Chapter 7

39 12 4
                                    

  Pagi ini aku memulai hari dengan membuka line ku, dan membaca sebagian pesan yang masuk. Tadi malam aku tidur lebih cepat, karena Gamma mengajakku jalan-jalan terlalu lama, yang berakhir membuat badanku sakit semua. 

  Ketika sampai di sekolah, aku berpapasan dengan perempuan yang seangkatan dengan Julian tapi bukan teman sekelasnya. Ketika menghampiriku, wajahnya penuh dengan pengharapan. Saat itu aku masih berfikir apa yang mau dia sampaikan, namun aku menunggu dalam diam.

 "Ka ella, aku Dika anggota OSIS. Aku pengen ngundurin diri dari kepanitiaan malam pelepasan." Ucapnya ketika bertemu denganku. Saat itu aku tidak banyak berbicara, karna yang pertama aku di panggil bu Candra penjaga perpustakaan yang super bawel, dan jika telat sedikit bisa-bisa hilang telingaku. Yang kedua, aku tidak menganggap hal itu sebagai hal darurat jadi sama sekali tidak tertarik. 

 "Oke." jawabku saat itu. "Siapa ketua divisi mu?" 

 "Nona, ka." jawabnya

 Lalu aku meninggalkannya sendiri, yang mungkin masih memikirkan apakah aku benar menerima keluarnya dia, atau malah yang lainnya. 

***

  Ketika jam istirahat pertama, aku memanggil Nona untuk datang ke ruangan OSIS. Pagi tadi setelah aku menemui Bu Candra, aku langsung pergi ke kelas Otha untuk meminta kunci ruang OSIS, dan menjelaskan kepentingan yang harus ku kerjakan. Otha memberikan kuncinya dengan senyum sama bersemangatnya sepertiku.

 Aku menunggu Nona dengan mengisi daftar kunjungan Ruang OSIS, guna untuk mengecheck siapa yang terakhir kali berada disana, sehingga jika terjadi hal yang tidak diinginkan tidak akan tunjuk menunjuk orang lain. 

 Nona datang dengan wajah panik, terlihat dari kedatangannya yang menimbulkan banyak suara, dan nafasnya yang tidak beraturan mungkin dia berlari untuk sampai ke sini. "Ka, ada yang bisa saya bantu?" tanyanya.

 "Maaf ya, saya harus potong jam istirahat kamu. Kamu ini ketua divisi kewarganegaraan, kamu yang negakin peraturan di OSIS, harusnya divisi kamu anggotannya semua berwibawa, tau diri."

"Kamu tau alasan saya ngomong gini kenapa?" 

"Maaf ka, saya belum tau."

"Tadi pagi ada anak OSIS namanya Dika, dia berhentiin saya di koridor sekolah dia bilang mau ngudurin diri dari jabatan kepanitiaannya. Pagi tadi, dia sudah melakukan dua kesalahan sekaligus." tuturku. "Yang pertama, sudah saya katakan di rapat awal kamu bertanggung jawab penuh atas anggota kamu, jangan ada masalah sedikit lapor ke atas. Lemah banget mentalnya! yang kedua, ketika saya tanya siapa ketua divisinya, dia langsung sebut nama kamu tanpa ada rasa bersalah sama sekali." Satu lagi tradisi di sekolah kami, ketika ada anggota OSIS melapor sesuatu kepada senior, atau anggota inti. Dan respon mereka malah menanyakan balik ketua divisinya, maka pengadu tidak boleh melanjutkan pembicarannya. Karena itu semacam penolakan dari atas, secara terselubung yang apabila diberitahu, akan berakhir seperti Nona.

"Saya minta maaf atas kejadian tadi pagi ka, saya akan kembali menegur anggota saya supaya hal semacam ini tidak terjadi lagi ke depannya ka" 

"Iya, saya juga gak mau ambil pusing. Cuman saat ini, saya merasa harus memberikan sedikit sentilan panas." Jawabku. Setelah itu tepat ketika bel masuk berbunyi, Nona keluar dari ruanganku. Entahlah, mungkin dia juga tidak berniat makan dan bisa jadi dia pergi menemui Dika. 

 Ketika bel berbunyi, aku tidak langsung masuk ke dalam kelas. Melihat ke ruang perpustakaan, apakah Julian sudah kembali ke kelas, atau masih membaca bukunya disana. Dan ternyata dia masih ada disana, duduk dengan tenang. 

"Hi." sapaku sambil duduk di depannya.

"Iya." jawabnya, yang langsung menutup buku yang sedang dibacanya. 

"Lanjutin ajah bacanya si, gue cuman mau duduk disini ajah." 

"Kalo kakak dateng, mana bisa aku mandangin buku doang."

"kenapa emang?" tanyaku dengan muka takut menganggunya.

"Soalnya ada kakak yang lebih menarik." Brrr, rasanya jantungku ingin keluar dan memberitahu dunia betapa bahagianya.

"Alah basi banget, eh Juli lu tau gak kalo bel sekolah udah bunyi?" 

"Hah?!" ucapnya yang langsung berdiri dari kursi. "Serius ka, udah berapa menit sejak kakak dateng?" 

"20 menit lebih kayanya."

"Ka, pergi dulu ya. Kelasnya Pa trio nanti aku disuruh lari di lapangan lagi." Lalu dia membawa bukunya keluar dari perpustakaan dengan sangat tergesa-gesa, melihatnya seperti itu mengingatkan aku ketika masih menjadi anak baru, Gamma selalu datang ke perpustakaan untuk mengagetkanku kalau aku sudah terlambat masuk kelas, padahal tidak. 

***

 Ketika jam pulang sekolah sudah berbunyi, aku memutuskan untuk pergi ke ruang OSIS untuk mengambil dokumen periode sebelumnya. Dan aku berpapasan dengan Julian, melihat wajahnya seperti mengisi energi kedalam diriku. 

"Ka, aku mau dong di temenin ngerjain proposal bareng." 

"lo ngajak gua?" 

"Ngajak, tapi kalo kakak mau kalo enggak ya ku paksa lagi besok." jawabnya, yang spontan membuatku tersenyum manis.

"Kebetulan gue mau ngerjain LPJ, mau ngerjain bareng?" tanyaku, yang langsung di jawab dengan anggukan kepala.

 Kami berjalan ke ruang OSIS bersama, dan mengerjakan pekerjaan kami masing-masing bersama di ruangan itu. Sambil mendengarkan lagu dengan Volume keras, tidak ada yang terganggu karena kegiatan belajar mengajar sudah usai, tinggal tersisa anak-anak yang hari itu ekskul.

"Ka, lagu jepang ajah. Aku pusing denger lagu kaka." pintanya ketika lagu Wolves- Selena Gomez, sedang memutar.

"Ya Allah, apa kabar gue kalo dengerin lagu lu."

"kaka harus terbiasa, ini enak. Aku gak bisa ngerjain kalo gak denger lagu beginian."

"Gue juga gak bisa kerja kalo gak denger lagu barat, lemes jadinya." timpalku.

"Kebiasaan kita selalu hampir sama semua,cuman kakak si ngacauin mulu."

"Yeu bocah, untung sayang. Kalo enggak gue usir lu." Lalu kami tertawa bersama, dan melanjutkan mendengarkan lagu yang kami suka secara bergantian.

 Ketika satu jam mengerjakan tugas OSIS, kami keluar dari ruangan dan memutuskan untuk pulang kerumah, karena Julian sudah mulai marah-marah sendiri menyalahkan laptopnya yang lemot. Kami berjalan keluar dari ruangan bersamaan. 

"Ka, kamu pacaran sama ka Gamma?" tanyanya ketika kami sedang berjalan bersama.

"Enggak lah, kata siapa kamu?" tanyaku yang balik menanyainya.

"Omongan orang ajah, simpang siur. Mangkanya sekarang aku tanya."

"Oh." 

"Kenapa gak pacaran ka?" 

"Gamma gak nembak, dan gue juga lagi nunggu orang lain. Dah ah, pisah sampe sini ajah gue mau ketemu sama Noval dulu." 

"Yaudah jangan pacaran ka, nanti ada yang sedih." jawabnya yang membuat bibirku spontan tersenyum.

"Siapa yang sedih?" tanyaku menggoda.

"Eh enggak tau, emang gak ada yang sedih?"

"Kirain kamu." Godaku lagi

"Aku kira juga tadinya aku, tapi enggak kayanya." 

"Yaudah kalo kamu yang sedih, aku gak pacaran." perkataanku membuat Julian tertawa, dan aku ikut tertawa sambil jatuh cinta. Gila memang! 

 ---

DEAR JULIAN [TAMAT] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang