Chapter 14

24 3 2
                                    

      Aku dandan pukul 4 sore, karena OSIS di minta berkumpul pada pukul 6 sore. Mungkin kalian berfikir buat apa beres-beres jam segitu, kelamaan. Tapi aku beda, aku tipe orang yang panikan, aku gak bisa ngelakuin sesuatu buru-buru atau dalam kondisi tertekan.  Dan Julian berencana datang ke rumahku lebih awal, jadi aku sudah harus selesai ketika dia sampai.

    Aku sudah berpakaian rapi, aku hanya perlu mencari sepatu di kamar Bunda. Tapi ketika ku tunjukan bajuku kepada Julian, aku menjadi 1 jam lebih lama hanya untuk memilih baju yang cocok untukku pakai.

 Tapi ketika ku tunjukan bajuku kepada Julian, aku menjadi 1 jam lebih lama hanya untuk memilih baju yang cocok untukku pakai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"God damn, kamu kenapa make baju itu?!" Ucapnya langsung berdiri dari bangku.

"Hah, kenapa sama yang ini?" 

"Plis el, ganti." 

"What the fuck, Jul?!" 

"Just, plis." Lalu aku membalikkan badanku menaiki anak tangga kembali ke kamarku, aku membanting tas tanganku ke kasur, sambil menahan emosi. 

   Aku turun dengan dress berwarna hitam, dengan raut wajah kesal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

   Aku turun dengan dress berwarna hitam, dengan raut wajah kesal. Bayangkan aku menghabiskan banyak uang untuk membeli baju pertama, dan aku tidak bisa memakainya di hari berharga ini, dan harus memakai dress hitam yang sudah lama berada di dalam lemariku. Aku melihat Bunda sedang duduk di bawah menemani Julian.

"Nah tuh cantik." Puji Bunda ketika melihat raut wajahku yang bertambah bete. 

"Udah gembel lagi sekarang." Jawabku ketus.

"El, kamu kok makin terbuka ajah pakai bajunya. Maksud aku ganti yang lebih tertutup."

"Ah! apalagi si Julian, udah ah kalo kaya gini aku gak mau ikut ajah." Lalu aku membanting tasku untuk yang kedua kalinya, lalu lari kembali menaiki anak tangga. Sebenarnya aku tidak benar-benar marah kepada Julian, namun mengganti baju berkali-kali seperti ini adalah hal yang paling ku benci. Aku terbiasa menyiapkan pakaian terlebih dahulu, seperti hidupku sudah tertata rapih, jadi ketika ada seseorang yang membuatnya menjadi tidak berjalan seperti seharusnya, itu membuatku kesal dan ya sedikit marah. 

  Bunda menghampiriku ke kamar, jam menunjukkan pukul 5 sore. Aku hanya memainkan handphoenku dengan perasaan kesal. "Ella, kamu kok malah diem aja?" 

DEAR JULIAN [TAMAT] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang