Ch8. Big Surprise

7.3K 800 114
                                    

"Oppa, kenapa burung bisa terbang?"

"Karena dia memiliki sayap, Taerin."

"Sayap itu apa?"

"Seperti tangan."

"Tangan? Kita juga punya tangan, kenapa kita tidak bisa terbang?"

Inilah yang Hyunjoo khawatirkan, jika Taerin sudah bertanya, ujung-ujungnya selalu begini. Hyunjoo sendiri yang bingung harus menjawab apa.

"Anak-anak, makan siang sudah siap!" seru Pelayan Moon.

Dua bocah itu menoleh, dan berlari menghampiri pelayannya.

"Ahjumma, aku ingin memakan di taman saja," pinta Taerin tak sabaran.

"Kenapa tidak di dalam, Sayang?"

"Tidak mau, aku ingin makan sambil menghirup udara segar."

"Baiklah, kalau Hyunjoo?"

"Aku ingin makan di taman juga, Ahjumma. Di sana." Hyunjoo menunjuk ayunan putih yang tenang.

"Oke, tunggu sebentar, ya. Ahjumma ambilkan dulu."


Operasi berjalan hampir sepenuhnya. Salah satu perawat mengelap keringat di dahi Taehyung agar tak jatuh mengenai perut pasien yang terkoyak.

Tangan Taehyung menengadah ke arah Jimin sambil berujar, "Needle Holders & sulture!"

Jimin yang bertugas menemani serta membantu Taehyung dalam melakukan operasi pun segera bertindak, ia meraih needle holders, jarum dan benang khusus lalu memberikannya pada Taehyung secepat mungkin agar konsulennya itu bisa menjahit perut pasien yang dibedah.

Sekitar sepuluh menit kemudian, Taehyung mengangkat kedua tangannya pertanda operasi telah selesai.

Tugas lain seperti membersihkan darah di sekitar luka jahitan ada di tangan perawat. Taehyung keluar, berjalan menuju toilet sambil melepaskan sarung tangan steril lalu membuangnya ke tempat sampah. Kemudian dilepaskannya masker khusus yang menutupi mulut dan hidungnya agar ia bisa bernapas lega.

Kakinya membawa Taehyung ke toilet khusus dokter yang baru selesai melakukan bedah.

Selepas mencuci tangan, dokter muda itu mematut dirinya di cermin, kantung mata yang hitam menandakan jika dirinya kurang tidur.

Bagaimana bisa tidur, dari kemarin ia menginap di rumah sakit. Sekalinya terlelap pun tak lama karena ada saja pasiennya yang butuh bantuan.

"Selamat sore, Kim Sonsaeng-nim," sapa salah satu gadis yang menjadi dokter magang di tempat itu juga.

"Sore, Kang Uisa-nim. Apa kau ada tugas jaga malam ini?" tanya Taehyung.

"Iya, saya dan Jimin kedapatan tugas jaga malam, ada perlu sesuatu?"

"Ah, tidak ada. Lanjutkan tugasmu, saya permisi dulu, ya."

Siapa yang tidak ingin bekerja di rumah sakit itu? Selain dokter dan perawat yang cantik juga tampan, tempat itu juga kerap menjadi rumah sakit ternama dan termahal. Meskipun begitu, bukan berarti orang miskin tidak boleh berobat di sana.

Taehyung menyuruh semua bawahannya untuk menerima pasien dari kalangan manapun. Baik itu miskin, konglomerat, tidak ada perbedaan dalam pengobatannya.

Satu tahun yang lalu, Taehyung memecat satu dokter yang hanya mementingkan uang. Kebetulan Taehyung tak hadir di rumah sakit dan ia mendapat kabar dari asisten pribadinya bahwa dokter bermarga Cha itu tidak ingin mengobati rakyat biasa. Ibu dari anak yang sedang sakit itu berlutut, memohon kepada Dokter Cha untuk merawat anaknya. Namun apa yang dilakukannya? Dengan angkuh, Dokter Cha berkata, "Ini rumah sakit internasional, jika tidak punya biaya pergilah ke klinik desa yang biayanya murah!"

The Flower Crown•Kth✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang