Sehun sudah terlihat rapi sejak satu jam yang lalu. Namun hingga detik ini ia belum juga bergerak menuju rumah Irene. Masih ada yang mengganjal di hatinya. Apa yang harus ia lakukan sebagai permintaan maafnya untuk Irene? Gadis itu selalu saja membingungkannya. Ia berjalan mondar mandir di ruang tamu membuat Yuna yang saat itu tengah menonton televisi bertanya heran,
"Kok belum berangkat Hun?"
"Masih bingung mbak," balas Sehun.
"Loh, bingung kenapa?"
"Irene, dia kasih aku teka-teki yang sampai saat ini aku gak tahu jawabannya apa,"
"Kalian ini pacaran apa main kuis sih? Pake teka-teki segala," balas Yuna sambil menggelengkan kepala melihat tingkah laku adik iparnya dan pacar uniknya.
"Hhh nggak tau mbak, pusing kepalaku. Ya sudah, aku berangkat dulu mbak," ucap Sehun sambil menyambar kunci mobilnya yang ada di atas meja.
Sehun tidak langsung menuju ke rumah Irene. Sebelumnya ia ingin mengunjungi suatu tempat terlebih dahulu. Mungkin dengan pergi ke tempat itu ia bisa mendapat sesuatu agar Irene mau menerima permintaan maafnya. Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, karena Sehun terus berkeliling mencari toko kue yang menjual kue-kue lezat, akhirnya sampailah ia di rumah Irene.
Ya, sebelum ke rumah Irene, terlebih dahulu Sehun mampir ke toko kue. Ia tidak tahu apa yang harus ia bawa sebagai permintaan maaf. Tapi yang pasti, mengingat Irene adalah food monster, penyuka segala jenis kue, Sehun yakin apa yang ia bawa mungkin dapat meluluhkan hati gadis itu. Jika ia membawa bunga, ia yakin Irene akan mencelanya habis-habisan. Karena gadis itu tidak terlalu suka dengan hal-hal yang terlalu sentimentil. Bunga, buat apa? Memangnya aku taman pemakaman? Apa aku kambing yang suka dikasih makan kembang? Barangkali kalimat-kalimat itulah yang akan keluar dari mulutnya.
to : Irene
-Aku sudah di depan rumah kamu-
Sehun mengirimkan pesan pada Irene.
Tak berapa lama, gadis itu keluar dengan dandanan yang membuat Sehun menggelengkan kepala. Tidak berartikah acara makan malam dengan orang tuanya dan Sehun bagi gadis itu sehingga ia berpakaian seadanya? Irene hanya mengenakan celana jins selutut dan kaos yang terlalu besar untuk ukuran gadis sekecil Irene. Dan rambutnya? Sehun tidak tahu apa memang Irene sebegitu cueknya dengan penampilannya. Apa yang ada di rambut panjangnya itu? pensil?
"Kenapa kamu gunakan pensil buat menyanggul rambut kamu? Apa gak ada jepit atau pita rambut?" tanya Sehun heran sambil menarik pensil itu dari rambut Irene, hingga rambut gadis itu tergerai lepas.
"Aduh, apaan sih, kenapa di lepas? Aku tadi lagi beresin kamar dan gak sempat cari pita makanya aku pake pensil," jelas Irene sambil merebut pensil dari tangan Sehun. Seketika matanya tertuju kepada bungkusan yang dibawa Sehun.
"Apaan tuh?" tunjuk Irene pada bungkusan yang dibawa Sehun.
"Aku gak tahu apa yang mesti aku lakukan supaya kamu maafin aku, tapi yang aku tahu kamu suka makan jadi aku bawain ini buat kamu," Sehun menyerahkan bungkusan itu pada Irene. Irene segera memeriksa isinya, dan seketika wajahnya bersinar.
"Aku dimaafin?" tanya Sehun, namun ia tahu Irene pasti memaafkannya karena raut wajahnya berubah ceria.
"Ehm..." Irene berpikir sejenak, "Oke, karena kelihatannya kuenya enak, jadi aku maafin kamu," ucap Irene akhirnya. Seketika Sehun mengembuskan napas lega.
"Terima kasih, i love you,"
"Hmm,"
Keduanya pun segera masuk ke dalam rumah. Ini pertama kalinya Sehun melihat isi di dalam rumah Irene. Rumah itu tidak terlalu besar, kalah jauh dibandingkan rumah Sehun. Namun suasana rumah ditata sedemikian nyaman. Sehun memperhatikan ke sekeliling rumah. Ia juga memperhatikan foto-foto Irene yang terpampang di dinding.
KAMU SEDANG MEMBACA
Poco A Poco「osh ; bjh」
FanfictionCinta bisa datang darimana saja. Bahkan dari sebuah kaleng soda yang menyebabkan petaka. Itulah yang dialami Sehun, fotografer freelance yang tiba-tiba memutuskan menjadi guru magang hanya demi mengejar cinta seorang gadis SMA bernama Irene Adelia A...