Part 6. Terganggu.

16.7K 1.2K 30
                                    

Yuk follow IGku, Ody_leanore.
Disana bakal ada sedikit spoiler cerita ini dan cerita Arrogant Doctor 😊

Happy reading.

💙💙💙

Kai yang sedari tadi berjalan dibelakang Al merasa berjalan seperti bodyguard gadis itu. Tentu saja, postur tubuhnya itu sangat mumpuni untuk pekerjaan seperti itu.

Dan ya.. Al adalah gadis mungil yang terlihat rapuh. Hanya terlihat! Karena sebenarnya Al bukanlah gadis rapuh! Dia kuat!

Kai tiba-tiba punya ide jahil. Ia mengangkat tangannya dan mensejajarkan telapak tangannya diatas kepala Al. Wih! Sangat pas! Sangat pas jika dibuat mainan! Kai tertawa dalam hati.

Si mungil ini.. Kai tertawa dalam hati. Tingginya hanya sebatas dada Kai. Bisa dibayangkan jika gadis itu mendongak saat berbicara dengan Kai.

Tinggi Kai yang mencapai 187 cm karena Kai mempunyai darah western membuat Kai menjadi orang paling tinggi jika dihadapkan dengan Al. Yang mungkin saja tingginya cuma 155 cm! Mungilnya gadis ini!!

Kai terus memainkan telapak tangannya diatas kepala Al dan mensejajarkannya dengan dadanya! Atau bahkan ketiaknya?!

"Gue tau apa yang lo pikirin! Heh tiang lampu! Jangan lo pikir lo tinggi bisa buat mainan cewek mungil kayak gue ya!" Al tiba-tiba berbalik dan Al langsung tertabrak dada Kai yang Kai sendiri tidak tau jika Al berhenti dengan spontan.

"Aw! Hidungku!" Al memekik sambil mengusap hidungnya. Jangan kira jika Al mempunyai hidung pesek dengan pipi tembam. Ia malah mempunyai hidung mancung! Seperti orang Arab! Karena memang papanya adalah orang Arab, sehingga wajahnya khas timur tengah! Walaupun tinggi tubuhnya yang mungil ini membuatnya selalu ingin menangis!

Kai tertawa terbahak. "Lo sih! Pakek berbalik mendadak! Udah tau mungil! Untung lo masih kebentur dada gue, kalau lo kebentur kaki gue gimana?" Ujarnya sambil mengacak rambut Al dan mengusap-usap hidung Al yang memerah.

Al menepis tangan Kai. "Eh lo siapa sentuh-sentuh gue! Gue patahin tangan lo baru tau rasa lo!"

"Lo galak banget sih sama gue yang tampan ini! Kalau tangan gue patah, lo juga yang repot!" Kai mendengus dan langsung menyembunyikan kedua tangannya.

"Lo!" Al menunjuk Kai dengan jarinya, kemudian menghembuskan nafas pelan untuk mengontrol dirinya. Bersama pria ini akan membuatnya mati lebih cepat jika Al tidak mengontrol dirinya.

"Kita jadi bicara kan? Oh please.. ini dini hari dan lo hampir bikin tenaga gue hampir habis." Ujar Al setelah mereka sampai di kursi yang terdapak di Dek kapal.

"Bicara? Jadi lah sayang, apasih yang nggak untuk si mungil Alsava??" Kai menggoda Al.

Dan Al yang mendapat godaan itu otomatis menginjak kaki Kai dengan keras. Hingga Kai mengaduh dan meminta ampun.

"Sekali lagi lo ngomong sayang ke gue, lo pastiin, kaki lo penyet!!" Ancam Al.

"Iya!! Aduh ampunn!! Lo punya berat badan berapa sih! Kaki lo udah kayak orang yang punya berat badan 1 kuintal!" Kai meringis kesakitan dan merasakan kakinya nyut-nyutan.

Al mendengus, "Udahlah! Sekarang gue tanya! Lo pasti punya hubungan dekat kan dengan om Nevan? Lo nggak mungkin langsung tau kalau om Nevan kenal sama gue!"

Kai menyeringai dan tersenyum miring. "Seharusnya gue curiga sama lo, pak Nevan itu istrinya lagi di luar negeri, dan pak Nevan malah membiayai cewek nggak jelas kayak lo di kapal mewah ini. Hmm lo pelakor kan?" Tanyanya dengan nada mengejek dan terkesan meremehkan.

Dan entah nada menggoda, seringai geli, hilang saat Kai bertanya hal itu.

Melihat tak ada respon dari Al, Kai mendengus meremehkan dan menatap gadis itu. Dilihatnya Al yang masih dengan raut kaget sesaat Kai bertanya hal itu.

"Udahlah, lebih baik lo nggak usah hancurin rumah tangga pak Nevan! Karena anaknya nggak akan tinggal diam!" Setelah mengatakan kalimat itu, Kai meninggalkan Al yang sedang emosi.

"Kaiverd!" Panggil Al.

Kai melengos dan acuh tak acuh pada Al. Tapi Al tak kehabisan akal, ia berlari dan mencegat Kai.

"Minggir lo!" Kai berusaha mengusir gadis itu, mata birunya menatap tajam Al.

"Heh Kai! Lo kalau ngomong dijaga ya!" Al memulai pembicaraannya.

"Apa maksud lo bilang gue pelakor? Hah? Lo belum tau apa-apa soal gue! Dan ya.. soal om Nevan kan? Gue bukan pelakor, wanita simpanan, atau pun hal busuk lainnya!" Tegas Al.

"Dan lo harusnya tau kalau sebelum lo nuduh hal buruk seperti itu, lo harus tau buktinya apa! Sekarang gue tanya, lo punya bukti apa nggak?!"

"Pelakor harus ada bukti? Cih! Dengan lo dapat kamar eksklusif kelas VIP udah membuktikan itu!" Kai tetap mempertahankan gagasannya.

Al tersenyum miring, "Seharusnya gue menolak tiket itu! Gue nggak perlu sebenarnya! Bantuan om Nevan membuat gue tertimpa masalah, terjebak sama orang yang nuduh gue sebagai pelakor! Cih! Harga diri gue seperti diinjek-injek! Emang gue perempuan apaan!" Al menjeda ucapannya. "Inget ya Kaiverd, kalau lo bilang gue wanita simpanan, pelakor, lo harus sadar diri!"

Al menarik nafasnya menetralkan hawa emosi yang melingkupinya. Baru kali ini dia merasa rendah dihadapan orang yang mempunyai badan tinggi.

"Lo ngebuat gue berpikir kalau lo selalu ngerendahin derajat seorang perempuan!"

Al berbalik dengan mata yang sudah berkaca-kaca, ia tak ingin Kai tau bahwa ia perempuan lemah.

Al menghembuskan nafas pelan untuk menetralkan lagi rasa pedih yang dialaminya. "Satu hal yang harus lo tau, om Nevan adalah wali gue. Wali yang selalu ada saat gue butuhin. Saat gue butuh saran dari orangtua gue yang sekarang ada di bersama Tuhan." Setelah mengatakan itu, Al berjalan cepat dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.

Meninggalkan Kai dengan segala keterkejutan dan fakta mencengangkan tentang seorang perempuan bernama Alsava Nourasafarina.

***

Satu hal yang Kai tau, segala jenis kaca yang sudah retak tak mungkin bisa kembali utuh sedia kala. Biarpun sudah dibenahi dengan cara apapun pasti nilai kesempurnaan kaca itu akan menurun. Begitu halnya dengan kelakuannya pada Alsava yang menurutnya seperti kaca itu.

Kai tau, tidak sepantasnya dia berbicara sembarangan pada Al. Walaupun sisi buruk gadis itu lebih mendominasi, lagaknya ia harus berhati-hati dalam berbicara.

Kai juga lebih tau, jika hal ini mungkin akan melukai sisi ego Al. Dengan menuduhnya sebagai pelakor?

Mana sisi gentle lo Kai! Itu adalah kata-kata umpatan yang Fino ucapkan pada Kai setelah ia bercerita pada Fino.

"Lo udah bikin Alsava nangis, dan lo tau? Wajahnya pedih banget! Sampai mata gue rasanya pingin ikutan nangis lihat dia nangis!" Fino berkata setelah menyesap kopi terakhirnya.

"Gue udah berusaha nemuin Alsava, tapi cewek itu berusaha menghindar. Atau lebih tepatnya dia ngurung diri dikamarnya." Kai mengusap frustasi wajahnya.

"Lo emang brengsek Kai ke setiap cewek! Ini mungkin hukuman lo berupa penyesalan yang diakibatkan sama cewek. Selama ini lo nggak pernah nyesel kan kalau lo buat salah sama cewek!" Telak Fino yang membuat kepala Kai semakin pening.

"Lo tau Ping, gue udah bilang kalau Alsava itu cewek yang berbeda. Gue pernah berpikir kalau mau mainin dia setelah tau--" Kai tak meneruskan ucapannya, melainkan malah memandang lautan yang sudah pagi dengan gusar.

"Tau apa?" Tanya Fino karena Kai tak melanjutkan kalimatnya.

Kai menghembuskan nafas kasar, "Setelah tau kalau Alsava ternyata berhubungan sama bokap gue, gue udah nyangka kalau Alsava itu wanita simpanan bokap gue."

"Bangsat lo Kai! Pikiran lo kemana! Kenapa lo bisa punya pikiran seperti itu!"

***

Vote and Comment 😊

27 Juni 2018

Weird Captain! ✅ [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang