Dua hari berlalu setelah pelantikan OSIS periode 2016/2017. Rasanya letih sekali, tapi asik juga bisa melihat Julian lebih lama, bersama di dalam satu ruangan sampai tengah malam. Tapi yang bikin sedih, ketika bouquet bunga yang di kirimkan ka Gamma diketahui oleh hampir semua anak laki-laki di pelita.
Saat ini aku sudah resmi menjadi Sekretaris I OSIS periode 2016/2017 di Pelita Harapan. Dan Julian resmi berada di Divisi Olahraga, ternyata kami benar-benar berada dalam satu organisasi, senangnya mendengar hal tersebut.
"Selamat ya El, lu berhasil lolos!" Ucap ka Gamma.
"Thanks ya ka."
"kalo lu butuh apa-apa tanya gue ajah, InsyaAllah gua bisa bantu. Tapi ya jangan nyusahin juga mau UN saya."
"Siap!" jawabku yang memberikan senyum kearah ka Gamma. Ketika sedang berbicara ringan dengannya, Julian datang dari arah kantin terlihat dari jauh sorot matanya menatap ke arahku.
Ketika Julian hendak melewati kami berdua, Ka Gamma menahan dadanya dengan tangannya. "Weits Bro, diem diem ajah udah masuk OSIS." ucap Gamma. Namun tak ada respon dari Julian, dia hanya menatapku.
"Kenapa ngeliat dia begitu?" tanya Gamma kepada Julian. "Lu masih Junior, jangan kurang ngajar!"
"Ka maaf, dari tadi saya gak ngelakuin apa-apa. saya permisi dulu."
"Wah anjing!" lalu Ka Gamma membalikan badannya, berniat mengejar Julian. Tapi aku menarik seragam Ka Gamma.
"Udah ka, dia masih Junior belum tau caranya berinteraksi sama senior. Kakak bukannya ada pendalaman Kimia?"
"Lain kali abis dia." jawabnya lalu raut wajahnya kembali berubah ketika menatapku. "Tau ajah si kamu, yaudah belajar dulu ya."
"Iya."
Setelah kejadian itu Julian jarang sekali berbicara denganku, bahkan sekedar bertukar pesan di Line saja sekarang sudah tidak pernah. Dan tiba-tiba terdengar kabar lagi, kalau Julian kembali mendekati Dea, mungkin memang hati Julian masih di penuhi oleh Dea jadi di bekas luka langsung hilang ketika Dea kembali lagi. Rasanya sakit tapi mau bagaimana, Julian memang masih mengharapkan Dea kembali.
Kali ini Julian banyak senyum, dan kembali memberikan barang-barang kecil untuk Dea. Julian menjadi lebih terbuka, dan ceria. Melihat Julian seperti ini, dan di sisi lain Ka Gamma tidak ada rasa menyerah untuk mendekatiku, membuatku banyak goyah. Tapi aku takut rasa ke Ka Gamma hanya sebuah pelampiasaan, jadi aku sampai detik ini tidak mengambil keputusan apapun.
***
Gamma : El, besok makan bareng yu.
Ella : Ka, bukannya kamu mau tryout?
Gamma : Tau ajah calon pacar.
Ella : Yeuh, orang di mading tulisannya gede banget.
Gamma : Iya TO dinas pertama, mangkanya semangatin gue.
Ella : Ganbate Gamma san!
Gamma : bukan gitu cara nyemangatinya, temenin gua makan.
Ella : Iya boleh, senior ngejemput junior di luar sekolah gak dapet sanksi kan?
Gamma : Lu mau ngelanggar peraturan apa juga, kalo ada gua gabakalan masalah.
Ella : Yaudah atur ajah.
setelah pulang sekolah, aku dan Gamma pergi jalan naik motornya. sebenarnya tempat makan yang kita tuju di belakang SMA Pelita, tapi kami memutuskan untuk menikmati waktu bersama di motor dengan berkeliling sebentar.
Ketika sampai di tempat makan, aku dan Gamma masuk kedalam sambil tertawa terbahak-bahak, karena Gamma sedari tadi tidak berhenti membuatku tertawa dengan membicarakan sifat teman-teman kelasnya. Ketika ku angkat rambut yang menutupi mataku, yang pertama terlihat di mata adalah Julian, dan Dea sedang berada di sana.
"Weh Elo, makan bro?" sapa Gama kepada Julian.
"Iya, makan ka." tawarnya berbarengan dengan Dea.
"Iya silakan, kita pisah meja ya gak enak ganggu kalian." ledek Gamma, yang langsung menarik tanganku. Ketika kami memilih meja yang agak jauh dari tempat Julian, aku terdiam seperti ada yang menusuk kedalam diriku, tapi aku juga tidak mau membuat Gamma merasa tidak nyaman.
"El, gua tau lu sedih kan." ucapan itu keluar selagi Gamma memotong steak yang kami pesan.
"Orang lagi diem dibilang sedih." jawabku yang tidak mau merusak mood kami.
"Bagus deh kalo gak sedih, lu gak boleh sedih kalo lagi sama gua apalagi kalo sedihnya karna si Julian, bisa gua abisin dia."
"Ih takut ka." jawabku pura-pura sambil memerkan wajah sok polos. lalu Gamma langsung mengelus kepalaku dengan tangannya.
"Jangan liat kebelakang terus El, kalau dia bisa senyum sebahagia itu sama orang lain. Its time to move on. temuin orang yang bikin lu bahagia juga."
Yang ku lakukan saat itu hanyalah menatap Gamma dalam-dalam, sambil memikirkan apa ini saat yang tepat untuk pergi dan benar-benar menghapus Julian dari hati? Entahlah, tapi aku harus berterimakasih kepada Allah, karna tidak mengambil Gamma saat aku berada di bawah.
***
- FOR MY JULIAN -
'Hidup bagaikan lautan, luas sekali. Terimakasih sudah memandangku hanya sebatas permukaan. semoga saja suatu hari kau menyadari, bahwa laut ternyata bisa membuatmu tenggelam; bisa membuatmu hanyut oleh arus yang tidak terlihat di permukaan.
Kamu harus tau bahwa segala sesuatu tidak seharusnya dilihat hanya dari hamparan luas saja. Butuh kedalaman untuk memahami maknanya.
Seperti kamu menilaiku.
Seperti kamu memperlakukanku.'
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR JULIAN [TAMAT] ✔️
Teen Fiction"Ella kamu cantik pas kamu pakai Hijab" Juli menatapku lalu tersenyum. Aku merasa seperti Wanita yang paling istimewa karena mendapatkan Juli di sampingku.