❥ zwei

1.1K 167 9
                                    


Setelah memastikan keadaan sudah aman terkendali, Irene menarik nafas lega. Akhirnya ia lepas dari cengkeraman cowok sadis itu. Dengan wajah sumringah, Irene berdiri dari tempat persembunyiaannya dan berjalan menuju pintu gerbang tempat ia masuk tadi.

Rupanya sejak tadi Irene bersembunyi di salah satu rumah yang ia lihat tak ada penghuninya. Pintu gerbang rumah itu dibiarkan terbuka, maka tanpa ragu Irene masuk ke dalam. Saat akan selangkah lagi menuju pintu gerbang, Irene dikejutkan dengan geraman yang tak asing di telinganya.

Dengan perlahan Irene menolehkan kepala ke arah suara berasal. Dan seketika kakinya lemas tak berdaya. Seekor anjing Herder hitam sudah menggeram marah padanya. Anjing itu mungkin tahu ada tamu tak di undang yang menyelinap ke rumah tuannya. Wajah Irene pucat pasi. Dari sekian banyak hal yang ditakutinya, anjing adalah salah satunya. Apalagi anjing yang satu ini sudah menampakkan taring-taringnya seolah siap mencabik-cabik tubuh Irene. Berkali-kali ia berdoa di dalam hati agar anjing itu tidak menyergapnya.

"Ya Allah, apa ini balasan buat gue?" gumam Irene ketakutan.

Ia mencoba melangkah dengan perlahan-lahan, namun sialnya pandangan mata anjing itu selalu mengikuti setiap gerak-geriknya. Tak jauh dari tempatnya berdiri, sekilas Irene melihat ada sebuah pohon mangga yang tidak terlalu besar namun cukup tinggi. Tanpa pikir panjang lagi, Irene berlari menuju pohon mangga itu. Dan dengan keahliannya dalam hal panjat memanjat, akhirnya ia berhasil sampai di dahan yang cukup tinggi walaupun ia harus menerima konsekuensinya. Bagian belakang rok sekolah Irene robek dengan suksesnya. Tapi ancaman belum berakhir, anjing galak itu masih terus menggonggong dengan nyaringnya di bawah pohon. Hati Irene semakin mencelos.

"Idih.. nih anjing, diem dong," pekik Irene sambil berusaha mengusir anjing galak itu pergi, "Huss......huss......"

Mendengar suara gaduh di luar rumahnya, pemilik rumah akhirnya keluar. Betapa terkejutnya ia saat melihat seorang gadis dengan seragam SMA tengah bertengger bak ayam jago di atas pohon mangga sambil berusaha mengusir anjing yang terus menggonggong di bawahnya.

"Hei, kamu ngapain di situ?" tanya pemilik rumah.

"Anu Om, saya gak sengaja numpang sembunyi, eh, tahunya si Bleki nyebelin ini gonggongin saya terus," teriak Irene dari atas pohon sambil terus berusaha mengusir si anjing. Pemilik rumah hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Irene.

"Om, jangan diem aja, anjingnya diusir dong om, dikurung kek, diiket tali kek, apa aja deh om, saya takut nih. Jantung saya hampir copot," pinta nya pada pemilik anjing.

"Bizzy... come here...." perintah si pemilik rumah, dan anjing galak itu dengan patuhnya menurut. Irene menghela nafas lega.

"Kamu bisa turun sekarang, lain kali jangan masuk rumah orang sembarangan," cibir pemilik rumah membuat Irene malu. Ia pun melompat turun dari atas pohon. Namun naas bagi Irene, ia mendarat dengan kurang sukses. Bokongnya menyentuh tanah lebih dulu. Irene meringis kesakitan membuat pemilik rumah menggeleng keheranan. Seketika Irene berdiri menahan malu, namun tiba-tiba, O-oww, Irene sadar bahwa roknya robek. Dengan tersenyum malu, Irene menutupi roknya yang robek dengan tas sekolah dan berjalan mundur menuju pintu gerbang sambil terus tersenyum ke arah pemilik rumah.

"Dasar anak aneh..." pikir si pemilik rumah sembari kembali masuk ke rumahnya.Dengan dongkol Irene berjalan ke rumahnya. Hari ini benar-benar hari yang sial. Ini semua pasti karena cowok nyebelin itu, pikir Irene. Kalau saja ia tidak mengejar Irene, semua ini pasti tidak akan terjadi. Namun pikiran Irene yang lain mengingatkan, ini juga kesalahannya. Jika saja ia tidak menendang kaleng soda itu, insiden gila ini tidak akan terjadi. Akhirnya Irene berdamai dengan dirinya sendiri dan menganggap, bahwa ini semua hanya mimpi buruk yang akan segera berakhir besok.

Namun tanpa ia sadari ada seseorang di tempat lain yang sudah menyiapkan kejutan besar untuknya.


🍉🍉🍉


"Kamu benar mau magang di sekolah?" tanya Donghae pada Sehun saat ia menyampaikan keinginannya. Donghae menatap tak percaya pada adik semata wayangnya itu. Benar-benar sulit dipercaya. Sehun, si pembangkang nomor satu dikeluarganya yang sejak dulu diminta ikut membantu mengelola aset keluarga dan selalu menolak, tiba-tiba saja mengajukan diri menjadi guru di sekolah mereka.

"Kamu baik-baik aja kan? Kamu gak mabuk kan?" tanya Donghae sekali lagi.

"Mas, aku baik-baik aja. Udah deh, gak usah tanya kenapa, pokoknya aku mau ngajar di SMA BAKTI NUSA, cuma sementara aja kok Mas. Aku lagi bosan, gak ada kegiatan," jelas Sehun panjang lebar semakin membuat Donghae bingung.

"Mas, boleh gak?"

"Oke... tapi jangan bikin ulah," akhirnya Donghae setuju, "Kapan kamu mau mulai ngajar?" 

"Besok," dan seketika Donghae menyemburkan teh yang baru saja masuk ke mulutnya hingga membuat Sehun tertawa.

"Gak salah Hun?"

"Yup... gak salah lagi," ucap Sehun sambil beranjak pergi ke kamarnya meninggalkan sang kakak yang masih tak percaya dengan apa yang baru dikatakannya .

Di dalam kamarnya Sehun kembali memandangi nametag milik Irene. Berkali-kali ia tersenyum mengingat betapa konyolnya apa yang telah ia lakukan siang tadi. Bermain kucing dan tikus dengan seorang anak SMA. Namun baru kali ini ia merasa senang. Mendapatkan lawan yang cukup seimbang. Ia tidak menyangka, gadis kecil satu itu berhasil menarik perhatiannya.

Ia tidak tahu apakah ia jatuh cinta atau sekedar suka dan kagum pada sosok Irene yang terlihat polos namun memiliki nyali yang luar biasa nekat. Gue rasa, gue cuma penasaran sama tuh bocah. Gak mungkin gue jatuh cinta, baru juga ketemu. batinnya.

"Irene Adelia Aya," sekali lagi ia menggumamkan nama Irene, "Kita lihat apa yang bakal kamu lakukan besok,"


🍉🍉🍉


"We are the champion my friend, and we'll keep on fighting to the end..............." suara Irene bergema di seantero kamar. Dengan gaya yang sok asik, ia bernyanyi bak Diva International dengan dandanan yang tidak karuan. Kaos oblong favorit, celana tidur kotak-kotak, dan dasi yang dililit di kepala. Kamarnya pun terlihat masih berantakan. Sejak sore ia memang tidak berniat keluar dari kamar dan malah membongkar seisi kamar hanya untuk mencari syal birunya yang sejak sebulan lalu tidak ia temukan, hingga akhirnya ia berhasil menemukannya di bawah tumpukan buku-bukunya.

"Rene..." panggil sang mama sambil menggedor pintu kamar. Namun karena kerasnya suara di dalam kamar, Irene tidak mendengar panggilan mamanya.

"IRENE..........." teriak mamanya lebih keras hingga akhirnya Irene tersadar dan mengecilkan volume audio playernya.

"Ada apa sih Ma?" tanya nya melongokkan kepala dari balik pintu.

"Kamu gak mau makan malam?"

"Ehm.. gak deh, masih kenyang. Ntar kalo Irene lapar, Irene ambil sendiri," balas nya sambil menutup pintunya namun dicegah oleh mama, "Eh..........."

"Apaan lagi sih Ma?"

"Ini.." mama menunjukkan rok Irene yang robek siang tadi, "Kenapa ini?"
Irene tersenyum semanis mungkin pada sang mama. Langsung saja mama tahu kalau anak perempuannya pasti berbuat ulah yang aneh lagi.

"Ini kenapa?" tanya mama ingin tahu.

"Robek, hehehe.." jawab Irene sambil tertawa cengengesan.

"Ya, tapi kenapa bisa robek Irene?"

"Hehe..Itu, tadi Irene dikejar anjing Ma, iya. Jadi Irene naik ke atas pohon terus roknya robek,". Mama hanya geleng –geleng kepala mendengar penjelasan Irene. Anak perempuan semata wayangnya yang satu itu memang tidak ada habisnya. Sejak kecil, ada saja ulah yang dilakukan Irene. Memang masih dalam batas kewajaran. Namun tetap saja membuat mama dan papanya tidak berdaya dengan segala ulahnya. Mamanya hanya bisa pasrah dan berdoa agar putrinya itu bisa menjadi anak perempuan yang benar-benar perempuan tanpa embel-embel aneh di belakangnya.


TBC

Poco A Poco「osh ; bjh」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang