Ini sudah hari ke-7 sejak peristiwa naas menimpa Siva. Dan juga kata ' P E M B U N U H ' masih melekat dalam diriku.
Tepat pukul 12.00 siang sell ku dibuka. Aku pun berjalan keluar sell menuju kantin khusus untuk tahanan. Aku mengambil jatah makan siangku dan berjalan menduduki bangku di pojok ruangan.
Brak...
Belum sempat aku menyuapkan makanan kedalam mulutku, setempuk kertas-kertas telah dilemparkan ke hadapanku dengan kasar. Aku pun menoleh untuk melihat siapa yang melakukannya. Kini ayahku tengah berdiri dihadapanku. Ya, ayahku yang melepar tumpukan kertas-kertas itu.
"Ada apa lagi?" ucapku malas.
"Cepat pergilah keluar. Pak Irham telah menunggumu. Pulanglah ke rumah...."
Belum selesai ayahku berbicara, dengan nada riang aku menyela ucapannya " Yeay!! Aku terbukti tidak bersalah kan?"
Namun ayahku menggeleng, lalu menjawab " Ayah menyogok keluarga Siva untuk membatalkan tuntutannya terhadapmu."
Sontak jawban ayahku membuat emosiku muncul, " Itu sama saja ayah membenarkan bahwa aku seorang pembunuh!"
"Jangan banyak protes. Pulanglah kerumah. Kemasi barang-barangmu. Besok pagi kamu akan berangkat ke Kanada."
"What for?" tanyaku bingung.
"Kamu akan bersekolah disana. Tinggal di asrama"
"WHAT!! Aku masih mau sekolah disini!" ucapku kesal.
"Kamu pikir setelah apa yang terjadi, ada sekolah yang mau menerimamu? Kamu sudah terkenal dengan tindakan kriminalmu itu"
Aku hanya bisa menghela nafas pasrah. " I don't like it. It's a zugzwang!"
"Ayah akan kembali bekerja" ucap ayahku sambil membalikkan badan.
"Tuggu!"
Ucapanku pun menghentikan langkah ayahku.
"Mata batinku secara tidak sengaja kembali terbuka. Aku ingin menutupnya lagi"
Sekali saja, aku ingin ayah merespon menanggapiku. Namun, ayahku tak memberi respon apapun. Ia melanjutkan langkahnya kembali. Aku menatap punggungnya. Ntahlah, begitu banyak rasa kecewa yang kurasakan selama seminggu ini.
Dengan langkah gontai, aku membawa tumpukan kertas yang ada dimeja dan berjalan keluar kantor polisi dengan raut wajah lesu. Di halaman kantor polisi, aku bisa melihat Pak Irham sedang berdiri diluar mobil.
Aku pun berjalan menghampirinya.
"PAK IRHAM!!" teriakku senang.
"Ah, ayo kita pulang!" ucap Pak Irham dengan wajah sumringah.
Pak Irham adalah seorang supir yang telah bekerja dengan keluargaku sangat lama. Bahkan sebelum aku lahir ia sudah bekerja dengan keluargaku. Pak Irham sangat baik kepadaku.
Selama diperjalanan aku menceritakan banyak hal kepadanya. Mulai dari kejadian uji nyali itu, sikap ayah yang berubah, dan tentang kepindahan aku ke Kanada. Pak Irham percaya padaku, kalau aku bukanlah pembunuhnya. Dia sangat yakin bahwa aku dijebak.
"Bunda ada di rumah, Pak?" tanyaku.
"Ibu sedang pergi mengurus butiknya non. Mungkin lusa ibu baru pulang."
Aku menghela nafas sedih. Mungkin satu-satunya orang yang percaya padaku hanya Pak Irham.
***
Keesokan harinya nya, aku berangkat ke bandara diantar Pak Irham pada pukul enam pagi. Ya, hanya pak Irham saja. Ayah dan Ibuku tidak ikut mengantarku. Kakakku? Ia sedang kuliah di luar negeri. Ntahlah, dia mengetahui kabar ini atau tidak.
Sesampainya dibandara aku segera mengeluarkan barang-barangku dari bagasi mobil. Dan berjalan memasuki area Check-In. Setelah urusan Check-In selesai aku berjalan menuju ruang tunggu.
Namun, selama aku menunggu di ruang tunggu orang-orang banyak memandang ke arahku. Mereka seringkali berbisik ketika melihatku. Itu membuatku risih. Ingin rasanya mendatangi mereka satu-satu dan mengklarifikasi semuanya.
"Hey!"
Seorang anak laki-laki menyapaku, tanpa perlu menunggu jawabanku, ia pun duduk disampingku. Aku memandanginya sebentar. Lalu membalas sapaannya tadi dengan senyum tipis.
"Artis ya?"
Aku terkejut ketika mendengar pertanyaannya.
"Mana mungkin" jawabku singkat.
"Dari tadi banyak orang yang memandangimu dan berbisik ketika melihatmu."
Dengan nada kesal aku menjawabnya, "Aku tau itu"
"Kalau bukan artis, orang terkenal ya?"
"PARA PENUMPANG GARUDA INDONESIA, DENGAN NOMOR PENERBANGAN QG112 TUJUAN KANADA DIHARAPKAN SEGERA MEMASUKI PESAWAT PENERBANGAN. DEAR PASSENGER ON FLIGHT NUMBER......"
"Aaah.. aku harus memasuki pesawat. Permisi" ucapku sambil meninggalkannya.
Aku mendengus kesal, "it's my new life?"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghostie
Horror[ Completed ] SEBAGIAN CERITA BERDASARKAN KISAH NYATA! Namaku Lalisa, aku bisa melihat apa yang tidak bisa kalian lihat. Aku kira jalan hidupku hanyalah sebagai anak indigo biasa. Tapi, ternyata aku lebih dari itu. Jalan hidupku lebih rumit. Sangat...