Author POVMood Tristan benar-benar hancur waktu Mamanya bilang dua minggu lagi dia akan menikah sama Luna. Si adik kecil yang sebenernya dia sayang banget, tapi sayangnya hanya sebagai adik. Inget ya, cuma adik. Bahkan karena mood-nya hancur, dia sampai tega ngusir Luna padahal tadi udah banyak petir. Walaupun tadi waktu sampai di kamar, Tristan langsung ke balkon dan melihat tubuh Luna yang makin jauh, jauh, dan lama kelamaan hilang ditikungan.
Tristan ngerasa berasalah? So, pasti. Iya, banget. Tapi gimana? Itulah dia. Kalo mood-nya hancur, dia emang ngga suka ada orang disekitarnya. Dia ingin menyendiri. Sebenernya dia mau balik ke apartemennya, tapi karena sudah larut malam dan dia cape, jadi dia lebih memilih untuk tidur di rumah orangtuanya.
Tristan langsung mandi setelah sadar kalo Luna udah ngga keliatan lagi. Sekitar tiga puluh menit, dia berendam untuk menenangkan pikirannya, baru dia memilih untuk menyudahi acara berendamnya dan keluar dari kamar mandi.
Tristan kaget waktu dia keluar kamar mandi, sudah ada Rega di kamarnya, sedang duduk manis di ranjang Tristan.
"Udah selesai mandinya, Tan?" tanya Rega.
"Udah, kak," jawab Tristan agak kikuk.
"Sini deh," Rega menepuk bagian sebelahnya yang kosong, "gue pengen ngomong sama lo," Rega menarik napas sekali. "Antara laki-laki dewasa."
Tristan menarik napas sejenak, dan menghembuskannya secara perlahan. Sarat akan kepenatan. "Kalo kakak mau ngomongin masalah tadi, besok aja deh ka, gue cape banget,"
Rega memegang bahu Tristan. "Bentar lagi gue pulang. Gue cuma mau bilang, mama ngelakuin ini demi kebaikan lo, mama mau lo ada yang ngurus," Rega menarik napas sejenak, dan melihat Tristan ingin berbicara, tapi baru Tristan membuka mulut, Rega udah ngomong lagi. "Ya, gue tau lo pasti bakal bilang kalo lo bisa ngurus diri lo sendiri, tapi kalo lo sakit gimana? Masa lo mau terus-terusan ngerepotin mama? Mama tuh udah tua, gak ada yang tau umur mama sampe kapan juga kan," kata Rega dan diakhiri dengan senyum. Senyum menenangkan.
"Lo apa-apaan sih kak? Lo tuh ngomong seakan-akan mama itu sakit keras, dan udah mau ninggalin kita tau ngga?!" Tristan kesal dengan kata-kata kakak sulungnya itu.
"Kan kita ngga ada yang tau apa yang besok bakal terjadi, Tan," Rega tersenyum. "Samperin mama gih, mama mau ngomong tuh sama lo. Gue balik dulu," dan Rega langsung keluar dari kamar Tristan.
***
"Hah--Hah-Hatciiiim! Hatciim!" Udah dari setengah jam yang lalu, Luna sampe ke rumah dalam keadaan basah kuyup.
Dari rumah Tristan ke depan komplek itu ngga ada ojek, atau angkutan umum secara itu komplek elit alias kompleknya orang kaya, jadi Luna jalan kaki malam-malam dan hujan-hujanan. Tadinya Luna ingin berteduh, tapi dia bingung mau berteduh di rumah siapa, dan waktu melihat ke jam tangannya juga udah hampir jam setengah 11 malam, jadi Luna tetep lanjutin jalannya. cuma modal jaket doang, tanpa payung ataupun barang lainnya. Cewek super emang!
"Tristan bangke banget ya emang, gila aja lo diusir gitu aja," dari sejak Luna selesai cerita tentang dia yang diusir sama Tristan sampe dia bisa sampai depan kost-an dengan selamat, Lea ngga berhenti menghina si Tristan.
"Hatchiiiiiiiiim!" Luna bersin lagi.
"Lun, tapi gue bingung deh, kenapa lu diusir coba?" tanya Lea penasaran, soalnya Luna belum cerita kenapa dia diusir.
"Oh, itu gara-gara nyokapnya bilang kalo gue sama Ka Tristan dua minggu lagi mau dinikahin," jawab Luna, sambil ngusep-ngusep idungnya yang udah ganti warna jadi pink.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter-Sweet Wedding ✅
Romance"Kalian menikah saja?" kata mamanya Tristan tiba-tiba setelah sudah selesai makan. "HAH?!" Luna mendongak. "APA?!" Tristan kaget. Mereka teriak bersamaan. "Ya, menikah. Memang apa masalahnya?" tanya Karin -mamanya Tristan-. "Tapi ma--" "Ngga ada...