Briefing Morning

694 95 22
                                    

Seorang gadis kecil berjalan menyusuri hutan dengan langkah penuh rasa takut. Takut? Ya. Dia tengah ketakutan ketika berjalan menyusuri hutan tersebut. Bagaimana tidak? Dia berjalan sendirian dengan kondisi hutan yang sangat gelap.

Ia menyadari bahwa itu merupakan siang hari. Namun, tak ada satupun cahaya matahari yang masuk menerobos dedaunan. Seolah cahaya matahari tertahan diatas pepohonan. Enggan masuk untuk memberinya sedikit cahaya untuk menemaninya.

Ia terus melangkahkan kakinya, mencari jalan keluar. Sampai akhirnya ia menemui sebuah gubuk tua. Hanya berjarak 100 meter dari tempat ia kini berada. Dia pun tersenyum. Harapan seolah muncul baginya.

Ia berjalan menuju gubuk tua itu. Dan membuka pintunya secara perlahan. Namun, bukan harapan yang menemuinya namun kebingungan. Pemandangan yang ada dihadapannya kini membuatnya bingung.

Di hadapannya kini berada seorang gadis yang tengah terduduk dengan posisi membelakanginya. Ia terlihat begitu kesusahan bergerak. Seperti ada tali yang mengikat dirinya, namun tak kasat mata. Ia mencoba memberanikan dirinya mendekati gadis itu.

"Aku ingin bertanya padamu."

Tiba-tiba gadis itu bersuara. Anehnya ia tak merasa asing dengan suara itu.

"Apa arti jiwa menurutmu?"

Ia bungkam. Tak mengerti apa yang dimaksud gadis itu.

"Jika ada titik hitam apa yang akan kamu lakukan?"

Tanya nya lagi.

"Apa maksudmu?" Ia pun mulai bersuara.

"HAHAHAHA"

Gadis itu tertawa dengan suara yang begitu mengerikan.

"Aku akan muncul sewaktu-waktu" ucapnya lagi.

"Lalisa!"

***

Byurrrr!

Aku mengerjapkan mata berkali-kali.

Terkejut, itulah yang kurasakan sekarang. Aku terbangun dari mimpiku secara tiba-tiba.

Aku melihat Rose disamping kasurku, sedang memegang ember dengan tatapan kesal.

"Hei, kau menyiramku?" ucapku murka.

"Dari tadi dibangunin, gak bangun-bangun. Akhir-akhir ini kamu sering tidur kayak orang mati tau gak?" ucap Rose dengan nada kesal.

Ya, memang akhir-akhir ini aku sering susah dibangunkan. Dan akhir-akhir ini pula aku sering bermimpi seperti itu. Tapi, tak satupun yang aku mengerti dari mimpi itu.

" Yaelah nih anak. Segala bengong lagi. Mandi sana. Lima menit lagi briefing morning sama Miss Dewi" omel Rose lagi.

"HA? LIMA MENIT? SEKARANG JAM BERAPA?"

Aku pun kelabakan mencari handphone ku. Aku terbelalak begitu melihat layar handphone ku menunjukkan pukul 07.25

"A.. Aku sikat gigi aja deh sama cuci muka. Mandi belakangan"

Aku segera menyibak selimutku, dan berlari menuju kamar mandi tanpa memperdulikan Rose yang mengataiku 'jorok'.

"Woyy, Briefing.... "

Aku bisa mendengar suara tak begitu jelas berteriak di lorong asrama. Mungkin mengingatkan tentang Briefing Morning akan dimulai sebentar lagi.

"EH IZININ AKU YA! AKU LAGI DI KAMAR MANDI" seruku kepada orang yang berteriak di lorong.

Selesai sikat gigi dan cuci muka aku pun keluar dari kamar mandi dan melihat Rose yang menatapku dengan tatapan bingung.

"Kenapa?" tanyaku heran sambil berjalan kea rah lemari.

"Kamu tadi teriak ke siapa?" tanya Rose.

"Lah? Itu yang teriak di lorong. Masa gak denger."

"Heh! Di asrama ini Cuma ada aku sama kamu doang. Lagian dari tadi gak ada tuh yang teriak di lorong!" ucap Rose lagi.

"Nggak seriusan! Tadi ada yang teriak. Makanya kalau bersihin telinga pake cutton buds jangan pake jari kelingking" ucapku seraya mengganti baju.

"ENAK AJA" Rose pun berteriak di samping telingaku.

Aku hanya berrdecak kesal kepadanya.

Selesai mengganti baju aku dan Rose pun menuju aula untuk briefing morning . Untungnya kami tidak dimarahi Miss Dewi karna telat.

"Tuh kan, Miss Dewi gak marah. Berarti telinga kamu bermasalah" ucapku sambil berbisik kepada Rose.

Rose hanya diam tak menanggapi omonganku. Aku pun memperhatikan Miss Dewi yang sedang menyampaikan briefing Morning. Namun, pikiranku tak pada tempatnya. Pikiranku melayang pada kejadian tadi. Ya, orang yang berteriak di asrama. Secara logika gak mungkin kalau Rose tak mendengar teriakan itu. Itu sangat terdengar jelas bagiku, walaupun kalimat akhirnya tak begitu jelas.

Bulu kuduk ku pun berdiri. Hawa dingin mulai mengusik tengkuk ku. Aku bergidik ngeri ketika hawa itu terasa.

"AAAAKKHHHHHH"

Aku pun berteriak terkejut melihat sosok yang tiba-tiba muncul di hadapanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku pun berteriak terkejut melihat sosok yang tiba-tiba muncul di hadapanku. Hingga aku terjungkal kebelakang dari kursi. Semua orang yang berada di aula pun terkejut atas tindakanku. Aku mengatur napas ku yang tersenggal-senggal.

Makhluk itu masih menatapku dengan tatapan puas. Ya, dia puas telah berhasil mempermalukanku dan mengerjaiku.

"Kenapa, Lisa?" tanya Miss Dewi kepadaku.

"Ada cicak Miss di dinding. Aku Phobia cicak" ucapku berbohong.

Rose pun membantu aku berdiri dan membenarkan posisi kursi yang terjungkal akibat ulahku.

"Phobia Cicak?" Miss Dewi hanya keheranan mendengar jawabanku.

Aku tak menghiraukan ucapan Miss Dewi, pandanganku terfokus kepada sosok yang berada dihadapanku. Ia menggerakkan mulutnya. Seolah berkata sesuatu tanpa suara. Namun, aku dapat mengerti apa yang dia ucapkan.

"KAMU BUKAN MANUSIA"

***

Hai Readers!

Aku mau minta maaf karna tanggal 17 kemarin gak bisa update. Soalnya sibuk sama MPLS. Maklum baru masuk SMA wkwkwkwk. Jadi, balik ke rumah emang capek bener. Jangankan nulis, inget tanggal 17 update aja nggak. Untung temen aku ada yang ingetin :v

Maafin aku ya! 

Happy Reading!

Ghostie Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang