❥ einundzwanzig

686 124 24
                                    


"Pagi," sapa Sehun tersenyum lebar begitu melihat Irene keluar dari rumahnya. Irene tidak menunjukkan ekspresi apapun.

"Jangan ada lagi adegan pura-pura amnesia Irene," ancam Sehun, Irene melotot padanya.

"Kalau pura-pura gila boleh gak?" canda Irene.

"Irene..."

"Bercanda..." balas Irene tersenyum kemudian masuk ke mobil Sehun. Sehun tersenyum lega melihat gadis ini tidak bersikap aneh pagi ini. Sudah cukup ia uring-uringan seharian karena Irene dan ia ingin agar semuanya berjalan lancar. Tidak ingin gadis ini marah, kesal atau jengkel padanya. Jika dulu Sehun senang dengan semua itu, sekarang tidak lagi. Ia jera. Lebih baik berhadapan dengan sekumpulan preman pasar, daripada harus menghadapi amukan Irene, pikirnya.

***

Eunha dan teman-temannya seperti biasa menghabiskan waktu lebih dari yang dibutuhkan di toilet dibandingkan siswi-siswi lainnya. Hal itu tentu saja membuat banyak anak mengeluh. Namun tidak ada yang berani melawan Eunha cs, karena mereka takut. Hanya Irene dan beberapa teman-temannya yang berani melakukan perlawanan sengit pada mereka.

"Jadi Ha, kemarin lu sengaja ngedorong cewek petakilan itu?" tanya Nancy sambil memoleskan bedak ke wajahnya. Entah sudah berapa lapis bedak yang ia poleskan ke wajahnya.

"Ya iyalah, gue tahu dia gak bisa berenang makanya gue sengaja dorong dia ke kolam. Untung aja gak ada yang curiga," balas Eunha sambil merapikan lipstik di bibirnya, "Kenapa tuh cewek gak sekalian mampus aja ya?"


Brakk


Pintu toilet didobrak dengan kasar. Jessica muncul dengan wajah beringas.

"Oh, jadi lu emang sengaja dorong Irene ke kolam? Lu gak takut ya ngelakuin tindak kriminal begitu?" ucap Jessica marah. Rupanya Jessica yang juga kebetulan berada di toilet mendengar percakapan ketiga gadis itu.

"Terus mau lu apa? Mau ngaduin gue ke kepsek? Aduin sana! Lu pikir gue takut?!" teriak Eunha sambil mendorong pundak Jessica, hingga ia terhuyung ke belakang.

"Eh, gue gak perlu ngaduin lu ke kepsek. Gue juga bisa bikin perhitungan sama lu," desis Jessica, sambil balas mendorong Eunha. Eunha memberikan isyarat pada kedua temannya. Kedua gadis itu segera mencengkeram kedua tanganJessica dan memasukkan Jessica ke dalam salah satu bilik dan menguncinya dari luar.

"Hei, lepasin gue.. keluarin gue!." teriak Jessica, sementara ketiga gadis diluar bilik itu tertawa mengejek.

"Makanya jangan sok jagoan! Nikmatin deh waktu lu di situ, sampe ada orang yang datang buat bukain pintu.." teriak Eunha,

"Bye-bye Jessica..." ucap ketiganya sambil beranjak pergi dari toilet.

"Hei.. dasar nenek sihir lu, beraninya main keroyokan, buka pintunya!" teriak Jessica sekerasnya. Untunglah tak berapa lama seorang siswi masuk dan membukakan pintu karena mendengar teriakannya.

"Thanks  ya..." ucap Jessica sambil berlari keluar menyusul Eunha cs.

Jessica berusaha mencari keberadaan Eunha dan teman-temannya namun ia tidak menemukan mereka. Dengan kesal, ia pun kembali ke kelas.

"Eh, lama banget sih dari toilet aja?" tanya Jennie begitu ia tiba.

"Lu tidur di toilet?" timpal Irene.

"Gak lah," balas Jessica, "Rene, ternyata yang lu bilang itu bener. Eunha, si nenek sihir itu emang sengaja dorong lu ke kolam. Tadi gue denger sendiri dia ngomong. Gue mau bikin perhitungan sama tu anak, tapi gue kalah jumlah. Akhirnya gue malah di kunciin di toilet," jelas Jessica, tak berapa lama Eunha dan teman-temannya muncul. Irene dan ketiga sahabatnya pun memperhatikan kedatangan gadis-gadis itu.

Poco A Poco「osh ; bjh」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang