Waktunya Pulang.

695 105 14
                                    


"Hey kawan!" sapa Jungkook yang masuk ke dalam supermarket milik Yoongi.

"Rupanya kalian. Kenapa datang malam - malam?" balas Yoongi dari balik meja kasir.

"Aku hanya ingin mentraktir dua orang ini" sahut Jimin yang ikut masuk setelah Jungkook, dengan Taehyung mengekor di belakangnya.

"Dia juga kau traktir? " tanya Hoseok tidak percaya saat matanya melihat Taehyung ikut masuk ke dalam.

Jimin menoleh sebentar pada Taehyung yang hanya menghela nafas.

"Ah, aku hampir lupa, aku juga akan membayar semua hutang Namjoon dan Jin"

"Hah? Wah ... wah ... Ternyata ada pahlawan disini. Kau tahu? Perjanjiannya hanya Taehyung yang boleh melunasi hutang mereka, bukan orang lain termasuk kau" Jelas Hoseok seraya melirik Taehyung.

"Oh kalau begitu aku akan bayarkan untuk Taehyung. Jadi, anggap saja Taehyung sudah melunasinya lewat bantuanku" balas Jimin santai.

Yoongi mendadak tersedak minumannya dan nyaris menyembur Jungkook yang berada tidak jauh darinya.

"Tidak mungkin. Hey Taehyung, aku tidak tahu sihir apa yang kau pakai untuk menghipnotis Jimin, tapi kau harus tahu kalau aku tidak akan pernah percaya ini" Yoongi memandangnya dengan wajah kaget yang ketara.

"Apakah ini hari keberuntunganmu sampai Jimin mau berkorban begini? sebenarnya kalian ini ada apa sih?" Hoseok tampak penasaran.

"Itu karena kejadian tadi pagi" celetuk Jungkook sambil memilih - milih minuman di kulkas dan mengambilnya secara asal.

"Tadi pagi? Memangnya ada apa dengan tadi pagi?" Yoongi memulai sesi introgasinya pada Jimin.

Taehyung menoleh pada Jimin,

'Apakah Jimin akan menceritakannya? Ah kumohon Tuhan, jangan biarkan mereka tahu. Aku tidak tahan lagi kalau sampai semua orang menindasku' batin Taehyung penuh harap.

Ia meringis ketika Jimin terlihat sedang berpikir akan menjawab apa.

"Hmm ...  Apa ya? Ah, aku tidak ingat. Terlalu banyak kejadian hari ini, rasanya kepalaku jadi pusing mengingat semuanya" ucap Jimin yang refleks memijat keningnya pelan.

Taehyung mengangkat kedua alisnya mendengar pernyataan Jimin, syukurlah jika ia masih berbaik hati tidak membeberkan semuanya.

"Kau baik - baik saja hyung?! Yoongi, Hoseok! Kalian punya obat?  Tolonglah, emergenci! ini darurat!! " teriak Jungkook panik dan berlari dari kulkas tempat minuman ke arah Jimin dengan wajah cemas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kau baik - baik saja hyung?! Yoongi, Hoseok! Kalian punya obat?  Tolonglah, emergenci! ini darurat!! " teriak Jungkook panik dan berlari dari kulkas tempat minuman ke arah Jimin dengan wajah cemas. Saat telinganya menangkap kata 'pusing' terlontar dari bibir Jimin,  ia seketika menjadi khawatir .

Sama seperti Jungkook, Taehyung pun juga menampilkan ekspresi khawatir meskipun ia tidak mengatakan apapun.

"Apa kau baik - baik saja? Wajahmu terlihat pucat,  Jim! " Hoseok ikut - ikutan khawatir.

"Tergantung" jawab Yoongi tenang. Lelaki itu masih setia dengan wajah datar memandang keributan di hadapannya tanpa menampakkan ekspresi yang berlebihan. 

Sontak semuanya serempak menatap kearah Yoongi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sontak semuanya serempak menatap kearah Yoongi.

"Apa maksudmu? "Jungkook bersuara.

"Ya tergantung, kalau kau meminta obat ringan aku punya. Tapi kalau selain itu, kau cari saja di Apotek, atau lebih baik kau bawa saja Jimin ke rumah sakit sekalian. Lagipula ini supermarket." jelas Yoongi.

"Ah sudahlah, aku hanya lelah tidak perlu khawatir begitu. Hey Hoseok, ingat coret semua hutang - hutang itu" sahut Jimin geli melihat tingkah semua orang, sambil menaruh segempok uang di meja kasir sebelum akhirnya benar - benar pergi setelah Hoseok mengatakan 'Lunas'.

***

"Kau yakin aku akan selamat?" tanya Taehyung kesekian kalinya, ketika mereka bertiga sudah berada di depan gerbang rumahnya.

"Ah kau ini penakut sekali, percayalah kau pasti selamat. Buktinya sekarang kau masih baik - baik saja 'kan?" ucap Jungkook enteng.

Taehyung menatap lekat gerbang bercat putih di hadapannya. Tentu saja Taehyung selamat sekarang, tetapi ia tidak yakin ketika di dalam rumah nanti.

"Mereka tidak terlalu buruk. Lihatlah lampu rumahmu sudah padam, pasti mereka sudah tidur. Ini kesempatanmu! semoga saja dewi keberuntungan berpihak padamu" Jimin mendorong punggungnya seraya menghibur.

Taehyung menelan ludah sebelum melangkah. Ia sudah berada di depan dan tinggal melangkah masuk. Ditengoknya Jimin yang memberi isyarat untuk segera masuk ke dalam.

"Okey, percayalah kata - kata Jimin. Dewi keberuntungan mungkin berada di pihak ku, jangan khawatir Taehyung" gumam Taehyung meyakinkan dirinya sendiri.

Namun, kemudian ia menjadi ragu ketika tangannya menyentuh ganggang pintu.

'Bagaimana jika yang dikatakan Jungkook itu benar? Tentu saja Jin itu malaikat maut! Dan jika yang Jimin katakan tadi salah, lalu apa yang harus  aku lakukan?' Taehyung jadi gelisah sendiri.

Padahal ia masuk saja belum, tetapi kakinya sudah terasa lemas seperti jelly.

"Taehyung! Kalau kau selamat, besok ceritakan pada kami ya! Selamat berjuang!" Jungkook memberinya semangat.

Ternyata, Jimin dan Jungkook benar - benar ingin memastikan dirinya masuk ke dalam rumah.

"Baiklah, aku bisa melewatinya. Pasti bisa!" Taehyung meringis begitu membuka pintu besar tersebut dalam  hitungan ketiga.

















'Apa Ini hari keberuntunganku? '

Kim Brothers✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang