Memejamkan mata adalah satu-satunya cara untuk menghilangkan sedikit rasa takut dengan ajal yang akan segera menjemput. Pelukan erat tak dilonggarkan sedikitpun pada tubuh sang anak.
Taehyung menangis, sambil terus memohon agar Tuhan segera mengirimkan bantuan secepat mungkin. Taehyung tidak peduli dengan nyawanya, ia lebih mementingkan nasib Taerin dan Joohyun. Jika memang kedua orang yang disayanginya itu tak selamat, Taehyung akan menyesal seumur hidupnya.
"Ucapkan selamat tinggal untuk yang terakhir kali, Kim."
Taehyung membuka mata, ia menatap Seungkyung dalam. Sudah tidak ada harapan lagi, Seungkyung benar-benar sudah dibutakan oleh dendam.
"Eomma." Taehyung menunduk ketika mendengar suara lembut sang anak.
Bisa Taehyung lihat saat ini Seungkyung sedang memejamkan mata. Pemuda itu sangat yakin, Seungkyung berubah menjadi jahat karena ingin membalas semua kematian keluarganya. Di sisi lain Seungkyung juga tak tega membunuh darah dagingnya sendiri.
"Seungkyung-ah, mohon dengarkan aku. Jangan bunuh Taerin, dia masih kecil dan perjalanan hidupnya masih panjang," mohon Taehyung.
Seungkyung tidak peduli. Ia sudah menaruh dendam pada keluarga Kim selama ini, tak mungkin hanya dengan permohonan Taehyung dan anaknya niat Seungkyung menjadi goyah.
Taehyung melepas pelukan, ia memandang Joohyun dengan tatapan memohon. "Aku titip Taerin." Ia menyerahkan tubuh Taerin yang gemetar pada Joohyun.
Wanita cantik itu tidak mengerti kenapa Taehyung menyerahkan Taerin ke dalam pelukannya begitu saja. Dengan susah payah Taehyung berpindah posisi ke depan keduanya, seolah menghalangi agar Seungkyung tidak menembak Joohyun ataupun Taerin.
"Seungkyung, kau bisa lepaskan peluru itu dengan bebas ke tubuhku. Asal jangan melukai mereka," kata Taehyung pasrah.
"Tembak perutku, untuk Seokjin Hyung. Kepalaku, untuk ibuku. Jantungku, untuk Joohyun..."
Joohyun terkejut mendengar penuturan Taehyung.
"...dan juga kau bisa memenggal kepalaku untuk Taerin. Kumohon, jangan sakiti mereka. Siksa aku sampai aku mati."
Detik selanjutnya suara tembakan terdengar, pistol yang berada di tangan Seungkyung jatuh, ia terduduk lemas dengan tubuh gemetar. Kepalanya menggeleng cepat seiring dengan derasnya air mata yang keluar.
Taehyung menunduk, darah mengalir deras dari dada kirinya. Tak lama kemudian ia terbatuk dan memuntahkan darah.
"KIM TAEHYUNG! KIM TAERIN!"
Seokjin berteriak dalam tidurnya, membuat seisi mobil kaget, terlebih Namjoon yang sedang fokus menyetir. Sang istri yang berada di samping pun membangunkan suaminya yang tampak gelisah sekali.
"Sayang? Sayang, bangun."
Seokjin membuka mata, napasnya terengah-engah seperti habis lari marathon. Seokjin menatap sekelilingnya dengan bingung.
"Kau kenapa, Sayang?" tanya Sooyoung sambil mengelap keringat yang bertengger di dahi Seokjin.
"D-Dimana Taehyung?"
"Kita sedang dalam perjalanan." Wanita itu memberikan Seokjin air minum yang langsung ditenggak habis olehnya.
"Namjoon-ah, apa masih jauh? Sungguh perasaanku tidak enak sekali. Aku bermimpi... wanita gila itu menembak tepat di bagian jantung Taehyung," katanya kalang kabut.
"Tenang, Hyung. Kita harus terus berdoa agar Taehyung dan yang lainnya selamat. Sebentar lagi kita sampai," ujarnya tenang. Kedua mata Namjoon mengarah pada spion, memastikan jika dua mobil di belakangnya tidak kehilangan jejaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Flower Crown•Kth✔
FanficBagaimana kehidupan sehari-hari Kim Taehyung dalam mengurus putri kesayangannya tanpa seorang istri? Akankah ia mendapat kebahagiaan dan juga mendapatkan istri untuk menjadi ibu dari anaknya? ^^ Bisa disebut sinopsis kaga si? ?? kaga pinter wehh! n...