13

18 2 0
                                    

Hyeri benar-benar membuatnya merasa terkejut dan senang bersamaan. Entah keberuntungan bertemakan apa ini, namun semuanya terasa kacau, bagaimana ia bisa melakukan itu, sedangkan Hyeri itu adalah kekasih adiknya sendiri. Jika saja Baek itu pemberani untuk mengungkapkan rasa pada Hyeri seperti Sehun, mungkin sekarang nama Baek berada di hatinya. Ia tidak habis pikir, bagaimana semua terjadi, kenapa dia menjadi sangat pemalu seperti ini? Apa ini kutukan? Ah tidak, itu tidak mungkin, yahh mungkin suatu saat nanti dia akan merebut Hyeri dari Sehun, adiknya sendiri.

"Baek!"

Dengan seketika hayalan Baek buyar dengan suara Hyeri yang sangat keras.

"Apa yang kau lakukan Baek? Apa kau ingin menyakiti adikmu sendiri dengan merebut satu wanita? Tidak! Tidak," ucap batin Baek.

"A-ada apa Noona?" tanya Baek seperti orang linglung.

"Apa yang kau lakukan? Kau melamun saat menyupir, itu bisa membahayakan kita berdua, Baek!"

"A-aku minta maaf Noona, aku sedang memikirkan sesuatu tadi."

Seketika Hyeri langsung menatap Baek dengan serius.

"Ada apa Noona?"

"Apa kau mempunyai masalah Baek? Jika ada, ceritakan saja padaku."

Baek terkekeh. "Ahh tidak ada apa-apa Noona, tenang saja."

"Jangan seperti itu, kau harus menceritakannya padaku."

"Aku hanya memikirkan masa depanku Noona."

Hyeri terbelalak. "Apa? Berarti kau memiliki kekasih?"

"Tidak! Aku tidak memiliki kekasih, aku hanya mengincar satu orang wanita sekarang."

Hyeri membuka mulutnya tercengang. "Woah! Benarkan? Semoga kau bisa mendapatkannya."

"Tentu saja. Aku yakin aku bisa merebutnya."

"Hwaiting!" ucap Hyeri dengan mengepalkan kedua tangannya diatas udara.

Baek membalas dengan senyuman yang mampu mengalihkan dunia.

Setelah beberapa jam kemudian mereka terus mencari, Baek berpikir mungkin saja Sehun sekarang berada diperpustakaan sekolah, bukan berarti membaca buku disana, tetapi menangis terus-menerus. Baek sudah tahu apa yang Sehun lakukan jika saat-saat seperti, karena Chanyeol sering membentaknya, Sehun keluar dari rumah dan pergi keperpustakaan, untung saja ada Chen dan KyungSoo yang memberitahunya.

Setelah berada didepan sekolahan Sehun, sudah jelas sekolahan itu sangat sepi, lebih sepi dari kuburan yang pernah Hyeri kunjungi.

"Apa sekolahnya sesepi ini? Ini benar-benar mengerikan," ucap Hyeri tak percaya.

"Apa Noona tahu sesuatu tentang sekolahan ini?" tanya Baek dengan wajah seriusnya.

"Apa itu?"

"Jika sudah malam, ini akan menjadi sangat mengerikan. Banyak orang yanh berpasangan melakukan i-"

"Hentikan!"

"Ada apa Noona? Apa aku mengatakan hal yang salah?"

"Tidak! Maksudku, kau tahukan aku ini wanita, dan kau seorang pria ditempat seperti ini. Aku menjadi takut," ucap Hyeri dengan wajah ngeri.

"Ahh, jangan takut Noona, aku yang akan menjagamu," ucap Baek dengan hati-hati, agar Hyeri selalu merasa nyaman di dekatnya.

Lalu mereka berdua menyelusuri lorong yang memasuki lebih dalam kesekolahan itu. Mereka berdua mulai berjalan mendekati perpustakaan yang ditunjuk oleh Baek.

Setelah berada didepan pintu ruangan tersebut, Baek memegang gagang pintu tersebut lalu membukanya, suara khas yang timbul saat membuka pintu yang sudah berkarat.

Krekkk.

"Ini benar-benar mengerikan Baek," ucap Hyeri sambil meraih tangan Baek.

"Jangan takut Noona, ayo kita masuk."

Mereka berdua melewati buku-buku yang berjejer sangat rapi disana, ditempat itu benar-benar sepi, tapi masih ada beberapa pelajar disana yang sedang membaca tanpa ada suara sedikit pun. Sampai sekarang mereka belum menemukan Sehun diperpustakaan itu. Mendengar suara isakan yang sedikit terdengar Baek dan Hyeri mencari dan mendekati suara itu. Dan benar apa yang Baek pikirkan, Sehun benar-benar ada ditempat itu. Menutupi wajahnya dengan buku, dan menghindari tangisannya kepada orang-orang yang melihatnya, padahal suaranya bisa terdengar jelas bahkan sangat jelas karena tempat itu sangat sepi.

Hyeri mendekati Sehun dan menyentuh pundak pria itu dengan pelan, Sehun menatapnya, matanya penuh dengan air dan berkantung. Dia benar-benar menangis.

"Noona?" ucap Sehun memastikan, jika yang ada dihadapannya saat ini ada Hyeri, wanita yang paling ia sayangi.

"Sehun, aku minta maaf," lirih Hyeri dan memeluk Sehun dengan tiba-tiba tanpa aba-aba.

Sehun langsung membalas pelukkan itu. "Noona, jangan menangis. Noona tidak bersalah,"

"Seharusnya, waktu itu aku mencarimu, bukan kau yang mencariku sayang."

Mendengar kata 'sayang' Sehun terbelalak, lalu menarik kedua ujung bibirnya katas, pria itu tersenyum dengan manis. Air mata yang ingin ia keluarkan dengan banyak, mungkin dia akan mengeluarkan air mata itu penuh diember, tapi air mata itu berhasil masuk lagi. Ini luar biasa, senjata Hyeri untuk menghentikan tangisan atau rasa sedih Sehun.

"Tidak Noona! Aku yang bersalah karena tidak mendengar penjelasan dari Noona saat dikamar itu. Tadi aku sangat marah saja, sekarang tidak lagi. Aku akan mendengar penjelasan darimu Noona," ucap Sehun.

Baek yang melihat adegan seperti drama ini merasa risih sendiri. Ralat, maksudnya bisa dikatakan dia sedang cemburu, mungkin?

"Ahh baiklah-baiklah, ayo kita pulang. Tidak enak dilihat orang," ucap Baek. Padahal tidak ada satu orang pun yang melihat mereka seperti itu, melainkan dirinya sendiri yang malas melihat adiknya sendiri manja seperti itu.

Hyeri mengangguk menyetujui yang Baek ucapkan. Sehun menatapnya dengan tatapan sinis karena telah menganggu drama ini, ingin sekali rasanya ia memasukkan celana dalam bekas pakai milik Chan ke mulutnya itu, menganggu saja.

"Jangan pulang sekarang!" ucap Sehun yang mengeratkan pelukkannya pada Hyeri, hingga tidak ada jarak diantara mereka.

"Kenapa?" sewot Baek.

"Aku ingin memeluk Noona, tidak ingin melepaskan pelukkan Noona!"

Hyeri yang mendengar ucapan Sehun terkekeh geli. "Sehun, kan pelukkannya bisa dilanjutkan dirumah nanti, kamu mau dimana? Kasur?"

"Benarkah Noona?"

"Iya."

Sehun dan Hyeri sama-sama terkekeh. Kecuali Baek, dia yang mendengar ucapan Hyeri langsung menatap tidak percaya, padahal apa yang Hyeri ucapkan itu hanya bercanda saja, jika Sehun benar-benar ingin memeluknya diatas kasur, mungkin saja itu terjadi. Tapi dalam hati Baek, dia berdoa agar apa yang Hyeri ucapkan itu benar-benar hanya candaannya saja. Jika itu terjadi, habislah Baek, dia tidak akan pernah mendekati Hyeri lagi.

"Ayo kita pulang," ucap Hyeri.

-Continued-

KoKoBopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang