninggal dunia tanpa sempat mendapatkan pertolongan dikarenakan di jalan tidak ada orang yang lewat.

Seulgi kecil hanya bisa menangisi mayat ibunya seorang diri di jalanan yang sepi diiringi hujan yang tiba-tiba turun seakan menemani kesendirian Seulgi kecil.

bersambung.....

Adilkah Ini UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang