Drrt... Drrt...
Ponsel Luna bergetar diatas buku kuliahnya, tanda ada pesan singkat yang baru saja masuk ke dalam ponselnya itu. Luna segera mengambil ponselnya kemudian ia taruh di pahanya, sambil membuka pesan singkat itu.
Lun, gue on the way kampus lo. Jangan pulang dulu!
Tadi, sekitar jam tiga sore Tristan menelpon Luna untuk mengabarkan bahwa Tristan yang akan menjemputnya. Luna menolak, dan itu pasti. Sudah beberapa kali Luna pulang larut malam, dan tidak ada teman pulang, namun dia memilih pulang naik bus atau angkot, bukan menghubungin Tristan dan meminta tolong untuk dijemput. Padahal, sebelumnya Tristan sudah berkali-kali bilang, kalo butuh bantuan tinggal telpon Tristan aja.
Ya
Hanya satu kata untuk membalas pesan singkat dari Tristan.
Lima menit setelahnya, kelas selesai. Dosen pun keluar ruangan, diikuti dengan seluruh mahasiswa/i yang sudah penat dengan mata kuliah terakhir. Kecuali Lea.
Eleanora Josephine, sahabat Luna dari semenjak SMP, yang ikut merantau bersama Luna ke Jakarta. Mereka tinggal di kost-an yang sama, hal itu-lah yang membuat Luna tidak tinggal di rumah Tristan. Padahal, lagi-lagi keluarga Tristan sudah menawrkan Luna untuk tinggal di rumah mereka.
"Lun, lo jadi di jemput sama ka tristan ka tristan itu?" tanya Lea yang sudah siap keluar ruangan.
"Jadi," jawab Luna sambil merapikan buku-bukunya.
Trust me. On my I-N-D-E-P-E-N-D-E-N-T cause ha....
"Nih, orangnya udah nelpon," kata Luna sambil menunjukkan layar ponselnya, dan terpampanglah nama 'Ka Tristan' disitu.
Luna langsung menggeser warna hijau di layar handphone-nya.
"Halo."
"Gue udah diparkiran," ucap Tristan, tanpa basa-basi dan tanpa membalas 'halo' dari Luna.
"Oke, sabar, masih di kelas."
"Buruan!" nada perintah terdengar dari ucapan Tristan.
"Iya bawel, sabar kek!"
"Lama lo, buruan, gue cape."
"Ya kalo cape ngapain jemput," kata Luna sewot.
"Kan tadi gue udah bilang, disuruh sama Mama. Kalo gak disuruh, gue juga ogah banget! Buruan woy, dasar cewe, lama!" kata Tristan geram. KLIK. Dan langsung dimatikan sambungan telpon itu.
Luna memasukan handphone-nya ke tas selempangnya.
"Le, ka tristan udah di bawah," kata Luna saat melihat Lea masih setia berdiri disebelahnya. "Lo baliknya gimana?" tanyanya lagi.
Luna spontan menanyakan itu, karena biasanya Luna dan Lea selalu pulang bersama. Kemudian, bukan jawaban yang didapat oleh Luna, melainkan kekehan sok malu-malu dari Lea. Luna sudah mengerti arti kekehan itu.
"Yaudah, ayuk!"
Mereka berdua keluar dari ruangan tersebut, dan turun lewat tangga. Mereka sengaja ngga lewat lift, soalnya tadi antrian lift panjang banget. Maklum, disini cuma ada empat lift buat mahasiswa/i, dan dua lagi dalam tahap perbaikan.
Sesampainya di parkiran, Luna udah ngeliat mobil audi hitam mengkilat dan Tristan yang lagi bersender di mobil itu dengan gaya yang 'sok-iye' banget. Luna memutar bola mata jengah. Sedangkan, cewek-cewek yang daritadi di sekitar parkiran udah ngeliatin Tristan dengan tatapan memuja. Lagi-lagi, Luna memutar bola mata jengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter-Sweet Wedding ✅
Romance"Kalian menikah saja?" kata mamanya Tristan tiba-tiba setelah sudah selesai makan. "HAH?!" Luna mendongak. "APA?!" Tristan kaget. Mereka teriak bersamaan. "Ya, menikah. Memang apa masalahnya?" tanya Karin -mamanya Tristan-. "Tapi ma--" "Ngga ada...