Concert

209K 7.2K 104
                                    

Author POV

Luna pontang-panting dengan emosi. Begitupun Lea. Mereka mencari tiket kereta ke surabaya, dan tiket penerbangan ke Jakarta secepatnya lewat ponsel canggih yang mereka punya.

Luna sudah menceritakan kepada Lea tentang 'perempuan' dan 'dokter' yang ia dengar pembicaraannya tadi. Lea kaget bukan main. Ia memikirkan kemungkinan 'siapa perempuan itu?'

Dia merasa mamanya tak punya musuh, papanya juga. Mereka orang yang baik. Lea juga merasa selama ini ia tidak pernah membuat orang lain dendam padanya. Ronald? Rarisa? Ah, kalau mereka yang membuat masalah pun, tak akan ada yang berani berbuat senekat itu.

Luna dan Lea tampak sedang mondar-mandir sambil kebingungan dengan ponsel pintar digenggamannya. Sedangkan Tristan hanya duduk manis sambil mengotak-atik santai ponselnya.

"Ladies," panggil Tristan dengan nada 'sok iye' miliknya.

Lea sudah menatapnya, tapi Luna masih saja mondar-mandir seperti setrikaan panas yang siap melicinkan baju. Mata Tristan masih mengikuti gerakan 'mondar-mandir'nya Luna. Sampai putaran ke-5, ia bosan juga. Tristan berjalan ke arah Luna yang tak sadar Tristan mengikuti dibelakangnya. Sampai saat ia membalikan badan, jidatnya menabrak punggung Tristan.

"Duh, sakit," kata Luna sambil mengusap-usap jidatnya. Tristan melingkarkan tangah kokohnya dipinggang wanitanya itu.

Tristan menyingkirkan tangan Luna yang sebelumnya mengusap-usap keningnya itu, dan bibirnya dengan cepat menggantikan posisi tangannya tadi. Cup.

Luna mendongak dan menatap mata Tristan lurus-lurus. "My Lady, can you stop to pacing and listen to me?" tanya Tristan dengan nada yang terdengar sangat gentle dikuping Luna.

Luna mengangguk, menurut. Tristan melepaskan tangannya dari pinggang Luna, dan mengambil tempatnya yang ia duduki tadi.

"Aku udah dapet 5 tiket kereta sama pesawat," katanya, dan sukses membuat mata Luna dan Lea melotot kaget. "Keretanya berangkat 2 jam dari sekarang, jam 7:45 terus kalau pesawat berangkat besok pagi jam 5 pagi" ia selesai berbicara.

"Kok bisa sih? Daritadi aku udah bukain web satu - satu tuh gak ada" protes Luna, mengerucutkan bibir.

Tristan menarik tangan Luna yang posisinya tepat di samping kanan - kiri badannya, seperti sikap 'tegap' dalam baris ber baris di paskibra jamannya SMA dulu.

Ia menggenggam tangan Luna, dan membuka tangan itu. Ia meletakkan kedua tangan itu dipipinya. Luna merasa gemas dengan tindakan suaminya itu, berbanding terbalik dengan Lea yang melihat mereka berdua dengan padangan bosan. "mesra-mesraan everywhere, everytime deh"

Tristan dan Luna terkekeh. "Kamu lupa kalau Kak Rega punya usaha travel? Itu sih gampang banget buat dia"

"Oh, iya yah, Kak Rega sama Kak Yasmine kan punya usaha travel ya" Luna menepuk jidatnya.

"Iya. Yaudah, beres-beres aja gih" kata Tristan.

Sesudah itu mereka beres-beres dan siap-siap menuju stasiun kereta. Semua sudah diurus oleh Rega dari Jakarta, mereka hanya tinggal menyerahkan bukti transfer saja ke loket pembayaran.

Beruntung, bukan?

***

Sudah sejak 3 hari yang lalu Nara -mamanya Lea- keluar dari rumah sakit. Papanya Lea, Darma, tidak pernah pulang dari rumah sakit tempat istrinya dirawat. Ia ingin menjaga wanita yang telah berbagi hampir setengah dari hidupnya, dengannya.

Lea juga bolak-balik kampus dan rumah sakit. Oh iya, kemarin Lea dan Luna skripsinya diterima dan dinyatakan lulus sidang akhir. Mereka sangat senang. Akhirnya perjuangan mereka selama 4 tahun berakhir sudah. Mereka hanya tinggal menunggu wisuda yang akan berlangsung 2 bulan lagi. Pertengahan Desember ini.

Bitter-Sweet Wedding ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang