15. Bagaimana akhirnya?

652 56 2
                                    

Gelapnya malam benar-benar menerkam. Semilir angin malam menusuk hingga tulang. Kerdipan lampu jalan pun sudah mulai meremang.

Ini sudah memasuki bulan Desember, artinya musim dingin akan segera dimulai.

Entahlah, bodoh atau nekad. Namja berpakaian kaos oblong itu memilih berjalan sambil menjinjing sepatunya yang basah ke arah jembatan sungai han.

Air mata juga mulai mengalir diwajahnya. Perasaannya benar-benar kacau. Sekacau kondisinya yang seperti orang gila yang baru saja mengetahui bahwa ia kehilangan segalanya.

Ia berhenti sambil menatap air sungai han yang sangat tenang. Seingatnya ada lima belas kasus bunuh diri disini bulan lalu. Cukup banyak.

Apakah ia harus menjadi yang pertama bunuh diri dibulan ini?

Ia ingin. Tapi hati dan otaknya sedang tidak sinkron dan itu membuatnya penuh dengan emosi-emosi.

Ia mulai menaiki jembatan itu dan merentangkan kedua tangannya berharap angin membantunya untuk menjatuhkan diri. Ia berharap jatuh sekarang. Ia muak dengan semuanya.

Harta. Keluarga. Kedudukan. Popularitas. Kecerdasan.

Semua itu adalah keinginan para manusia serakah agar mereka bahagia. Sedangkan mereka tidak peduli dengan kebahagiaan generasinya. Itu yang membuat namja itu bertekad jatuh sekarang.

"Kau ingin mengakhirinya seperti itu?"

Namja itu menoleh dan tersenyum pada yeoja yang baru saja mengutarakan pertanyaan. Yeoja itu terlihat terburu-buru.

"Aku hanya menunggu angin"

"Apa kau tidak peduli dengan Eomma, Appa, dan masa depanmu?"

"Bagaimana jika kau ada diposisiku? Aku hanyalah bayangan"

"Kau bukan bayangan!"

Namja itu menyeringai dan menatap langit yang mulai menititikan air hujan perlahan-lahan.

Ia yakin yeoja itu hanya berusaha mencegahnya agar ia mau bertahan hidup didunia yang kejam.

"Maaf, bisakah kau sampaikan pesan terakhirku pada Eomma dan Appa?"

"Eoh?"

"Katakan jika aku mencintainya. Katakan juga pada saudara kembarku jika aku bangga padanya. Terima kasih"

Tak lama kemudian semilir angin kencang datang membantu namja itu menjatuhkan dirinya ke sungai. Dinginnya air yang meremukkan tulang benar-benar menyambutnya.

Yeoja itu berteriak dan mencoba meraih namja itu dengan kedua tangan mungilnya. Namun, semuanya sia-sia. Ia segera menghubungi kepolisian agar bisa membantunya. Air matanya mengalir.

Ia berharap namja itu masih hidup sampai polisi dan tim SAR membantunya mencari disungai. Ia meraih sepatu milik namja itu dan memeluknya.

"TAEHYUNG PABBO!!!!!"

Suara teriakan itu begitu menggema disunyinya malam. Jungkook gemetar, ia benar-benar takut sekarang. Ia terlambat, ia terlambat mencegah Taehyung pergi. Ia memang bodoh.

Ucapan maaf terus terdengar hingga mobil polisi datang ke arah Jungkook yang dipenuhi rasa ketakutan. Beberapa polisi mencoba bertanya keadaaanya yang kini melemas. Ia tidak percaya ini. Ia dengan buru-buru pergi kembali ke Korea dari China ketika mendapat panggilan dari Sana bahwa Taehyung berniat bunuh diri. Jungkook sudah meminta Sana untuk mencegahnya, namun taksi Sana tergelincir es dan membuatnya mengalami patah tulang di kaki kanan dan dilarikan ke rumah sakit. Ah.. sungguh drama sekali cerita ini.

"Agasshi, apa anda baik-baik saja?"

Jungkook mengangguk menatap heningnya air sungai han. "Tolong, selamatkan dia. Setidaknya aku ingin meminta maaf atas segala hal padanya"

"Tenang saja, agasshi. Tim sar baru saja mencari namja itu. Kau perlu istirahat"

"Tidak, aku ingin menjadi orang pertama yang ia lihat pada saat ia bangun nanti"

...Broederschap...

"Tanggal 4 Desember 20XX pukul 23.40, Kim Taehyung dinyatakan meninggal dunia"

Jungkook menangis dalam diam. Harapannya untuk menjadi orang pertama yang dilihat Taehyung justru berubah 180°, Nyatanya ia adalah orang terakhir yang Taehyung lihat. Jungkook kecewa pada Taehyung yang mengakhiri hidupnya begitu saja. Namun, bukankah kita harus melihat alasan dibalik tujuannya itu? Ia sudah cukup mengalami tekanan berat. Siapa sangka Taetae kecil yang ingin menyelamatkan bikini bottom dari cacing besar alaska dulu malah berakhir seperti ini?

Kabar ini sudah terdengar di China. Kebetulan Key, Taemin, Hoseok, dan Soyou ada di Korea sehingga bisa menemani Jungkook.

Jika kalian menanyakan keadaan Jimin, setelah mendengar kabar itu, namja itu justru mengalami tekanan berat yang membuatnya berada dalam masa kritis. Menyedihkan bukan?

Lebih menyedihkan ketika kalian mengingat betapa manisnya masa kecil sepasang saudara kembar itu berubah menjadi masa pahit ketika beranjak dewasa. Oh.. tidak ada yang bisa menebak skenario ini.

Jika kalian menanyakan kondisi Sana, tentu saja ia sangat terkejut. Namja yang mengisi hatinya justru pergi dari dunia ini begitu saja.

...Broederschap...

Sudah berapa tahun Seokjin menghabiskan sebagian hidupnya bersama Twins dan menganggap mereka sebagai anak sendiri. Bahkan Seokjin tidak ingin menghitungnya. Rasa sesalnya tidak bisa hilang. Ia kehilangan semuanya dengan cepat bagai membalikkan telapak tangan. Semua kenangan benar-benar menjadi kenangan yang tidak bisa dilakukan lagi bersama.

Seokjin menarik nafas panjang. Jujur saja, ia tidak ingin mendengar hal buruk ini dihari yang penting dan bahagianya. Harusnya mereka sedang berada dirumah merayakan ulang tahunnya dan makan makanan yang enak. Namun, mengapa semua jadi seperti ini?

Ia melirik suminya yang benar-benar diselimuti rasa bersalah. Bahkan namja itu belum mengucapkan kata maaf pada Taehyung dan Taehyung justru pergi begitu saja. Seokjin merengkuh tubuh sang suami berharap sang suami menerima kenyataan yang ada. Berharap sang suami tidak menyalahkan dirinya atas kematian Taehyung.

Irene sudah tidak sanggup berdiri. Kakinya melemas mendengar kabar itu. Pantaskah ia disebut sebagai ibu yang baik? Ini begitu menyesakkan. Bogum menghiburnya. Namun, ini tidak akan mengubah apa yang terjadi.

Chanyeol, Baehyun, Luhan, dan Sehun juga turut berduka. Mereka mengenal keluarga ini dengan baik sejak lama. Mereka mengenal luar dalam keluarga ini. Namun, tetap saja ada rasa kecewa pada keluarga ini. Mereka sulit untuk mengenali keadaan masing-masing karena ego mereka sendiri.

Yoongi sibuk dengan pikirannya. Seandainya ia tidak mengantarkan Taehyung pada Jimin, mungkin ini tidak akan terjadi. Mungkinkah dia penyebab semuanya rusak? Seharusnya sejak awal Yoongi tau bahwa ada sesuatu yang harus disembunyikan didunia ini.

Tidak ada yang perlu disesali karena semua telah terjadi. Kita hanya perlu bersyukur atas semuanya, bukan?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
END

Sayangnya cerita ini telah berakhir dan kisah ini adalah akhir dari cerita ini. Ingatlah bahwa kita harus bersyukur atas semua keadaan yang terjadi dan telah terjadi.

Sampai jumpa di Epilog.

Broederschap [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang