Alsava Nourashafarina memandangi beberapa orang yang ada di kantin kampusnya. Beberapa orang sedang bersenda gurau dengan beberapa temannya atau yang ada di pojokan sedang asyik berpacaran.
Ini bulan-bulan terakhir Al ada di kampusnya. Setelah ia mengurus segala keperluan tesis yang membuat dia menjadi Magister (S2) dia akan bebas dengan kampus ini.
Al sebenarnya ingin langsung bekerja setelah mendapat gelar S1nya. Tapi, ia mendapat Beasiswa yang tak boleh ia sia-siakan.
Diumurnya yang ke 20 tahun, ia sudah menamatkan gelar S1nya dengan cepat. Apalagi semasa SMA ia mengambil kelas akselerasi agar cepat lulus Karena sesuai tujuan utamanya, ia ingin cepat bekerja.
Al mendesah lesu saat hari mulai sore, ia melihat jam tangan digital miliknya.
"Neya mana sih? Ditunggu malah nggak datang-datang." Gerutu Al setelah melihat jam menunjukkan pukul setengah empat sore.
Neya, adalah sahabat Al sedari ia mengambil kuliah Magisternya. Walaupun cuma setahun kurang mereka berteman, mereka sudah akrab satu sama lain. Al sedari mos sampai menamatkan gelar S1nya, ia tak memiliki teman.
Entah, ia tak ingin fokus dengan itu. Karena Al tau, teman-temannya tidak tulus ingin berteman dengannya. Mereka hanya ingin memanfaatkan kepintarannya saja. Sehingga ia tak ingin membuang waktu untuk berteman dengan orang seperti itu.
Tapi, setelah bekenalan dengan Neya. Prinsip itu seketika membuat Al merubah segalanya.
Neya berteman dengan tulus padanya. Neya juga tak pernah mengungkit apapun pada Al. Karena Al tau, Neya pintar sepertinya. Tapi, Neya yang mempunyai umur lebih tua 2 tahun dari dirinya, membuat Al merasa senang karena Neya bisa menjadi kakak untuknya.
"Alsava Nourashafarina!!" Teriak seseorang yang seketika membuat semua penghuni kantin menoleh kesumber teriakan itu.
Al mengumpat pelan saat Neya berlari riang sambil meneriakkan namanya. Ini adalah salah satu hal yang membuat ia membenci karakter buruk seorang Neya. Toa!
Al pura-pura tidak mendengar, ia segera membaca buku yang ia gunakan untuk penelitian tesisnya. Ia menunduk saat Neya semakin dekat kearah mejanya.
"Al!" Panggil Neya.
Al masih pura-pura tak mendengar, demi apapun ia sangat malu!
"Al!" Panggil Neya sekali lagi.
Oke, Al menyerah. Ia menjawab. "Apa?"
"Buku lo kebalik tuh!"
"Anjir!" Umpat Al sambil melihat Neya yang cekikian menertawakan dirinya.
***
"Kapten! Tuh dipanggil sama cewek lo!"
Sang kapten sang sedari tadi fokus pada laptopnya memandang --Fino-- bawahannya.
"Suruh dia pergi Ping!" Perintah sang kapten, setelah itu dia memfokuskan dirinya pada laptop lagi.
"Eh kapten! Tuh cewek keberapa sih? Aduh! Pusing gue! Kayaknya yang samperin lo udah 30 cewek!" Fino berkeluh.
Kaiverd Elezt Danirdhja kapten yang dimaksud Fino menghembuskan nafas pelan.
"Mending lo urusin kapal aja Ping! Daripada lo urus cewek-cewek gue!"
Fino dan Kai, memang sahabat sedari Kai mengambil akademi pelayaran. Jadi, bukan hal aneh jika Fino seenaknya dengan Kai. Fino hanya professional saat mereka bertugas, begitu pula sebaliknya.
"Kai! Udah gue bilang, kenapa lo manggil gue Ping! Nama gue Fino! Bukan Pingky!" Dengus Fino.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Weird Captain! ✅ [COMPLETE]
General Fiction--- "Gue bakal buat lo yakin-seyakin-yakinnya kalau lo pantas jatuh sama cowok kayak gue. Gue bakal buktikan. Sekali lo jatuh sama gue, gue nggak bakal lepasin lo, karena saat lo jatuh hanya gue yang bisa dapetin lo." Al tersenyum. "You will be tryi...