Luna duduk di pinggir ranjang, sudah mengenakan dress selututnya yang dibelikan oleh Lea saat mereka masih tinggal bersama. Hari ini hari minggu, waktunya Tristan, Luna dan Karin untuk pergi ke Gereja.
Oh iya, setelah pulang dari rumah sakit, Tristan dan Luna tinggal di rumah Karin karena permintaan Karin, dan untuk menjaga Luna yang tengah hamil besar itu. "Kan, Tristan kerja mulu" begitu kata Karin waktu diperjalanan menuju rumahnya tempo hari.
Tristan masih di kamar mandi sambil nyanyi-nyanyi gak jelas. Luna bosan menunggu Tristan, akhirnya dia ngambil ponsel baru yang dibelikan Tristan kemarin, karena selama ini Luna menggunakan ponsel butut yang diberikan Gea. Sebenarnya tidak butut, cuma Tristan mengatakan, "ngga pantes ah istri CEO hpnya kaya gitu"
Luna hanya melihat isi gallery HP saja. Bayangkan, dalam waktu sejam isi gallery HPnya udah ada 583 dan itu semua adalah foto candidnya Luna dan foto narsisnya Tristan. Luna sampai geleng-geleng kepala melihat foto-foto itu, sejak kapan suaminya menjadi narsis seperti ini, huh?
Ceklek.
Pintu kamar mandi terbuka, dan keluarlah Tristan dengan handuk yang bertengger di pinggangnya, menutupi sampai lutut, dan handuk yang digantung di leher seperti abang-abang tukang becak versi ganteng.
Tristan tersenyum pada Luna, tapi senyumannya tak berbalas. Mukanya masih datar-datar aja. Lalu Tristan membuka lemari, dan mengambil pakaiannya. Tristan memakai baju itu dihadapan Luna, niatnya sih mau ggoda Luna, tapi Luna tetap datar saja.
Tristan mengenakan celana jins biru belel, dan kemeja garis-garis yang lengannya digulung sampai ke siku, ditangannya dia juga memegang sweater biru dongker miliknya.
"Kenapa?" tanya Tristan sambil mengusap kepala Luna yang sejajar dengan perutnya karena Tristan berdiri dan Luna masih duduk di ranjang.
Luna mendongak dan menatap Tristan, lalu Luna menatap lurus ke depan ke perut Tristan. Tristan yang ingin membelai pipi Luna mau ke depan, hingga jarak perutnya dan wajah Luna hanya sekitar 5cm.
Dengan cepat Luna mengangkat tangannya, dan memeluk pinggang Tristan dan menyenderkan kepalanya di pinggang Tristan. "Mau ketemu Lea" kata Luna tiba-tiba menangis.
Tristan meraih dagu Luna, untuk ditarik agar Luna mendongak. Dihapusnya air mata Luna, "telpon dong Leanya, ajakin ketemuan"
"Udah semalem," kata Luna, air matanya keluar lagi. "Tapi katanya Lea lagi sibuk cari rumah, kan kontrakannya mau kakak gusur"
Tristan kembali mengusap air mata Luna, "oh iya yah" ucap Tristan.
Luna kembali mengetatkan pelukannya di pinggang Tristan, dan menenggalamkan kepalanya di perut Tristan. "Lea boleh tinggal di apartemen kakak gak?" tanya Luna.
"Boleh kok," Tristan mengusap rambut halus Luna. Wangi yang dirindukan Tristan selama enem bulan terakhir ini, akhirnya bisa ia hirup lagi aromannya.
***
Hari ini Lea memasuki apartement Tristan untuk sementara. Dengan negosiasi paksaan Luna, akhirnya Tristan berjanji selama masa penggusuran kampung dan pembangunan apartemen itu, Lea akan tinggal di apartemennya, dan sebagai tanda terima kasih karena telah menjaga Luna, salah satu apartemen yang akan dibangun akan diberikan pada Lea.
Awalnya Lea menolak, karena Lea melindungi Luna tulus, tanpa mengharapkan imbalan, tapi karena Luna memohon-mohon sampe nangis, akhirnya Lea nerima dengan berat hati.
"Tan, ini baju-bajunya medusa mau diapain?" tanya Lea yang melihat isi lemari baju, berisi beberapa baju Merlyn. Tidak banyak...
Luna yang mendengar pertanyaan Lea, langsung melirik tajam ke arah Tristan, sedangkan yang dilirik pura-pura tak sadar. "Bakar aja"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter-Sweet Wedding ✅
Romance"Kalian menikah saja?" kata mamanya Tristan tiba-tiba setelah sudah selesai makan. "HAH?!" Luna mendongak. "APA?!" Tristan kaget. Mereka teriak bersamaan. "Ya, menikah. Memang apa masalahnya?" tanya Karin -mamanya Tristan-. "Tapi ma--" "Ngga ada...