Gelap.
Satu kata itulah yang menggambarkan suasana di dalam rumahnya saat ini.
Taehyung menoleh ke kanan dan ke kiri beberapa kali saat kakinya mulai melangkah lebih jauh memasuki rumah.
Waspada, kalau - kalau mereka muncul secara mendadak lalu mulai mengeroyokinya secara brutal.
Namun, kenyataannya tidak ada yang terjadi. Seluruh ruangan tampak sepi,
'Sepertinya mereka memang sudah tidur, ah syukurlah aku selamat' pikirnya.
Taehyung mengendap - endap seperti pencuri di malam hari, terutama ketika melewati ruang keluarga menuju ke kamarnya dilantai atas.
Ia hanya tidak ingin membuat keributan yang akan mengundang kedua dinosaurus itu untuk bangun.
Baru saja Taehyung merasa lega selega - leganya. Tetapi, semua itu seketika sirna saat ia melewati sofa. Mendadak, jantungnya membeku begitu menyadari seluruh sisi ruangan tiba - tiba terang benderang.
Seseorang menyalakan lampunya!
Tidak, Taehyung tidak takut jika itu hantu. Ia hanya khawatir jika itu--
"Oh lihatlah Namjoon, orang macam apa yang lancang datang selarut ini dan tanpa permisi melewati kita? Tidak tahu sopan santun sekali"
Jin melipat kedua tangannya menatap Taehyung penuh dendam.--Mereka.
Taehyung merutuk dalam hati, ia lalu sontak melirik Jin yang masih duduk di sofa ruang tamu, tepat di hadapan dirinya yang hendak lewat.
"Kalau begitu, sebagai seorang 'kakak' kita harus mengajarinya sedikit sopan santun hyung" Namjoon menyahuti perkataan Jin dengan wajah menyeramkan, seraya mendekat ke arah sofa. Ialah pelaku yang menyalakan lampu di ruangan ini.
'Sial! Ternyata mereka tidak tidur. Astaga tamatlah riwayat ku!' Taehyung panik.
Tanpa sengaja ia menahan napas. Tidak ada harapan lagi. Malaikat maut sudah di depan matanya, bagaimana mungkin ia bisa selamat?
"Menurutmu, enaknya kita apakan orang ini ya? Haruskah aku yang menentukannya lebih dulu?" Namjoon telah berada tepat dihadapan Taehyung, tatapan tajamnya belum juga surut.
"Kita pukul saja. Kau tahu? Dia bahkan tidak memanggilku hyung saat aku bertemu dengannya di toko Jimin tadi pagi. Bahkan, Jimin saja mengatakan kalau dia sering sekali menghina kita. Kau tidak marah difitnah begitu?" Jin menyipitkan matanya tidak suka,
'Fitnah? Bukannya memang benar kelakuan kalian seperti itu! Bisa - bisanya kalian mengatakan itu fitnah? Yaampun dasar tidak tahu diri' gertak Taehyung dalam hati.
"Heh! kau masih berani menghadang kami? Cepat minggir! Kau tidak lihat, kami sedang asyik menonton. Dasar pengganggu!" celoteh Jin lagi menyuruh Taehyung menyingkir dari hadapan mereka.
Sementara, Taehyung menautkan kedua alisnya mendengar itu. Ia lalu menoleh ke arah televesi yang berada di belakangnya.
Anehnya, televisi tersebut masih utuh tanpa memunculkan acara apapun. Televisinya dalam keadaan mati bodoh! Apa yang kalian tonton?!
Taehyung menyerah, ia sudah tidak tahu apa lagi yang ada di kepala dua orang itu. Semua yang ia lakukan selalu salah dihadapan mereka tanpa alasan yang jelas.
"Ah kau memang benar hyung, kita pukul saja sekarang" Namjoon mulai mengepalkan tangannya.
Dengan sekali hentakan, ia sudah menarik kerah baju Taehyung hingga rasanya baju itu bisa robek kapan saja karena cengkramannya terlalu kuat.
Taehyung menatap Namjoon lelah, entah bagaimana ia nanti, tapi yang pasti Taehyung terus berharap kalau keberuntungan sedang berada dipihaknya saat ini.
"Kami pulang! Eh, kalian belum tidur?" tanya Ibu yang masuk dibarengi Ayah menginterupsi gerakan Namjoon.
Mereka kaget melihat ketiga anak itu masih belum tidur padahal sudah larut dan malah berkumpul di ruang keluarga.
Jin ikut kaget mendapati kedatangan mereka yang tiba - tiba, sementara Namjoon melepas cengkramannya dengan cepat.
"Wah... Kebetulan sekali kalian berkumpul, Ayah bawakan pizza loh!"
Mereka semua kini beralih sibuk membantu membuka bungkusan pizza yang di bawa oleh Ayah.
Taehyung baru bisa menghela nafas lega sambil mengelus dadanya, mungkin memang benar keberuntungan sedang berada di pihaknya.
"Karena sekarang kita tidak bisa menghabisimu, maka kita akan habiskan bagianmu" kata Jin dengan nada sinis, sambil merampas sepotong pizza yang hendak diambil oleh Taehyung.
"Dasar rakus! Kalian seperti tidak pernah makan saja" keluh Taehyung.
"Tidak ada bagian untukmu. Kau mengerti tidak? Ini hukuman karena telah mencemarkan nama baik kakak mu tahu" Namjoon menjauhkan kotak pizza tersebut dari jangkauan Taehyung tanpa sepengetahuan kedua orang tua mereka.
"Ya sudah! kalian makan saja semuanya, sekalian tempatnya! Aku sudah muak" ketus Taehyung cemberut.
Sebenarnya, ia sungguh ikhlas mereka menghabisi pizza itu bukan dirinya. Lagipula, ia sudah ditraktir Jimin tadi. Tetapi, Taehyung tetap pura - pura kesal agar tidak menimbulkan kecurigaan.
"Dia pasti menyesal sekarang, malang sekali nasibnya" nada Namjoon terdengar mencibir.
"Seharusnya begitu. " sambung Jin yang kemudian tertawa bersama Namjoon, tepat di depan wajah Taehyung.
Benar - benar di hadapannya.
Taehyung mendengus, dan langsung berlalu menuju kamarnya. Ia hanya ingin segera tidur sekarang.
***
"Hyung, apa kau tetap melanjutkannya?"Namjoon bertanya setelah ia yakin Taehyung telah masuk ke kamarnya.
"Tentu saja, ini baru permulaan saja"
Jin menjawab sambil memakan pizza nya."Benarkah? Kupikir kau akan melepaskannya."
"Akan lebih menarik bila aku memberinya 'hadiah' lebih, bukan?"
"Kau terlalu baik, dia pasti akan terharu"
Jin tersenyum miring menanggapi.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Kim Brothers✔
FanficDimana pun aku pergi Apapun yang aku lakukan Aku akan menunjukkan kepadamu, Sama seperti aku diasah pedangku Untuk semua orang yang memandang rendah diriku