❥ vierzehn

646 141 12
                                    

Pagi itu Irene merutuki dirinya sendiri yang kesiangan. Jika sampai ia terlambat maka bisa dipastikan ia tidak akan diizinkan ikut ulangan. Dengan sekuat tenaga ia berlari di sepanjang koridor sekolah.

"Ini semua gara-gara Pak Sehun," rutuk Irene sepanjang jalan. Kalau saja Sehun tidak meminta menemaninya, maka ia tidak perlu begadang semalaman untuk belajar dan ia tidak akan kesiangan seperti ini, "Dasar monster nyebelin!....." teriak Irene sambil mempercepat larinya.

Dengan nafas terengah-engah Irene akhirnya sampai di kelas. Namun betapa kagetnya ia saat masuk kelas, bukannya Pak Siwon yang duduk di kursi guru, justru Sehun yang duduk dengan santainya.

"Kamu terlambat Irene," ucap Sehun sambil mengedipkan sebelah matanya dengan cepat membuat Irene menganga tak percaya.

"Loh kok......"

"Duduk," perintah Sehun. Dan dengan wajah yang masih bingung Irene berjalan ke kursinya.

"Pak Siwon gak masuk, jadi digantiin sama Pak Sehun, ulangannya di tunda," jelas Jessica begitu Irene duduk di kursinya.

"Apa?!" teriak Irene membuat Jessica terkejut dan memukul bahu Irene karena ia berteriak tepat di telinganya.

"Kira-kira dong teriaknya Rene," protes Jessica, namun Irene tidak menghiraukannya dan malah menatap Sehun yang tengah tersenyum manis.

Sialan, gue udah mati-matian begadang, dia seenaknya aja ngegantiin Pak Siwon, maki Irene dalam hati karena ia tahu ini pasti salah satu dari tindakan Sehun yang memang disengaja.

***

Saat jam istirahat, anak-anak ramai berkumpul di depan mading. Mereka terlihat begitu antusias melihat berita apapun itu yang ada di sana. Karena penasaran, Irene pun ikut melihat ke mading. Dan betapa terkejutnya ia karena beberapa foto dirinya dan Sehun terpajang sebagai hotnews di sana. Foto itu kelihatannya diambil saat kejadian kemarin siang, saat Sehun memaksa Irene menemaninya.

"Rene, ini beneran lu sama Pak Sehun?" tanya Jessica yang tiba-tiba saja sudah ada di samping Irene disusul Egi dan Jennie. Irene hanya mengangguk.

"Astaga, ya ampun Irene, lu tega banget sih, tahu begitu gue kan bakal pulang bareng lu. Jadi gue juga bisa naik mobilnya Pak Sehun," cerocos Jennie membuat Irene, Egi, dan Jessica mendelik sewot padanya,

"Yeee....." teriak ketiganya tepat di telinga Jennie.

"Rene, lu dipanggil ke ruang guru sekarang juga," tiba-tiba Semmi, sekretaris kelas Irene menghampirinya. Irene memandang ketiga sahabatnya bergantian. Ia tidak takut ataupun panik, karena ia sudah menduga ini pasti akan terjadi.

"Gue pergi dulu ya," pamit Irene pada ketiganya, dan dibalas anggukan oleh mereka.

Sesampainya di ruangan itu, para guru sudah berkumpul. Bahkan Donghae pun ikut hadir di sidang itu. Sehun sudah hadir lebih dulu. Irene pun memasuki ruangan yang sudah memendarkan hawa panas. Ia duduk di kursi yang sudah disediakan. Bersebelahan dengan Sehun. Sehun tersenyum menenangkan, walaupun itu sebenarnya tidak perlu, karena Irene sama sekali tidak takut.

"Pak Sehun, apa maksud foto-foto yang tertempel di mading itu?" tanya Bu Dara selaku wakil kepala sekolah.

"Sama sekali tidak ada maksud apa-apa. Saya hanya meminta Irene menemani saya mengisi waktu luang. Apa itu salah?" Sehun balas bertanya.

"Tentu saja. Bapak kan guru di sekolah ini, tidak seharusnya Pak Sehun bersikap seperti itu," Bu Tiffany atau biasa di panggil Bu Fany mengemukakan pendapat, "Dan kamu Irene, kan kamu tahu hubungan antara guru dan murid yang diluar batas itu tidak bisa ditolerir," Ucapan Bu Fany menohok Irene, namun ada nada lain yang terdengar dari ucapannya, sepertinya cemburu.

Poco A Poco「osh ; bjh」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang