Chapter 6

50 17 3
                                    

  Hari ini adalah rapat pertama OSIS, jadi kami pulang lebih sore dari hari biasanya. Tugas pertamaku adalah membuat Program Kerja selama 1 tahun, senang rasanya bisa bergabung kedalam OSIS inti. Ketua OSIS yang baru adalah Noval Arenotha, sering di panggil dengan sebutan 'Otha' atau 'Onta'. Noval memiliki sifat leadership yang tinggi, dan berprestasi dalam semua bidang akademi dan nonakademik. 

 Sebenarnya hari ini aku senang sekali karena bisa melihat Julian lebih lama, sepertinya untuk hari-hari selanjutnya aku akan terus bahagia seperti ini kalau di adakan rapat, sampai sore di sekolah karna urusan OSIS pun sepertinya aku rela.

 ketika anggota OSIS yang lain sudah meninggalkan Ruang Serbaguna, Kami tim inti masih berkumpul disana, Tim inti OSIS terdiri atas; Ketua OSIS, Wakil Ketua, Sekretaris, dan Bendahara. Kami akan membahas lagi tentang acara malam pelepasan untuk kakak kelas XII, hal ini sudah di lakukan secara turun temurun oleh tiga generasi di SMA Pelita Harapan. Hal-hal terkait persiapaannya, OSIS memiliki kuasa penuh. Jadi kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk para kakak senior.

"El, besok atau lusa lu jadwalin rapat lagi ya tolong." Pinta Otha kepadaku.

"Tim inti ikut juga?" Tanya Nina selaku Wakil ketos.

"Gausah, gua serahin tugas ini buat Ella. Sekaligus gua pengen ngeliat kinerjanya gimana." jawab Otha dengan lantang. "Oh iya, kalo bisa tanyain ke Ka Gamma juga buku sekretarisnya masih ada atau kita beli ajah." 

"Iya tha, nanti gue kabarin lagi ya." jawabku yang langsung meninggalkan ruangan.

  Ketika aku berada di depan sekolah, aku melihat mobil Gamma terparkir disana. Tapi mungkin bukan mobilnya, soalnya hari ini kelas XII pulang lebih awal karena sedang menjalani Tryout Pertama. masih ada 4 tryout sekolah, dan 2 tryout dinas sebelum menghadapi UN. Aku berjalan ke gerbang sekolah menunggu di jemput oleh kakak ku.

 "Woi!" mendengar suara berat laki-laki di belakangku, reflek aku langsung melihatnya ternyata benar Gamma.

"Ka, bukannya balik cepet ya?" tanyaku yang berjalan mendekatinya.

"iya jam 10 tadi, terus gua les jam 1 ampe jam 4 abis itu inget lu masih di sekolah, jadi gua tungguin." 

"emang mau ngapain ditungguin?" tanyaku

"Mau ajak makan, mau?" 

"Tapi abis magrib aku ada les ka, kalo aku jalan nanti gak bisa rapih-rapih dulu."

"Masih jam 5 ini, udah nanti gua anterin balik juga." 

   ketika di mobil yang kami bahas masih seputar tentang dunia keorganisasian. ternyata dulu Gamma juga sebahagia ini pas kepilih masuk jadi OSIS, dan berada di tim inti. 

"Gua waktu kelas 10 nyalonin OSIS, terus ditolak." jawabnya yang sangat bersemangat menceritakannya. "Tapi emang sialan sih angkatan 2 tahun di atas gua dulu. Itu senioritas terasa banget, tapi kayanya bagian paling berat cuman di kalangan cewe sih."

"kenapa emang ka?" 

"Dulu kalo kata Monic, dia pernah ke kamar mandi terus ketauan ngomongin kakak kelas yang setahun di atas kita waktu itu. Nah di denger sama kakak kelas XII, itu sorenya Monic di sidang di ruang OSIS."

"terus pernah juga ada anak cewe yang ngadu ke OSIS bagian kedisplinan, yang bilang minta di tindak senior ngejelekin juniornya, bener si emang di tindak. cuman kalo senior itu maha benar, mereka gibah pun di bilangnya supaya bisa memperbaiki sifat orng tersebut, dan itu bukan gibah melainkan diskusi untuk mendapatkan solusi supaya cara untuk memperbaiki."

"dih keren, nanti aku kalo jadi senior pengen ka" 

"Emang harus, apalagi lu masuk daftar orang yang paling disegani. Karna hukum semua di pegang sama kalian, tapi lu juga harus hati-hati karena keputusan bakalan jadi resmi kalau salah satu dari kalian ada yang angkat bicara, kalau lu bego ya bisa jadi senjata makan tuan." 

 Tak terasa mobil Gamma sudah berhenti di depan rumahku, dan pembicaraan kami berhenti juga sampai disana. Aku melihat muka Gamma, ya selalu seperti ini setiap kali bersamaku. 'Ka gamma, kau terus membuatku menjadi orang jahat, dengan tidak memberikan tempat untukmu di dalam sini!"  Hanya itu yang dapat ku katakan pada diriku sendiri.

"Turun oy." ucapnya ketika melihatku hanya diam menatapnya.

"Makasih ya ka, udah mau ajak aku jalan padahal kakak besok tryout." 

"Harusnya gua yang bilang makasih, lu udah mau jalan sama gua padahal lu baru ajah keluar rapat."

"Gak masalah ka, aku suka."

"Akhirnya!" teriaknya ketika di dalam mobil.

"Suka jalan-jalan, bukan suka kakak" jawabku sambil mendorong tangannya.

"At least, ada hal yang akhirnya lu suka dari gua el." jawab gamma sambil tersenyum lagi kearahku.

"Yaudah, semangat tryout besok ya Ka."

"Iya kamu juga semangat ya." balasnya lagi

"Aku semangat apa?" 

"Semangat buat jadi calon pacarku." lalu aku turun dari mobilnya sambil memberikan senyum bahagia. 

***

  Hari ini sesuai rapat dua hari yang lalu, aku diminta mengumpulkan seluruh anggota OSIS menghadiri rapat dadakan. Tapi menurut pertimbanganku, mengumpulkan seluruh anggota bukan hal efisien ketika aku menyampaikan hanya sendiri. Jadi aku memutuskan untuk memanggil koordinator tiap divisi saja. 

"Sore semua, sorry gua ngambil waktu kalian semua. Tapi karena kalian semua sudah di ambil sumpah bersedia menghadiri setiap rapat, dan bertanggung jawab jadi saya fikir tidak akan ada yang keberatan dengan rapat dadakan ini, benar?" 

"Benar, ka!" sahut seluruh ketua divisi kepadaku. Saat itu Julian juga berada disana, sebagai ketua Divisi Olahraga.

"Hari ini saya akan menyampaikan tentang agenda terdekat kita, yaitu malam pelepasan untuk para senior. Saya disini untuk mendiskusikan struktur kepanitiaan untuk acara tersebut, kenapa hanya ketua divisi saja yang di kumpulkan, menurut saya kalian bisa memutuskan untuk menempatkan mereka memegang tanggung jawab di acara tersebut."

"Ka, kalau sudah diputuskan orangnya tapi orang bersangkutan keberatan, bagaimana ka?" tanya anak perempuan yang duduk di meja yang bertuliskan 'Divisi Keagamaan'

"Itu bukan tanggungan saya, orang tersebut punya ketua divisi jadi minta pendapatnya."  

  Lalu aku menulis beberapa jabatan yang dibutuhkan, mulai dari tim inti sampai panitia untuk dokumentasi. Semua berjalan dengan lancar, dan mereka memutuskan yang menjadi ketua panitianya adalah Brenda siswa yang juga seangkatan denganku dari divisi kesenian. Sekretarisnya adalah Julian, melihatnya mengangkat tangan saat ditanya siapa yang bersedia menjadi sekretaris, membuat hatiku berdebar.

 "Terimakasih semuanya, saya rasa cukup untuk hari ini. Dan kalian semua sudah bisa mulai bekerja mulai besok, dan saya akan menggelar rapat lagi 7 hari setelah kalian mulai bekerja. Jangan sampai melakukan kesalahan, karna ini langkah pertama untuk mendapat pengakuan." ucapku yang memberikan peringatan, entahlah aku menjadi sangat tua ketika sudah berada dalam Organisasi.

"Baik ka."

  Lalu kami semua meninggalkan ruang rapat. Dan tidak lama ketika keluar dari ruangan, handphoneku berbunyi ku lihat pesan line dari Julian.

JULIAN : Kamu keren banget ka, bisa ya sekarismatik itu.

Aku menatap tulisan di layar dengan hati yang berdegup sangat kencang.

Ella : Kamu tadi banyak diamnya, kenapa?

tidak ada 1 menit sudah di baca.

Julian : Degdegan, kenapa tadi aku angkat tangan pas ditanya posisi sekretaris.

Ella : mampus, ayan ternyata tangannya wkwkkw.

Julian : iya, bantuin ya ka.

Ella : Ogah lah gila.

  Lalu ketika aku mematikan ponselku, berniat untuk pulang dan ternyata seperti hari kemarin Gamma sudah berada di parkiran menungguku. Senangnya melihat dia disana, tapi aku belum mencintainya.

DEAR JULIAN [TAMAT] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang