Al memandangi beberapa koper yang akan ia bawa ke luar kota. Ia sudah dipastikan untuk tinggal di apartemen dekat perusahaan om Nevan. Al sungguh sungkan jika harus satu rumah dengan om Nevan.
Apalagi disaat keadaan istri om Nevan yang berada di luar negeri. Sedangkan disana hanya ada om Nevan dan kedua anak laki-lakinya.
Maka, Al putuskan. Atau lebih tepatnya om Nevan yang memutuskan untuk Al agar tinggal di apartemen yang ada di beberapa blok dekat kantor yang akan menjadi tempat kerja Al.
Ting!
Satu pesan berbunyi di ponsel Al, mungkin itu sopir taksi online yang akan mengantarnya ke pelabuhan.
Al bergegas membawa 1 koper berukuran besar, 1 tas berukuran sedang dan 1 tas sling bag.
***
"Antarkan nona Alsava ke VIP room." Seorang petugas menyuruh bawahannya untuk mengantar dan akan membawakan barang-barang Al.
"Vip room?" Tanya Al pada petugas itu.
"Iya benar Nona, e-tiket milik anda merupakan type VIP." Jelas petugas itu.
Al masih mematung memikirkannya. Bagaimana bisa, om Nevan memberinya fasilitas mewah ini? Ia tau kalau om Nevan kaya raya, tapi.. ia tak sepatutnya menerima hal ini.
Al kira, ia menerima tiket biasa, ternyata yang diterimanya malah tiket luar biasa.
"Terimakasih pak." Al mengucapkan terima kasih saat petugas itu membantu membawakan tasnya ke kapal.
Al duduk di kasur yang disediakan setelah menunjukkan e-tiket yang dikirimkan oleh om Nevan. Al tak menyangka jika omnya ini membelikannya tiket kelas VIP.
Ia akan melakukan perjalanan selama 2 hari 2 malam disini. Beruntung Al membawa beberapa roti, air minum dan makanan cepat saji yang hanya bisa diseduh dengan air hangat.
Al membuka ponselnya. Dan tersenyum saat melihat potret kedua orang tuanya.
"Ma, pa. Al berangkat, doain Al ya biar Al diterima kerja." Al berkata dalam hati.
Dipandanginya lautan dan beberapa orang yang akan menaiki kapal ini. Terlihat tidak terlalu ramai, karena memang bukan musim liburan dan lebaran.
Drrrt.. drrrt.. drrrt
Al mencari-cari ponsel di tasnya.
Neya calling....
Al meringis pelan melihat nama yang terpampang di layar ponselnya. Ia sungguh lupa jika mempunyai teman ini.
Al sudah terbiasa mandiri, jadi ia merasa tak ada yang merindukannya atau pun ia repoti saat ini.
"Ha--"
"Anjir! Kenapa lo nggak ngabarin gue kalau lo mau keluar kota?! Kenapa?! Baru sehari selesai wisuda aja lo udah liar! Lo nggak pamitan sama gue?! Lo anggap apa gue huh?! Shit! Damn!"
Al meringis pelan karena telinganya berdenging mendengar teriakan dan umpatan Neya.
"Neya..."
"Apa?! Lo jahat sama gue Al! Hiks.. hiks.. hikss... lo tega ninggalin gadis manja ini! Setidaknya gue bisa kekepin lo dulu sebelum lo pergi!"
"Neya.. lo doain gue ya! Biar gue bisa keterima kerja! Nanti kalau gue udah diterima, lo boleh ke tempat tinggal baru gue."
"Al.. lo tega sama gue... padahal gue mau beritau kalau gue bentar lagi nikah..."
Al tersentak. "Lo serius? Kapan?"
"Tiga bulan lagi. Lo harus datang! Kalau nggak datang, gue nggak jadi nikah!"
"Mana bisa gitu? Oke-oke, gue usahain datang."
"Oke.. lo hati-hati ya, kalau udah nyampe telfon gue!"
"Iya Neya manja!"
Terdengar suara tawa Neya. "Hahahaha, byeee."
Al menutup sambungan telfonnya dan mencari kontak om Nevan.
"Apa aku kirim pesan saja ya? Om Nevan pasti sibuk." Gumam Al sambil mengetikkan pesan pada om Nevan.
Alsava:
Om Nevan, Al ingin bicara sama om Nevan sebelum berangkat.
Al menekan tombol send dan meletakkan ponselnya di kasur tempat tidur.
***
"Kai! Beberapa hari lagi ada acara pertemuan dengan anak teman papa, kenapa kamu malah berlayar?!" Papa Kai menghentikan Kai yang akan pergi dari rumah menuju ke pelabuhan untuk berlayar.
Kai menghentikan langkahnya, "Pa. Ini itu udah tugas Kai, pekerjaan Kai, Kai nggak bisa mangkir tugas cuma karena pertemuan anak bisnis papa itu."
"Tapi ini penting Kai! Ini bukan soal pertemuan dengan kolega bisnis papa, bukan! Dia itu--"
"Maaf pa, Kai harus berangkat. Sebentar lagi kapalnya akan berlayar." Sela Kai dan ia langsung berjalan tergesa dan meninggalkan papanya.
"KAIVERD!"
Papa Kai menghembuskan nafas kasar. Kenapa Kai keras kepala seperti ini? Seandainya Kai menikah, maka Kai tidak akan kabur-kaburan seperti ini.
***
"Halo om Nevan. Iya, ini Al udah berangkat, sekitar 10 menit yang lalu. Tadi mau telfon om, takutnya om sedang rapat, jadi cuma sms aja."
"Syukurlah, kamu baik-baik ya disana. Oh iya kamu kalau udah sampai langsung hubungi om biar om suruh pegawai om jemput kamu sama antar langsung ke Apart."
"Iya om, setelah ini kayaknya Al nggak bisa hubungi om. Sinyalnya disini mulai buruk."
"Iya Al, kamu hati-hati dijalan."
"Iya om."
Al menutup sambungan telfonnya dengan om Nevan. Ia duduk di kasur yang ada di kamar 2 setengah meter ini dan merebahkan diri disana sebelum ada ketukan pintu.
"Sepertinya itu petugas kapal." Gumam Al sambil bangkit dari rebahannya dan membuka pintu.
"Selamat siang Nona, ini ada fasilitas dari kami." Petugas itu menunjukkan sebuah makanan laut lengkap dengan minuman yang ada di nampan.
Al mengernyit bau cumi-cumi yang ada di nampan. "M-maaf, bukannya kalau makan biasanya ada restorannya? Dan.. mmm kebetulan saya tidak suka cumi-cumi."
"Maaf kan saya Nona." Pegawai itu membungkuk.
"Hei-hei, kenapa membungkuk?" Al bingung dengan pegawai wanita ini.
"Anda adalah tamu spesial di kapal ini, bapak Nevan berpesan pada kami para awak kapal untuk mengecek ataupun memenuhi kebutuhan anda agar anda nyaman di kapal ini."
"Pak Nevan?"
"Iya benar Nona, kapal ini adalah milik pak Nevan. Kalau begitu, anda ingin hidangan apa selain cumi-cumi?"
Al tertegun sebentar, kemudian menggeleng. "Tidak, saya tidak lapar. Nanti saja saat makan siang."
"Baiklah Nona, bagaimana kalau jus ini saja untuk Nona?"
Al mengangguk dan mengambil gelas jus itu. Setelah pegawai itu mengangguk sopan dan berbalik untuk melaksanakan tugas lainnya.
Al menyesap sedikit jus mangga itu. "Asam." Decaknya.
***
Vote and Comment 😊
A/n : Cerita ini emang masih membosankan, jadi mohon maklum ya 😅
KAMU SEDANG MEMBACA
Weird Captain! ✅ [COMPLETE]
Fiksi Umum--- "Gue bakal buat lo yakin-seyakin-yakinnya kalau lo pantas jatuh sama cowok kayak gue. Gue bakal buktikan. Sekali lo jatuh sama gue, gue nggak bakal lepasin lo, karena saat lo jatuh hanya gue yang bisa dapetin lo." Al tersenyum. "You will be tryi...