Inilah hari yang di tunggu - tunggu.Hari yang paling mengharukan bagi para tamu undangan yang hadir sebagai saksi.
Hari paling menyenangkan bagi sepasang pengantin baru, sekaligus menjadi hari yang paling membuat dada Taehyung sesak mengkhawatirkan hidupnya setelah pernikahan ini.
Yang paling diinginkannya sekarang hanya menangis saja di pojokan.
Ibunya sudah resmi menikah dan itu artinya ia juga sudah resmi menjadi adik bungsu dari dua iblis tersebut.
Semua persiapan yang Taehyung usahakan agar berjalan sesuai rencana selalu saja menyimpang dari yang diharapkan, membuat pestanya berjalan dengan penuh kehancuran.
Pertama, karena gaun pengantin yang di pesan Namjoon ujungnya separuh robek, entah bagaimana.
Taehyung tidak penasaran bagaimana rangkaian tragedi sampai bisa merobekkan gaun tersebut, karena ia sudah pusing mengurusi kue pernikahan yang jauh dari ekspentasi.
Jin bilang itu bukan salahnya, karena Taehyung sendirilah yang salah memberi instruksi.
Dibanding kuenya, Taehyung merasa lebih bernafsu melahap Jin saat ini.
Selama sisa acara, tidak henti - hentinya ia menghela nafas sambil menggerutu,
"Haah... Kenapa mereka tidak bisa melakukan apapun dengan benar sih?"
Beragam kekacauan akibat ulah mereka berdua, membuat kepalanya semakin berdenyut.
***
"Ibu, Tae ingin mengatakan ini dari awal. Sebenarnya, Taehyung tidak masalah kalau tidak memiliki ayah. Ibu tidak perlu menikah lagi, dan kita bisa membatalkan pernikahannya. Bagaimana?"
rayu Taehyung pada sang ibu dengan wajah lelah, tepat beberapa jam sebelum ibunya berdiri di atas altar.
Lebam kemarin belum sepenuhnya sembuh.
Tapi, ketika orang tuanya menanyakan perihal luka tersebut, Namjoon dan Jin lebih dulu menyangkal semua pertanyaan hanya dengan mengatakan jika Taehyung ceroboh dan terjatuh sampai tercebur ke selokan saat perjalanan ke toko Yoongi.
Kini, luka itu tidak sebanding dengan rasa sakit hatinya yang memberontak tidak sudi jika di sisa hidupnya harus tunduk kepada dua iblis yang pandai bersandiwara.
"Taehyung, kau tidak boleh begitu. Ibu tidak mau kau hidup tanpa seorang ayah, harusnya kau bersyukur sekarang kau juga punya saudara yang baik seperti Namjoon dan Jin"
Taehyung menghela nafas berat, ia melihat semua teman - teman Namjoon dan Jin juga hadir sebagai pelengkap kekacuan.
Banyak nya tamu undangan yang hadir, turut menambah pilu hatinya.
Mau tidak mau ia harus mengakui kenyataan di depan matanya.Mulai hari ini, ia sudah resmi memiliki keluarga baru.
"Kenapa kau berkata begitu, apa ada masalah? " tanya Ibunya lagi menyadarkan dari lamunan.
"Ah tidak. Aku hanya gugup" jawab Taehyung cepat dan langsung pergi ke atap gedung untuk menenangkan diri sejenak.
***
"Tentu saja ada masalah, aku hanya tidak ingin ibu bersedih harus membatalkan pernikahannya. Tapi.."
Taehyung bimbang sendiri harus mengatakannya atau tidak.
Ia sudah tahu ujung dari masing-masing pilihannya pasti berakhir dengan konsekuensi yang sebelas dua belas.
Tidak ada solusi jitu, kecuali ia harus bersabar terus menghadapi dua mahluk itu mulai dari sekarang, atau ia bisa mengatakannya dan membuat ibunya kecewa.
Tapi sampai kapan?
Hembusan angin semilir menerpa wajahnya yang sendu, membuat rambutnya sedikit berantakan.
"Sampai kapan kau akan diam seperti itu? Ayo ke bawah, kita harus foto bersama" sebuah suara mendadak memanggil.
Taehyung menoleh kepada pemilik suara yang tidak lain adalah kakak tertuanya.
"Foto bersama?" Taehyung bertanya setengah tidak percaya pada Jin. Ia melihat keluarga barunya sudah bersiap di halaman bawah.
"Tunggu apa lagi? Semua orang sudah menunggu, ayo!" desaknya lagi, kemudian lebih dulu berbalik turun.
Tanpa pikir panjang Taehyung langsung ikut turun menyusul Jin dengan sedikit tergesa.
"Taehyung! Cepat turun! Kau mau ikut difoto tidak?" seru Namjoon yang berteriak memanggilnya.
Taehyung mengamati semua orang yang sudah menantinya turun. kini, Taehyung tengah melangkah dengan enggan.
"Entah apa lagi topeng yang mereka kenakan, yang pasti aku masih tidak bisa menerima semua ini"
Taehyung sendiri merasa menyesal sudah menentukan hari pernikahannya.
Meskipun, ia tidak habis pikir dengan kedua orang tuanya yang masih sanggup merasa bahagia tanpa terganggu masalah pesta yang berantakan.
Sepertinya, semua yang hadir juga bahagia merayakan hari ini. Yah, semua kecuali dirinya.
Sekelebat cahaya menyilaukan matanya, membuat Taehyung yang sedang menuruni tangga tercekat.
Cahaya tersebut ternyata adalah kilat.
Taehyung seketika menyadari jika cuaca hari ini, yang awalnya secerah musim semi berubah menjadi berpetir.
Mendung menutupi langit diiringi guyuran hujan deras di luar gedung.
Semua berlangsung dengan sangat cepat.
Bahkan, banyak dari tamu undangan yang tengah asyik bercengkerama di bawah menjadi panik mencari tempat berteduh.
Aneh sekali, seingatnya tadi cuaca baik-baik saja. Kenapa tiba - tiba berubah?
Taehyung terheran-heran memandang dari balik jendela kaca dalam gedung, sampai tak sadar kakinya tersandung hingga menyebabkan ia jatuh terguling dari tangga lantai atas.
Rasanya seperti melakukan roll di sepanjang anak tangga.
Setelahnya, Taehyung bisa mendengar banyak suara yang berteriak histeris.
Beberapa ada yang memanggil namanya.
Ia tidak yakin apa yang terjadi.
Tubuhnya terasa begitu sakit juga ngilu di saat bersamaan. Seakan setiap tulangnya remuk seketika.
Kepalanya pun terasa pening dan berdenging akibat terbentur anak tangga berkali - kali
Pandangannya pun menjadi kabur dan tidak fokus. Membuatnya tidak dapat memastikan siapa yang berlari mendekat ke arahnya.
Sedetik kemudian, sebelum kehilangan seluruh kesadarannya, Taehyung sempat menyadari tubuhnya telah terkapar dalam keadaan basah.
Entah basah karena apa, yang pasti aroma amis begitu kuat menusuk hidungnya.
'Pertama kalinya. Jika, aku berharap untuk tidak bangun, apakah aku akan mati?'
KAMU SEDANG MEMBACA
Kim Brothers✔
Fiksi PenggemarDimana pun aku pergi Apapun yang aku lakukan Aku akan menunjukkan kepadamu, Sama seperti aku diasah pedangku Untuk semua orang yang memandang rendah diriku