Pagi ini Dea mencoba kembali untuk memperbaiki hubungan yang sempat retak denganku. Jika di berikan pilhan untuk mengusirnya saat itu, tanpa menyakiti perasaan manusia lain akan ku lakukan saat itu juga. Tapi kenyataannya yang bisa ku lakukan hanyalah mendengarkan penjelasannya.
"El, Maafin gue ya pernah ngelakuin hal bodoh yang ngerusak pertemanan kita."
"Udah si, lu seneng banget flashback." jawabku yang memotong pembicarannya, karna diteruskan pun percuma, yang akan datang hanyalah rasa kecewa dan emosi yang lama dipendam.
"Tapi gue ngambil orang yang lo sayang, El."
"Yaudah, kan kata lo perasaan siapa yang tau. Dan memang benar hanya Allah yang bisa membolak-balikkan perasaan. lagian Juli, sama gue baik-baik ajah kok"
"Thanks, El"
"Dey, boleh gue tanya sesuatu gak ya?" tanyaku dengan hati-hati "Cuman kalo lo merasa gak nyaman, ya gak usah di jawab gapapa ko."
"Tanya ajah."
"lo kenapa mutusin Juli.?"
"Juli agamanya aneh El, gue takut kebawa juga jadi gue milih udahan ajah"
"WTF?!"
"Aneh gimana si Dey, aneh tuh kalau dia bilang 'eh jangan shalat, shalat bid'ah' lo baru bisa bilang takut kebawa sama dia."
"yaudah lo kan minta alasan gue, ya itu alasan gue ninggalin dia" sepanjang pembicaran ini, yang bisa gue pikirin dalem kepala cuman 'Bangsat'
"Oh gitu, yaudah gapapa tapi gue pastiin lo bakalan nyesel sampe gak bisa nafas kalo emang alasan lo udahan karna itu doang."
***
Hari ini aku mendapat dispensasi untuk tidak mengikuti pelajaran, untuk membantu senior atas mempersiapkan pergantian kepengurusan OSIS periode 2015/2016. Tapi hari ini menjadi lebih berkesan karena Ka Gamma, sekretaris OSIS menghampiriku dan memintaku waktu ku untuk berbicara. ketika perjalanan ke kantin yang aku fikirkan, akan menjadi budak apa lagi aku hari ini untuk persiapan panitia, bakatku dalam seni kadang membuatku menjadi budak tanpa bayaran.
"Ka, sorry tumben banget ya rapatnya di kantin biasanya di ruang OSIS?" tanyaku yang membuka pembicaraan, setelah kami berdua duduk di bangku kantin.
"Emang gua ada bilang mau rapat?" Jawabnya dengan membalikan pertanyaanku, dengan alis terangkat ke atas.
"Lah mana saya tau, saya kan gak tau."
"Ella... kenapa ya lu lebih milih si Julian, dibanding gua yang nunggu lu dari dulu?"
"Ka, apaan si!"
"Becanda si elah."
"Alhamdulilah."
"El, jadi pacar gua ya"
"Gamau."
"Sorry, gua gak minta pendapat lu. udah gua mau masuk ke ruang OSIS dulu, lu juga ayo!"
"Ka gamma, tapi jangan pacaran!" teriakku yang membuat langkah Kakak senior ku terhenti, dan membuat beberapa siswa lainnya mendengarnya.
"EH ELLA PACARAN AMA GAMMA!" teriak beberapa anak-anak cowo yang ada di kantin.
Ka Gamma berjalan mendekatiku "Kamu si berisik banget, tanggung sendiri akibatnya."
"Gamma!" teriakku
"Becanda, udah ayo jalan bareng biar aman."
Lalu kami berjalan bersama memasuki ruang OSIS, sebenarnya aku juga sudah lama mengetahui ka Gamma menyukaiku, usaha yang Gamma lakukan kadang membuat hatiku goyah juga. Bagaimana caranya menahan rasa, ketika yang ada di depanmu adalah tipikal pria yang sangat kau inginkan. Tapi saat itu, aku sudah jatuh kepada Julian dan rasanya sulit untuk melepas semua rasa terhadap Julian.
Setelah dua jam berada di ruang OSIS kami di berikan waktu istirahat, aku memutuskan untuk menemui Julian, seperti biasa berada di ruangan basket memperhatikan kakak senior bermain sambil membaca komiknya.
"Juli!" sapaku dengan senyuman lebar.
"Ngapain kamu?" tanyanya yang langsung melepaskan earphonenya.
"Aku pengen nonton film masa."
"Ya tonton lah sana, ribet banget."
"Kan dari kamu, mana animenya?"
"Ka, apa kita gak usah deket lagi ya?" Jleb! jawaban yang tidak selaras membuatku seperti di lempar ke arah bebatuan, lalu mati dan hidup lagi.
"lho kenapa?"
"kasian kamu, kalau deket sama orang yang aneh kaya aku. Kamu cocoknya sama ka Gamma, kalian jadi teman ajah biar kamu gak kesepian dan deketin aku lagi."
"kalo aku gak sayang sama ka gamma, gimana?" tanyaku dengan muka menantang.
"berarti kamu harus sayang sama aku." jawabnya sambil tersenyum manis kepadaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR JULIAN [TAMAT] ✔️
Teen Fiction"Ella kamu cantik pas kamu pakai Hijab" Juli menatapku lalu tersenyum. Aku merasa seperti Wanita yang paling istimewa karena mendapatkan Juli di sampingku.