haaai, mumpung aku lagi libur lebaran, jadi aku masih bisa update nih :3 dan jujurnya aja, aku gak sabar buat bikin cerita ini...
oh iya, cerita ini aku bikin selama 2 jam (bikin jalan cerita+ngetik di HP). so, kalo banyak typo ato rada aneh maaf ya... maaf juga kalo pendek :)
enjoy!
=====
Author POV
"Kaaaaaak, anterin ke rumah Mama dong" rengek Luna pada Tristan yang sedang memakai kaos oblong putih untuk daleman kemeja-nya.
"Kemeja dong Lun," kata Trista memerintah Luna.
Luna berjalan ke ranjang yang sudah ia bereskan, dan mengambil kemeja maroon dan celana hitam yang ia siapkan sebelumnya.
Luna memberikan itu pada Tristan. "Kaaak, anterin?" katanya lagi.
Tristan masih terdiam, dan menerima kemeja maroon itu, sedangkan celana hitamnya masih digantungkan di tangan Luna.
Luna berjalan maju. Ia ingin merayu Tristan dengan berbagai macam cara. Ia mengangkat tangannya untuk mengancingkan kemeja Tristan, Tristan yang sudah mengerti gerak-gerik Luna membiarkan saja Luna melakukan itu.
Luna memberikan celana panjang Tristan, dan segera dipakainya. Luna masih menatap Tristan, "Mau ngancingin celananya juga?" tanya Tristan, dengan seringaian menggoda.
"Mesum!" Luna menampakkan muka betenya, dengan bibir dikerucutkan.
Setelah itu, Tristan meminta dasinya yang sudah Luna kalungkan sebelumnya dilehernya. Setelah Luna memakaikannya, Luna mengalungkan tangannya dileher Tristan. "Anterin, please?"
Satu tangan Tristan ia lingkarkan dipinggang Luna, untuk menyanggahnya berdiri. Dan yang satunya, ia gunakan untuk mengelus pipi Luna. "Kamu gak cape kemaren udah pergi seharian?" tanyanya.
Luna menggeleng.
"Sebenernya aku maunya kamu hari ini istirahat aja," Tristan berkata jujur.
Luna mengerucutkan bibirnya lagi. "Aku baik-baik aja, kok,"
Tristan menggelengkan kepalanya, ia masih kekeuh tidak ingin Luna pergi hari ini. Ia tau, kalau Luna dan Mamanya pergi, mereka akan belanja seharian dan tidak akan ada waktu untuk Luna istirahat. Mungkin ada, tapi sebelum waktu itu datang, kemungkinan Luna bisa sakit duluan.
Luna memang kuat kalau dilihat dari luar, namun fisik Luna tidak sebaik yang terlihat. Selama 4 bulan menikahnya dengannya, sudah beberapa kali Luna mengeluh pusing. Luna juga sih yang bandel karena kalau disuruh makan dia ogah-ogahan. Bahkan, kalau Tristan makan malem, kadang Luna cuma mau makan buah. Tapi, tengah malem Luna bisa aja tiba-tiba bangun dan kalau kepergok sama Tristan, dia bakal bilang, "laper"
Tapi Luna tidak melakukan itu setiap malam, contohnya kemarin malam Luna tidak bangun tengah malam karena ia memang begitu kelelahan.
"Yakin?" tanya Tristan ragu.
Luna mengangguk dengan pasti. "Yakin!"
"Kalo sakit, urus sendiri ya?" tanya Tristan, menggoda Luna. Kalau sampai Luna merengek minta dirawat olehnya, sudah ia pastikan Luna sudah tau kalau dirinya akan sakit.
"Iya" jawab Luna pelan.
"Janji?" tanyanya.
"Janji!" Luna mengancungkan jari kelingkingnya pada Tristan.
Kekanakan sekali bukan?
Mau tak mau, terima tak terima, sudi tak sudi, rela tak rela, Tristan menautkan jari kelingking mereka. Luna tersenyum bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter-Sweet Wedding ✅
Romance"Kalian menikah saja?" kata mamanya Tristan tiba-tiba setelah sudah selesai makan. "HAH?!" Luna mendongak. "APA?!" Tristan kaget. Mereka teriak bersamaan. "Ya, menikah. Memang apa masalahnya?" tanya Karin -mamanya Tristan-. "Tapi ma--" "Ngga ada...