Chance

149 23 38
                                    

"VINO!" teriakku berlari meninggalkan Willy begitu saja

Vino terus menggayuh sepedanya menjauh mengabaikanku. Aku terus memanggil namanya tetapi ia tidak memalingkan wajahnya ke arahku.

"VINO! GUE TADI DICULIK QUINN!" teriakku hampir putus asa

Mendengar itu, Vino itu menghentikan sepedanya.

"GUE JUGA ENGGAK BAKALAN TELAT KALAU DIA GAK BAWA GUE KE KUBURAN! SEPEDAKU HILANG GATAU KEMANA!" teriakku sekali lagi

Ia lalu berbalik ke arahku. Ia turun dari sepedanya dan mendekat ke arahku. Aku menundukkan kepalaku, air mataku mulai keluar dari mataku. Sekarang ia benar-benar dihadapanku.

"Lo kenapa sih ga percaya sama gue. Gue kan dah bilang kalau--" ucapku belum selesai

"Kalau gue juga suka sama lo," sambungnya

Saat itu juga, ia memelukku. Entah apa yang kurasakan saat ini, aku masih tetap menangis. Inikah yang dinamakan tangisan bahagia?

 Inikah yang dinamakan tangisan bahagia?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ia lalu menatap wajahku. Aku bisa melihat senyuman tulus terpancar di wajahnya. Dengan tangannya yang lembut, ia menghapus air mata di pipiku.

"Maaf," ucapnya

"Kenapa?" kataku

"Kalau aku enggak cemburu sama Willy dan kita enggak marahan mungkin kamu enggak akan dibawa Quinn ke kuburan dan mungkin masalah Peter sudah selesai. Maaf karena aku egois," ucapnya

Aku tersenyum.

"Tanpa kamu minta maaf pun aku udah maafin kamu," jawabku

Ia lalu meraba kantong celananya seperti mencari sesuatu.

"Tutup mata. Gaboleh ngintip sedetik pun," ucapnya

"Apa sih, Vin?" tanyaku keheranan

"Udah merem aja," ucapnya

Aku pun menutup mataku. Lalu Vino mendekatiku dan seperti memakaikan sesuatu di leherku

"Dah sekarang buka matamu," ucapnya

Aku melihat leherku. Ia memasangkang kalung dileherku. Kalung berwarna silver dan berbandul setengah hati.

"Kamu punya setengah, aku punya setengah," katanya

"Pokoknya kamu janji enggak bakalan melepas kalung itu sebelum kita putus," katanya lagi sambil tersenyum dan menyodorkan jari kelingkingnya

"Janji," ucapku

"Janji," ucapku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The CLOCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang