Chapter 13

35 2 0
                                    

     Tersisa lima hari lagi sebelum malam kelulusan kelas XII, tim inti terus memantau persiapan acaranya untuk memastikan tidak ada yang terlewatkan. Aku melihat Brenda yang semakin hari terlihat lebih pucat, mungkin karna dia bekerja terlalu keras atau sesuatu yang lain aku tidak tau, tapi aku berniat menyapanya dan mungkin bisa membantu mengatasi masalahnya.

"Brenda, boleh bicara sebentar?" tanyaku yang memegang tangannya. "Astaga Brenda, tangan kamu kenapa dingin gini?" Sambungku.

"Gak apa-apa ka, keringetan doang ko." Jawabnya menutupi, tapi bibirnya yang pucat, keringat yang terus menetes dari kepalanya, dan badannya yang lemas memberitahu bahwa dia tidak sehat.

Aku melihat Julian berjalan sambil memegang papan berjalan di tangannya, lalu aku memintanya untuk menghampiriku dan Brenda.  "Julian, tugas Brenda sekarang apa?" 

"Gak banyak si ka, cuman harus di tangani hari ini sebelum jam 2 siang ka." Jawab Julian yang menggunakan bahasa formal kepadaku.

"Brenda butuh istirahat, kamu bisa handle itu?" Tanyaku, yang di jawab dengan senyum manis darinya.

"Gak usah Ka, Brenda masih bisa urus itu." Sanggah Brenda yang berusaha untuk berjalan lagi.

"Heh, kalau kamu drop pas malam kelulusan terus kamu pikir ada yang mau gantiin kamu sambutan, kamu mau minta saya untuk ngasih sambutan?" Jawabku yang membuat Brenda, dan Julian terdiam. 

"Brenda lu istirahat ajah, percayain sama gue ya." Tambah Julian, yang langsung meminta izin untuk pergi melanjutkan tugasnya lagi. Aku mengantar Brenda ke ruangan UKS, sambil berbicara hari-hari berat Brenda.

   Kebetulan hari ini juga bertepatan dengan razia sekolah, yang di laksanakan tiap bulan namun dilakukan dengan mendadak, sebenarnya untuk kami (OSIS) tidak ada kata mendadak karna semua sudah mempunyai jadwal pelaksannya hanya saja tidak ada yang mengetahui kecuali dewan guru, dan tim inti OSIS.

"Oke, karna kelas 12 udah gak ada kita gak perlu ambil anggota dari divisi lain." Ucap Otha. 

"Tha, jangan di kocok ya. pilih ajah kita mau razia di kelas mana." Pinta Deske. "Gue pengen ngeliat isi tas Martin, Tha." Sambungnya, Martin adalah murid kelas X-b yang menjadi gebetan Deske sejak awal. 

"Eh tapi boleh juga si, Tha." Tambah Nina.

"Yaudah iya, tapi inget fokus kalian lagi kerja jangan sampai lalai." 

"Siap kapten!" Ucap kami bertiga. 

"Yaudah sekarang sini tas kalian." Perintah Otha, sebelum razia kepada siswa lain kami melakukan razia kepada tim kami sendiri dahulu. Otha memeriksa tas di atas meja, dan mengecheck gadget kami semua memastikan tidak ada pelanggaran yang terjadi. 

  Lalu kami pergi memawa keranjang kecil untuk menaruh handphone milik anak-anak, aku mendapatkan kelas Julian, bukan beruntung atau bagaimana tapi karna ini sesuai permintaan kami 'Memilih kelas' dan pilihanku adalah kelas Julian. 

"Pagi teman-teman, seperti yang kalian tau kalau saya sudah datang dan membawa keranjang biru apa artinya?" Tanyaku sebagai salam pembuka juga.

"Rajiaa kaaa." Teriak satu ruangan, dan aku masih sempat menatap Julian dan saling melemparkan senyuman. 

"Keren, seperti biasa kalian tidak boleh berpindah tempat duduk, berdiri atau melakukan hal yang menimbulkan kecurigaan, sampai saya selesai mengambil handphone dan memeriksa tas kalian." Perintahku yang langsung memulainya. 

  Julian adalah siswa ke-15 yang sedang mendapatkan giliran untuk di periksa olehku. "Gapercaya aku, yang galak ini ternyata pacarku." Ucapnya dengan suara di buat sangat kecil, agar tidak di dengar yang lain. Aku hanya membalasnya dengan senyuman penuh kebahagiaan. Lalu aku melanjutkan ke teman Julian yang duduk di belakangnya, dan menemukan ada 12 flashdisk di tasnya.

DEAR JULIAN [TAMAT] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang