❥ neunzehn

657 129 14
                                    


Laboratorium biologi SMA BAKTI NUSA terlihat begitu hiruk pikuk. Semua penghuni kelas Irene saat ini memang tengah berada di sana. Pak Henry, guru biologi mereka memang membawa semua anak kelas 2A untuk melakukan uji coba mengenai anatomi tubuh hewan. Kali ini hewan yang dipakai adalah merpati.

"Aduh, sayang banget kan nih burung bakal di bantai, padahal kan kalo dijadiin burung goreng enak banget nih," celetuk Felix, sang ketua kelas.

"Daripada leher lu yang di belek, kan gak lucu Lix," timpal Irene tiba-tiba saat ia berjalan menghampiri meja praktek Felix.

"Wah, ni cewek petakilan cari ribut," balas Felix sambil mengambil sebotol etanol dan meneteskannya sedikit ke sapu tangan yang tersedia untuk membius hewan praktek.

"Sebelum nih burung yang gue bius, mending lu duluan deh Rene, biar aman, damai, tentram dan sentosa ruangan ini," sambung Felix sambil mulai mengejar Irene yang sudah lebih dulu melarikan diri menghindarinya.

Jadilah kedua anak itu saling berkejar-kejaran di dalam ruangan. Tanpa sengaja, Irene menabrak Eunha yang baru saja masuk ke ruang laboratorium.

Bruukkk

Terdengar suara yang cukup keras. Baik Irene maupun Eunha sama-sama terduduk di lantai.

"O-ow..." gumam Felix yang menyadari sepertinya akan ada perang lagi antara kedua gadis itu.

Semua mata memandang keduanya, menunggu emosi siapa yang meledak lebih dulu.

"Sorry Ha, gue gak sengaja,"

Eunha dan genk nya yang baru kembali dari kantin, seketika menyambar minuman soda yang dipegang Nancy dan menyiramkannya ke wajah Irene, membuat Irene terpekik kaget.

"Ahh.. eh cewek resek gue kan udah minta maaf," teriak Irene sambil membersihkan wajahnya dengan tangan.

"Gue gak terima permintaan maaf lu. Dasar cewek petakilan, ganjen banget sih, pake acara tebar pesona sama semua cowok. Kemarin Pak Sehun, sekarang Felix, genit banget lu jadi cewek," maki Eunha habis-habisan.

"Eh, cewek stres, gue itu gak suka ya tebar pesona ke cowok-cowok kaya elu, kalo Pak Sehun yang deketin gue, emang itu salah gue hah! Dan Felix itu sohib gue, dasar nenek lampir," balas Irene tak kalah sengit.

"Apa lu bilang," Eunha bersiap melayangkan tangannya, namun segera ditahan oleh Irene.

Keduanya pun bersiap untuk saling menghantam, namun segera di hentikan oleh teman-temannya.

"Udah deh Rene, gak usah diladenin," ucap Felix, sambil menahan Irene.

"Nih cewek emang perlu dikasih pelajaran," teriak Irene masih emosi. Tepat disaat kedua gadis itu masih ribut, Pak Henry masuk ke ruangan.

"Ada apa ini?" tanya Pak Henry bingung melihat suasana yang sedang memanas.

"Si petakilan ini, lari-larian dan dia nabrak saya Pak," ucap Eunha masih emosi.

"Eh, nenek sihir, gue kan udah minta maaf, tapi lu malah nyiram gue pake air soda. Lihat nih seragam gue kotor," balas Irene tidak mau kalah.

"Sudah, sudah. Kalian ini seperti anak kecil saja," ucap Pak Henry tegas, membuat keduanya bungkam. "Eunha, Irene sudah minta maaf. Harusnya kamu tidak perlu sampai menyiramkan air soda itu pada Irene," ucap Pak Henry menasehati Eunha. Irene tersenyum mengejek padanya.

"Dan kamu Irene, ini lab biologi, bukan taman bermain. Tidak seharusnya kamu malah lari-larian di ruangan ini," kali ini giliran Eunha yang tersenyum mengejek.

Poco A Poco「osh ; bjh」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang