Al langsung terduduk dilantai saat Kai menutup pintu ruangannya dengan kencang. Dadanya terasa sesak!
Tangisannya langsung meledak, ia tak menyangka jika akan terjadi hal seperti ini. Tak pernah terpikir bila Kai memiliki perasaan terhadapnya!
Tak ada pikiran seperti itu! Al bahkan selalu membatasi dirinya untuk laki-laki, tapi Kai.. kenapa bisa pria itu memiliki perasaan terhadapnya?
Saat Al menutup mulutnya untuk melanjutkan tangisannya, Salwa membuka pintu ruangan dengan pelan. Dia khawatir dengan apa yang terjadi pada Al.
Dan benar dugaannya. Ia melihat Al yang terduduk di lantai sedang meredam tangisannya. Salwa langsung berlari menghampiri Al.
"Bu Alsava? Ada apa?" Tanyanya dengan cemas.
Al yang tersadar jika ia menangis dihadapan Salwa langsung menyeka kasar air matanya. Ia memadang Salwa dengan mata yang basah dengan air mata.
"Tidak apa-apa, bisa keluar dari ruangan ini? Aku ingin sendiri." Pinta Al dengan suara serak.
"Tapi bu--"
"Maaf Salwa, bisakah biarkan aku sendiri? Dan tolong jangan ceritakan kejadian ini kepada siapapun." Pinta Al lagi.
Salwa tak tega melihat Al seperti ini, dan ia juga tak bisa bertanya apa yang terjadi pada Al dan Kai tadi.
Walaupun Salwa dalam hati bertanya-tanya tentang hubungan Al dengan Kai.
"Baik bu." Salwa tak ada pilihan selain menuruti Al.
"Bu Alsava jangan duduk disini." Salwa meraih tangan Al dan menuntunnya untuk duduk di sofa hitam yang ada diruangan ini.
Al menurutinya, setelah ia duduk Salwa keluar dari ruangan, meninggalkan Al yang menyeka pipinya dari air mata.
Al menghembuskan nafas pelan berkali-kali untuk menguasai dirinya. Ia berjalan pelan menuju jendela, melihat pemandangan yang hampir sore karena saat ini sudah jam 3.
"Mama, papa, kenapa hidup Al sekarang jadi rumit?" Gumam Al sembari menatap langit.
***
Alunan musik klasik dari gedung pentas seni menggema di pendengaran seorang pria berwajah murung. Ia melihat beberapa pemusik sedang berlatih untuk pentas yang diadakan besok.
Kai menghembuskan nafas pelan dan duduk dibangku penonton diikuti dengan beberapa penonton ataupun panitia penyelenggara pentas ini.
Sejenak Kai bisa melepas penatnya disini, karena alunan musik ini membuatnya rileks. Jika biasanya ia merasa jika seorang pria mengalami masalah ia akan ke kelab ataupun hal negatif lainnya, lain dengan dirinya yang pergi menuju gedung pentas ini.
"Kaiverd!" Panggil seseorang yang langsung membuat Kai menoleh dari fokus dan lamunannya.
Kai menoleh mendapati sang kakak bersama seorang perempuan yang Kai kenal sebagai calon kakak iparnya atau lebih tepatnya tunangan Keivard. Mereka akan menikah beberapa bulan lagi.
"Kaiverd! Mana? Katamu mau ajak calon pacar kesini?" Tunangan kakaknya itu bertanya padanya dengan nada antusias.
"Dia nggak kesini. Kai udah gak ada hubungan lagi sama dia." Jawab Kai lesu.
Tunangan Kei berdecak. "Payah kamu Kai! Mana katanya mau perjuangin cewek galak? Mana buktinya? Masa tadi pagi udah semangat buat bantu dia pulih dari trauma, sekarang malah gak ada hubungan lagi. Ya nggak Kei? Adikmu payah!"
Kai diam, kalau dipikir-pikir dirinya memang payah sebenarnya. Tapi, Kai dalam hidupnya memang tak pernah ditolak oleh wanita. Sehingga Kai tak pernah merasakan perjuangan dalam mendapatkan wanita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Weird Captain! ✅ [COMPLETE]
Ficción General--- "Gue bakal buat lo yakin-seyakin-yakinnya kalau lo pantas jatuh sama cowok kayak gue. Gue bakal buktikan. Sekali lo jatuh sama gue, gue nggak bakal lepasin lo, karena saat lo jatuh hanya gue yang bisa dapetin lo." Al tersenyum. "You will be tryi...